Part 10
Di jam istirahat, Tiara memutuskan untuk mencari makan di kantin, namun sepertinya hal itu tidak perlu ia lakukan, karena Raja sudah membawakannya banyak makanan seperti bakso, mi ayam, dan juga gado-gado. Tak lupa juga dua minuman berbeda, yang sudah tersaji bersama makanan yang lainnya.
Melihat semua makanan itu yang Tiara lakukan hanya menelan ludah sembari menatapnya dengan mata tak percaya, sampai saat tatapannya jatuh pada Raja yang terlihat menunggunya untuk makan.
"Ini semua buat saya, Pak?" tanya Tiara tak yakin, namun Raja justru mengangguk polos, seolah apa yang dilakukannya bukanlah sesuatu yang berlebihan.
"Tapi ini kebanyakan, Pak."
"Saya kan tidak tahu kamu suka makanan apa, jadi saya beli ketiga makanan ini. Sebenarnya saya mau tambah makanan lagi, tapi takut mubasir. Kamu makan ya, awas saja kalau tidak habis." Raja menyilangkan kedua tangannya, matanya memicing ke arah Tiara seolah ingin mengintimidasinya.
"Saya juga tidak habis kalau makan sebanyak ini, Pak. Bagaimana kalau Bapak makan mi ayam atau gado-gadonya, jadi saya makan baksonya saja?"
"Kenapa? Kamu tidak suka mi ayam dan gado-gado?"
"Bukan begitu, Pak. Tapi bakso sudah cukup buat saya." Tiara menarik mangkok baksonya, namun Raja justru menggeleng untuk menolaknya.
"Saya tidak bisa makan ini, kan saya sudah ada bekal makanan yang kamu masak."
"Tapi, Pak ...."
"Makan saja, kamu kan juga belum sarapan tadi pagi." Raja menjawab serius seolah ucapannya tidak ingin dibantah, membuat Tiara tak bisa menolak perintahnya.
"Iya, Pak." Tiara memulai memakannya, dimulai dari satu mangkok bakso jumbo yang sebenarnya sudah cukup mengenyangkan perutnya.
"Kamu makannya lambat ya, pantas kamu lama kalau sarapan." Raja menggeleng tak habis pikir sembari terus menatap ke arah Tiara yang tampak ragu-ragu saat memakan makanannya.
"Saya makannya lambat karena Bapak terus memerhatikan saya. Bagaimana kalau Bapak ikut makan saja?" tawar Tiara yang lagi-lagi Raja gelengi kepala.
"Saya tidak mau."
"Tapi, Pak. Semua makanan ini tidak bisa saya habiskan seluruhnya, ini juga akan menambah berat badan saya."
"Memangnya kenapa kalau berat bada kamu bertambah? Bagus kan? Dari pada kurus kering begini. Kamu coba habiskan saja makanan ini, karena saya juga tidak bisa memakan masakan dari kantin sekolah, Mama pasti pernah cerita ke kamu kan masalah di tubuh saya?"
"Oh iya maaf, Pak. Saya lupa. Kalau begitu saya makan dulu." Tiara kembali melahap makanannya, sedangkan Raja kembali memerhatikannya. Sampai saat suara sepatu terdengar semakin keras ke arah mereka, di saat itu lah Nathasa datang sembari membawa roti dan minuman di tangannya.
"Ra, kamu enggak apa-apa kan? Setelah pelajaran selesai aku buru-buru ke kantin terus beli roti buat kamu ...." Nathasa menghentikan ucapannya setelah menyadari ada Raja di sana.
"Pak Raja ...." Nathasa menyapa sopan dengan nada canggung, merasa tak enak hati saja karena bibirnya terus berbicara padahal ada gurunya di sana.
"Maaf, Pak, kalau saya tidak sopan." Nathasa menunduk sopan sedangkan Raja hanya menghela nafas panjangnya lalu mendirikan tubuhnya.
"Kamu temani Tiara di sini!" perintahnya tanpa basa-basi lalu pergi dari sana, meninggalkan Nathasa bersama dengan Tiara.
"Iya, Pak." Nathasa menjawab lirih tanpa mau menatap ke arah Raja, sampai saat gurunya itu pergi, baru Nathasa mau mendongak untuk memastikan kepergian gurunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi muridku (TAMAT)
RomansaAwalnya, kehidupan Raja sebagai seorang guru di sebuah sekolah swasta berjalan biasa, bahkan terkesan datar-datar saja. Sampai saat ia di pindahkan di SMA ternama, semua juga berjalan baik pada awalnya, sampai saat ia dipertemukan dengan seorang mur...