Part 15
Setelah makan malam, Raja diantar Daffa ke kamarnya. Setelah duduk di ranjangnya, Raja terdiam sembari menatap sekitarnya. Biasanya ada Tiara yang akan menanyakan apa yang dibutuhkannya sebelum ia benar-benar terlelap, sedangkan gadis itu bermain ponsel, terkadang juga belajar bila ada pekerjaan dari sekolah.
Entah kenapa, Raja merasa kesepian sekarang, kamarnya juga terasa hampa, padahal Raja selalu merasa baik-baik saja sebelum Tiara datang dan menjadi istrinya. Namun anehnya kini, Raja seolah disiksa oleh kerinduan, padahal cuma malam ini Tiara akan pulang ke rumahnya sendiri. Mungkin besok gadis itu juga sudah kembali, lalu kenapa Raja merasa ada yang salah dalam dirinya.
Sekarang, tidak ada yang bisa Raja lakukan, padahal tubuhnya sudah membaik dari malam sebelumnya. Sampai saat Raja berpikir untuk membuka ponselnya, di sana ia menekan aplikasi berlogo merah di mana banyak video di sana. Di saat itu lah, Raja berpikir untuk mencari film yang pernah Tiara mainkan, dengan hanya menyebut nama Ara, banyak film yang keluar dengan urutan panjang dengan waktu video berdurasi berbeda-beda.
"Ternyata Tiara menjadi artis sudah sejak kecil, wajar kalau banyak yang memuji aktingnya," gumam Raja sembari mengangguk lirih setelah melihat video di mana Tiara masih kecil, namun sudah bermain film dengan epiknya.
"Tapi, tunggu! Kenapa aku malah memujinya? Dan apa ini? Kenapa aku melihat film-filnya?" Tiba-tiba Raja merasa bila tingkahnya terlalu aneh, sampai saat ia berpikir untuk mematikan ponselnya lalu membaringkan tubuhnya di ranjang.
"Raja, kamu jangan gila! Tiara itu anak kecil, dia bahkan murid kamu sendiri di sekolah, jadi please jangan tertarik dengan gadis itu!" ingat Raja pada dirinya sendiri, karena ia merasa hatinya mulai goyah dan Raja tak menginginkan hal itu.
"Aku harus tidur, aku enggak boleh memikirkan anak kecil itu! Ya, aku harus melupakannya." Raja memejamkan matanya, berharap mimpi akan menemaninya saat terlelap tanpa harus repot-repot merindukan istri kecilnya itu, karena Raja yakin perasaannya itu hanya sebatas rasa bersalah.
***
Keesokan paginya, Raja akan berangkat sekolah, tubuhnya mulai pulih kembali seperti sedia kala. Ekspresi wajahnya juga tampak lebih bersemangat dari pagi biasanya, Raja berpikir mungkin itu karena ia merindukan sekolah dan para muridnya.
Saat Raja turun ke lantai bawah, kakinya tertuju ke arah meja makan, di mana biasanya Tiara sudah menyiapkan sarapan dan juga bekal makanan untuknya. Namun sayangnya semua itu tidak ada, karena pada kenyataannya hanya ada Daffa yang sedang bermain ponsel dengan roti dan susu di hadapannya.
"Tiara belum pulang?" tanya Raja sembari melirik ke arah dapur dan hanya ada asisten rumah tangganya di sana.
"Tumben peduli sama Tiara, sampai tanya dia sudah pulang apa belum?" sindir Daffa tanpa mau menatap ke arah Raja yang mendudukkan tubuhnya sembari melirik tak suka ke arahnya.
"Kakak cuma tanya ya, karena mau bagaimana pun, Tiara itu tetap istri Kakak." Raja menjawab tak suka, namun Daffa justru tersenyum meremehkannya.
"Istri? Sejak kapan Kak Raja mau mengakui Tiara sebagai istri? Bukannya Kak Raja ya yang paling enggak peduli ke Tiara."
"Kamu itu enggak tau apa-apa. Hanya karena Kakak kurang baik ke Tiara, bukan berarti Kakak enggak peduli ke dia."
"Terserah lah. Aku harus berangkat kerja dulu," jawab Daffa malas lalu mendirikan tubuhnya dan pergi dari sana, ia sudah sangat malas berdebat dengan kakaknya, sejak awal mereka memang tidak pernah bisa akrab. Untungnya, kakaknya itu sudah sembuh dari sakitnya, jadi Daffa tidak perlu repot-repot menjaga kakaknya yang menyebalkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi muridku (TAMAT)
RomanceAwalnya, kehidupan Raja sebagai seorang guru di sebuah sekolah swasta berjalan biasa, bahkan terkesan datar-datar saja. Sampai saat ia di pindahkan di SMA ternama, semua juga berjalan baik pada awalnya, sampai saat ia dipertemukan dengan seorang mur...