Setelah pelajaran usai, (Name) tidak latihan lari seperti biasa, dikarenakan dirinya harus berdiskusi dengan Akashi.
Mereka melakukan diskusi itu di kelas 1-A yang kosong melompong (karena penghuninya sibuk dengan kegiatan klub masing-masing). Jadi, mereka benar-benar hanya berdua.
"Duduklah di sini," titah Akashi (yang masih diisi Oreshi) sambil menepuk bangku di sebelahnya. Dan (Name) mendudukkan dirinya di sana.
Akashi menunjukkan layar monitor laptopnya, tertera jelas tajuk tulisan 'VISI MISI' di sana. Akashi menjelaskan setiap poin yang tertulis secara terperinci. Penjelasan pemuda itu sangat mudah dipahami oleh (Name).
Setelah itu, ia menyuruh (Name) membaca ulang dengan saksama, memahami lagi tiap poin yang ada. Selang beberapa saat, Akashi pun bertanya, "Apa ada yang tidak kau mengerti? Jangan ragu untuk bertanya."
Oreshi itu tegas namun lembut di saat bersamaan.
"Umm. Aku sudah paham, penjelasanmu tadi sangat mudah kupahami. Mungkin, kau bisa mengujiku?"
"Baiklah. Berdasarkan misi nomor dua kalian. Upaya seperti apa yang akan dilakukan untuk mengembangkan ekstrakulikuler sekolah secara maksimal?" tanya Akashi, seolah-olah debatnya tengah berlangsung.
"Baik, terima kasih atas pertanyaannya saudara Akashi. Untuk itu, paslon kami akan melakukan berbagai upaya, yakni:
Satu; sering mengikutsertakan semua klub dalam berbagai kompetisi.
Dua; mengadakan kompetisi internal dan eksternal.
Tiga; memberi aprsesiasi murid yang juara disaat upacara agar memberi dorongan semangat, baik untuk si pemenang dan murid lain ...."Akashi sangat terkesan, ia tak menyangka (Name) cepat sekali menangkap penjelasannya.
Pada dasarnya memang otak Nisha ini tidak terlalu bodoh. Ia hanya lemah di pelajaran yang menurutnya memusingkan seperti matematika, fisika dan sejarah juga termasuk.
"Lalu, apa gunanya mengadakan kompetisi eksternal?" Akashi bertanya lagi. Kali ini, ia sengaja memberikan pertanyaan secara acak untuk mengukur sejauh mana (Name) paham.
(Name) mengetukkan telunjuknya di bibir, memikirkan jawabannya untuk beberapa saat. (Name) agak bingung karena ini tidak dijelaskan. Lalu, ia memberikan jawaban versinya sendiri. "Mengadakan kompetisi eksternal berguna untuk melihat tolok ukur prestasi ekstrakulikuler SMA Rakuzan."
Akashi tersenyum puas. (Name) bisa menjawab itu dengan memuaskan. Kalau begini, Akashi yakin 100% paslon nomor satu akan menang.
Bokushi tak asal-asalan memilih.
Akashi dan (Name) melakukan tos karena berhasil memahami visi misi mereka dengan baik.
"Sekarang aku ingin memberimu tips—"
Ucapan Akashi terpotong karena terdengar bunyi perut keroncongan. Wajah (Name) memerah seperti lobster rebus. Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil memamerkan cengiran bodoh.
Ayolah....
Ini—
—Sangat.
Memalukan!
"G-go-gomennasai." (Name) tak habis pikir, ia sangat kesal perutnya rewel disaat yang tak tepat begini.
Padahal, ia sudah makan banyak, 'kan?
"Kau lapar? Mau ke kafetaria dulu?" Akashi khawatir. Jangan sampai (Name) menahan lapar gara-gara diskusi ini.
"Ehehe. Tidak perlu. Aku punya makanan, kok."
"Baiklah. Kau makan saja. Sembari menunggumu, aku baca buku."
(Name) membuka ranselnya dan mengambil bakpao daging ekstra jumbo yang dibelinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewatch - Kuroko no Basket
Fanfic❝ Hidupku tak semulus track lari yang biasa kupijak.❞ 🏀🏀🏀 Akashi Seijuro hanyalah karakter dua dimensi yang tidak mungkin bisa diraih. (Name) tahu itu. Namun, bukankah kita tidak bisa memilih pada siapa kita akan jatuh cinta? Sebuah tragedi mem...