Jiyeon melangkahkan kakinya menuju parkiran. Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit lalu. Seulgi jangan ditanya lagi keberadaannya, setelah guru yang mengajar ke luar dia langsung bergegas membereskan peralatan sekolahnya lalu pergi meninggalkannya begitu saja. Katanya, hari ini dia ada janji pulang bersama dengan junior mereka. Ish, Seulgi memang tidak setia kawan. Tidak perlu diragukan lagi memang.
Brukh.
Tubuh Jiyeon terdorong cukup keras ke belakang saat seseorang menabrak bahunya. Terlalu fokus memaki Seulgi di dalam hati hingga ia tidak sadar jika ada seorang gadis bergaun hitam berjalan di depannya. Jiyeon menunduk, sebagai ucapan minta maaf. Tapi, gadis bersurai cokelat itu hanya diam, menatapnya dengan berbagai macam guratan.
“Maafkan aku. Apa kau baik-baik saja?” tanya Jiyeon sambil memegang bahunya yang terasa kembali sakit.
Si gadis tersenyum tipis, tidak sampai ke matanya. Hingga Jiyeon dibuat heran, pasalnya ia tahu sekali jika senyum itu dipaksakan. “Aku baik-baik saja. Maaf, aku terlalu terburu-buru hingga menabrakmu,” ungkapnya membungkukkan badan.
Jiyeon mengibaskan tangannya tanda tak perlu. “Tidak, aku juga bersalah karena melamun di tengah jalan.” Senyum manis diberikan dengan tulus.
Kemudian si gadis bergaun hitam berlalu pergi. Jiyeon memandang punggungnya dengan berbagai macam pikiran di dalam kepala. Ia baru melihat gadis itu, dan menyadari jika gadis itu memasuki sekolahnya membuat Jiyeon mengambil praduga jika si gadis memiliki anggota keluarga yang bersekolah di sana.
“Dia seperti artis papan atas,” bisiknya kembali meneruskan langkahnya.
“Ayah!”
Jiyeon melambaikan tangan dengan antusias saat mobil sang Ayah datang menjemput. Secepat mungkin Jiyeon berlari untuk menghampiri. Segera membuka pintu untuk masuk ke dalam. Ayahnya melemparkan senyuman, disusul dengan tangan yang mengelus surai emasnya dengan lembut. Sebelum kelas berakhir, Ayahnya sempat mengirim pesan padanya jika dia yang akan menjemput. Tentu saja Jiyeon senang luar biasa, sebab sudah jarang sekali Ayahnya menjemputnya. Biasanya, jam segini Ayahnya tengah sibuk bekerja.
“Bagaimana harimu?” tanya Ayahnya lekas membawa mobilnya untuk meninggalkan gedung sekolah. Jiyeon berdehem singkat, kemudian cengiran manis diberikan untuk Ayahnya.
“Tentu saja menyenangkan,” balas Jiyeon bersemangat. “Ayah benar tidak bekerja hari ini?” tanyanya berubah serius. Jihoon tentu dibuat tertawa, Jiyeon cukup cerewet hari ini menurutnya. Dan dia senang, karena dia jarang sekali melihat ekspresi Jiyeon yang manis dan menggemaskan seperti sekarang.
“Iya, Sayang. Ayah akan cuti beberapa hari,” jawabnya membuat Jiyeon menghela napas lega. Punggungnya dibawa bersandar. Memilih untuk menatap ke luar kaca mobil, menikmati pemandangan kota Seoul yang begitu padat di siang hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wizardry
FantasyCover : @GENIUS_LAB Garis kehidupan yang dijalani Park Jiyeon tidak semudah yang kalian bayangkan. Kalian pikir, menjadi primadona sekolah mampu menaklukkan dunia? Ck, rasanya ia ingin tertawa terbahak-bahak. Kalian pikir, menjadi puteri pejabat ne...