Part 2

64 12 1
                                    

Eunwoo terdiam memandang kamar Somi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eunwoo terdiam memandang kamar Somi. Semua emosi itu masih terlihat jelas dalam pancaran matanya. Bagaimana bisa Somi meninggalkannya begitu saja. Pertanyaan itu masih terus saja bersarang di dalam kepala, seolah tak ada jawaban yang bisa Eunwoo temukan. Rasa kecewa dan marah bercampur aduk memenuhi dada. Di satu sisi Eunwoo ingin sekali menghukum Somi atas semua pengkhianatan yang diberikan padanya. Di satu sisi lagi Eunwoo tidak ingin melihat Somi terluka, apa lagi karena ulahnya. Eunwoo memang kadang sering bertingkah kasar dan jahat pada Somi, namun jujur dia menyayangi gadis itu.

"Apa kita perlu membereskan kamar ini, Yang mulia?" tanya si pelayan yang berdiri di belakangnya. Tadi, Eunwoo sudah mengatakan pada semua penghuni Istana jika Somi dan Mingyu tidak akan datang lagi ke Istana. Eunwoo juga mengatakan kepada mereka jika sekarang Somi dan Mingyu adalah seorang pengkhianat. Dia bahkan memerintahkan seluruh pasukan terbaiknya untuk mencari keberadaan mereka.

Eunwoo terdiam sejenak, sekarang matanya dibawa untuk memindai seluruh ruangan. "Biarkan saja. Kalian hanya perlu merapikan kamar ini setiap hari," ujar Eunwoo sambil berjalan mendekati cermin ajaib milik Somi. Sebenarnya, cermin itu adalah hadiah ulang tahun yang diberikan Eunwoo pada Somi. Dan gadis itu selalu berinteraksi dengan si cermin. Menanyakan berbagai macam hal yang membuatnya penasaran.

"Bagaimana dengan bunga mawar hitam yang tumbuh di depan Istana, Yang mulia?" Si pelayan kembali bertanya. Eunwoo yang mulanya sibuk memandang cermin sekarang beralih menatapnya.

"Jangan disentuh. Biarkan saja mereka tumbuh di sana!" ungkapnya membuat si pelayan mengangguk mengerti. Kemudian kepalanya menunduk sopan, setelah melihat Eunwoo mengibaskan tangan, dia mulai berjalan untuk merapikan kamar milik Somi.

"Itu adalah pilihanmu Somi. Jangan salahkan aku jika nanti kau akan menyesal. Sebab, aku tidak akan lagi mengurusmu. Hari ini, benang merah yang menjalin kita benar-benar sudah terputus dan tidak akan bisa tersambung lagi," bisik Eunwoo pelan.

Tatapan Eunwoo mengarah pada foto besar Somi yang tergeletak di lantai, pelayan baru saja menurunkannya dari dinding kamar. Nanti pigura itu akan berakhir di dalam gudang, dan menjadi terlupakan.

Tangan besar Eunwoo beralih mengambil cermin yang tergantung di dinding. Kemudian tubuhnya dibawa untuk duduk pada ranjang besar berwarna hitam. Membiarkan si pelayan sibuk membersihkan ruangan, dan terfokus sepenuhnya pada cermin dalam pegangan tangan.

"Wahai cermin ajaib, di mana keberadaan Ratu Tarot?" tanya Eunwoo bergumam. Detik berikutnya, di dalam sana cermin tersebut mengeluarkan asap hitam dan tak lama muncul pria berkumis yang merupakan penunggunya.

"Di dalam hutan belantara, lebih tepatnya persembunyian bangsa Anathema, Yang mulia." Si pria tersenyum sopan sambil menundukkan kepala. Eunwoo yang mendengar perkataannya berubah jadi serius, sekarang tatapan tajamnya menghunus di pria dengan begitu dalam.

WizardryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang