Tahu apa yang lebih lucu dari sebuah patah hati? Disaat rasa sayang masih merajai hati, dia yang masih bisa dilihat raganya, senyumannya, tatapannya namun entah hatinya ada dimana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Nggak, Dada.. I'll be fine, please Dada ini bukan jarak jauh! Aku kan nggak keluar negeri," ujar Haru yang menjepit ponselnya diantara bahu dan telinganya.
"No no no, aku belum pernah naik kereta api, Dada. And ya, I think I'm so comfortable kalau Dada lupa aku naik kereta eksekutif, jangan berlebihan Dada!"
"Ya, hanya di Banyuwangi aja, bentar kan ke pelabuhan nyeberang nggak sampai berjam-jam buat sampai Bali."
"Hm, kapan lagi aku menikmati perjalanan dengan kereta api. Stop, Dada yang penting nanti Dada jemput aku di pelabuhan."
"Nah, kan.. Ada Calista yang akan jemput aku buat ke Ubud, so.. Calm down, I need have a good feeling for my first travelling, Dada."
"Okay, janji. See you Dada."
Haru menghela napasnya lega setelah berhasil meyakinkan Dadanya. Ia akan berangkat menuju Bali namun memilih jalur darat untuk ke sana. Calista, sepupunya akan menikah di Bali dan Haru telat datang karena baru saja menyelesaikan studinya di Prancis. Setidaknya, masih ada waktu tiga hari untuk menghabiskan waktu dengan calon pengantin itu.
"Jalur Barat, hati-hati kereta dari arah jalur barat. Tujuan menuju stasiun Surabaya akan memasuki jalur dua."
Haru mengangkat ranselnya, karena kebetulan ia hanya membawa barang-barang keperluannya saja. Sisanya, baju dan segala barang yang ia butuhkan sudah di bawa oleh Dadanya.
Haru berjalan menuju gerbong kereta satu, eksekutif dimana ia akan menaikinya sekarang. Kereta tersebut tampak bersih, dan tentu saja nyaman. Haru tidak menyangka bahwa perjalanan malam menuju Surabaya akan semenyenangkan ini meskipun ia sendirian.
Mencari nomor kursinya yaitu 9-A, Haru terus berjalan dan mencari kursinya dengan hati-hati karena ia tidak mau salah menduduki tempat orang lain.
Terdapat lima orang pemuda yang tengah tertawa satu sama lain. Mereka seolah telah mengenal dan sedang berbincang ketika Haru datang. Empat orang dari mereka sudah mengisi tempat duduk di baris samping kiri dengan membalikkan kursi agar saling berhadapan. Haru baru tahu, kalau kereta memiliki teknologi kursi penumpang yang bisa di putar.
"Mas, excuse me.. Ini nomor 9-A, kursi saya yang sebelah mana, ya?" tanya Haru dengan sopan.
Namun, pria yang Haru tanya itu menutup wajahnya dengan topi. Haru menatap ke sekelilingnya dengan canggung. Pria itu berperawakan tinggi besar, sehingga kakinya terasa sempit dan kulitnya yang putih bersih membuat Haru mengira bahwa pria yang ada di depannya bisa saja bukan orang Indonesia. Melainkan turis.
"Mas," panggil Haru sekali lagi.
"Woy! Jeff!" teriak dari salah satu keempat pemuda itu. Mungkin temannya, pikir Haru.
Pria bernama Jeff yang wajahnya tertutupi oleh topi Nike itu membuka matanya dan menurunkan topinya dari wajahnya.
Haru untuk seketika... Ia menahan napasnya, terpukau akan ketampanan pria yang ada di depannya. Bukankah ini hoki untuk Haru? Mendapatkan pria tampan sebagai teman di keretanya?