"Aish, kenapa mereka tidak bertengkar? Rencana kita bisa gagal karena ini."
Mingyu menghempaskan tubuhnya pada kursi goyang. Yiren yang setia berdiri di hadapan hanya bisa menunduk pasrah. Benar sekali, rencana B mereka gagal total lantaran Jungkook maupun Eunwoo tidak masuk ke dalam perangkap mereka. Dan sialnya, Mingyu tidak mempersiapkan rencana C. Makanya sekarang dia bingung harus melakukan apa lagi. Jika begini terus, Mingyu takut tidak akan bisa membangkitkan Ursula.
"Ck, seharusnya rencana A berhasil. Tapi, gadis itu cukup hebat." Surai miliknya berakhir menjadi pelampiasan. Sekarang tangannya mengacak-acak dengan frustasi.
"Bagaimana jika kita coba lagi menculiknya, Pangeran?" saran Yiren memandangnya. Mingyu sempat terdiam, namun helaan kasar kembali menguar dari belah bibirnya. Menyebabkan Yiren menarik perkataannya lagi, sebab sang Pangeran nampak tidak suka.
"Akan sulit. Park Jiyeon pasti dijaga lebih ketat sekarang. Yang ada nanti kita yang mati di tangan mereka."
Yiren setuju akan hal itu. Raja Salgon yang sedang marah jelas petaka. Dia bisa menghancurkan seseorang dengan jentikan jari. Jika kemarin dia masih memberi kesempatan mereka untuk hidup. Maka berikutnya mungkin Jungkook sendiri yang akan mencabut nyawa mereka dari dalam tubuh.
"Lalu kira harus bagaimana?" bisik Yiren mulai cemas.
"Apa tidak ada tanda-tanda Ursula akan bangkit? Bukankah darah Jiyeon banyak yang tumpah waktu itu?"
Yiren menggeleng dengan wajah sedih. "Tidak ada, Pangeran. Tubuhnya masih terbaring di peti dalam keadaan yang sama. Aku rasa, upacara itu tidak bisa membangkitkannya. Atau mungkin, buku ramalan itu palsu?" tanyanya dengan suara pelan, takut Mingyu akan marah saat mendengarnya.
"Tidak mungkin. Aku yakin itu benar," ungkap Mingyu membantah. Sebab, tidak mungkin Eunwoo sampai marah dan memantrai kamarnya hanya karena buku usang itu hilang. Kemarin mereka hanya tidak sempat menumpahkan darah Jiyeon pada peti Ursula karena Jungkook keburu datang. Jika saja itu tidak terjadi, mungkin Ursula sudah ada di sini sekarang.
"Apa kita bawa Ratu Tarot bekerja sama saja? Bukankah dia mulai mencurigai anda, Pangeran? Dia bisa kita jadikan pancingan," seru Yiren dengan tersenyum. "Bukankah keinginannya bertolak belakang dengan Raja Agares? Ratu Tarot menginginkan Park Jiyeon mati, tapi Raja Agares malah menginginkan Raja Salgon yang mati. Kita bisa memanfaatkan cinta butanya."
Mingyu terdiam, berusaha untuk menimbang. Itu memang umpan yang sangat bagus, namun Mingyu masih ragu untuk membawa Somi pada rencananya. Biar pun hanya rekayasa, Mingyu masih punya satu sisi kebaikan untuk gadis itu. Dia tidak mau melibatkannya karena Mingyu tak ingin melukainya. Namun, dia sudah berjanji pada Yiren akan membuang Somi saat gadis itu tak berguna lagi.
Tapi, bisakah Mingyu melakukannya?
Jauh di dalam hatinya yang paling dalam, Mingyu menolak itu semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wizardry
FantasyCover : @GENIUS_LAB Garis kehidupan yang dijalani Park Jiyeon tidak semudah yang kalian bayangkan. Kalian pikir, menjadi primadona sekolah mampu menaklukkan dunia? Ck, rasanya ia ingin tertawa terbahak-bahak. Kalian pikir, menjadi puteri pejabat ne...