Part 17

633 21 5
                                    

Part 17

Raja melirik tak suka saat Daffa dan Tiara tengah bercanda tawa di ruang keluarga, mereka tampak asyik membicarakan film yang mereka tonton sekarang. Tak jarang keduanya meragakan kelucuan si pemeran utama, lalu keduanya sama-sama tertawa bahagia.

Raja yang baru datang dan disuguhkan pemandangan seperti itu, tentu saja ia tidak suka, belum lagi otak dan tubuhnya yang sudah lelah, menambah beban yang sudah cukup berat dipikul hidupnya.

Tidak ingin membiarkan mereka bahagia begitu saja, Raja memutuskan untuk duduk dan bergabung di sana. Tentu saja, kelakuannya itu ditatap aneh oleh Daffa, berbeda dengan Tiara yang justru tersenyum hangat untuk menyapanya.

"Pak Raja kok baru pulang?" tanya Tiara heran, karena tidak biasanya suaminya itu pulang hampir malam.

"Ada hal penting yang harus saya urus. Bawakan ini ke kamar, terus buatkan saya minuman dingin, cepat!" Raja memberikan tas kerjanya ke arah Tiara yang langsung diangguki olehnya dan melaksanakan apapun yang diperintahkan suaminya.

"Iya, Pak. Sebentar." Tiara berjalan ke arah kamar, tanpa menyadari bagaimana Daffa menatap tak suka ke arah Raja.

"Kak Raja sengaja ya?" tanya Daffa dengan tatapan tajam dan terkesan kesal.

"Sengaja apa?" tanya Raja kali ini, nada suaranya bahkan terdengar menjengkelkan di telinga adiknya.

"Ya, Kak Raja sengaja buat Tiara semakin sengsara di rumah ini. Iya kan?"

"Apa sih? Kakak cuma minta bantuan Tiara aja kok."

"Minta bantuan tapi enggak bilang tolong. Jelas banget kalau Kak Raja itu sengaja buat Tiara enggak betah jadi istri Kakak, supaya Tiara juga segera pergi dari rumah ini kan?" tuduh Daffa yang ditatap datar oleh kakaknya, karena memang bukan seperti itu tujuan Raja yang sebenarnya, ia hanya tidak suka melihat Tiara dan Daffa tertawa bahagia bersama.

"Kakak enggak pernah berniat seperti itu ya, dijaga ucapanmu."

"Kalau Kak Raja enggak berniat seperti itu, tapi kenapa Tiara terus Kak Raja siksa, dia kan masih SMA, dia juga butuh bahagia, Kak."

"Kakak itu cuma minta tolong, kamu malah bilang kalau Kakak ini nyiksa Tiara. Apa menurut kamu seorang suami itu enggak boleh minta bantuan ke istrinya?" Raja menjawab serius ke arah Daffa, namun adiknya itu justru tersenyum sinis.

"Istri? Sejak kapan Kak Raja mengakui Tiara sebagai istri? Antar dia ke sekolah aja, Kak Raja suruh turun di jalan." Ekspresi Daffa tampak serius sekarang, seolah sikap kakaknya pada Tiara selama ini benar-benar mengganggunya.

"Daff, apa kamu enggak sadar, kalau kamu itu terlalu membela Tiara? Dia itu Kakak ipar kamu, bukan pacar apalagi istri kamu. Jadi stop bersikap berlebihan, lama-lama Kakak juga muak melihatnya."

"Terserah aku lah, aku kan cuma enggak mau lihat Tiara diperlakukan buruk di rumah ini, dia juga berhak bahagia dan mendapatkan lelaki yang lebih baik dari Kak Raja."

"Tunggu. Apa kamu menyukai Tiara?" tanya Raja tak yakin, karena jarang sekali adiknya itu bersikap serius seperti saat ini kalau bukan karena orang-orang yang sangat disayanginya.

"Aku bahkan mencintainya. Kenapa? Apa aku salah?" tanya Daffa serius yang tentu saja membuat Raja terkejut.

"Kamu mencintai Tiara, tapi dia kan istri Kakak," jawab Raja sembari menepuk dadanya, merasa tak habis pikir saja dengan pemikiran adiknya.

"Istri yang enggak pernah Kak Raja anggap kan? Sejak awal, Kak Raja maupun Tiara juga enggak pernah setuju dengan pernikahan ini, lalu untuk apa dipertahankan? Lebih baik Kak Raja segera menceraikan Tiara, supaya aku bisa mendekati Tiara sebagai pria." Daffa menjawab serius, ekspresi wajahnya tampak tak ingin main-main dengan kalimatnya.

Menikahi muridku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang