26. Aku Iri Dengannya.

1.1K 167 68
                                    

Jogging sudah hampir satu jam lima belas menit. (Name) dan Kagami mulai merasa pegal, tapi mereka harus tetap lanjut untuk memenuhi target.

Bosan mendengar lagu, (Name) melepas headphone itu dari telinga dan menyampirkannya di leher. Stasiun radio yang didengarnya memutar lagu-lagu lawas tahun 80an, gadis itu tak terlalu menyukainya.

"Taiga-kun, apa cita-cita alternatifmu selain atlet?" tanya (Name) tiba-tiba. (Name) memang masih mencemaskan soal cita-citanya, meskipun tak separah waktu itu.

"Aku ingin menjadi pemadam kebakaran. Mengapa kau menanyakannya?" Kagami balik bertanya.

"Penasaran saja."

Target sudah terpenuhi, sebuah bentuk keberuntungan mereka terhenti di minimarket. (Name) dan Kagami memasuki tempat itu dan membeli sebotol air, jus mangga dan juga donat berukuran besar. Ya, besar! Bukan (Name) dan Kagami namanya jika puas dengan makan berukuran kecil. Menurut mereka, yang kecil hanya mengotori gigi dan tak akan jadi energi.

Dua orang ini ... benar-benar cocok dijuluki monster makanan. Untung saja mereka dengan Murasakibara serta Nebuya tak satu keluarga, mungkin biaya pengeluaran rumah bertambah 10 kali lipat. Dan bagian terburuknya, mereka pasti akan sering baku hantam gara-gara berebutan makanan.

(Name) dan Kagami menyantap makanannya di bangku depan minimarket.

"Menurutmu, apa cita-cita yang cocok untukku?" (Name) meminta saran pada Kagami.

Kagami pun mengusulkan, "Chef?" Menurutnya, profesi itu sangat cocok untuk (Name) yang pandai memasak.

"Chef ya ...." (Name) mulai membayangkan dirinya jadi chef dan bekerja di restoran bintang lima.

Gadis dengan apron hitam itu tengah menyajikan burger-burger buatannya di nampan.

"Huh. Perutku jadi lapar karena seharian bekerja." (Name) mengambil salah satu burger dan memakannya.

"Hmm. Enak." (Name) ketagihan dengan masakannya sendiri dan mengambil satu lagi.

"Oi (Name) bakaa!!! Itu untuk pelanggan!!! Ini bukan rumahmu, jadi jangan mencomot makanan sembarangan!" tegur chef lain dengan murka. Bisa-bisanya (Name) makan pesanan pelanggan.

"Sumimasen, sumimasen!" (Name) sangat merasa bersalah dan membungkuk. Gadis itupun diseret ke ruangan boss.

"Kau dipecat."

Bayangan itu pun hilang dan (Name) menggelengkan kepalanya.

"Tidak, tidak! Pekerjaan itu sangat tidak cocok untuk orang gila makan dan sulit menahan diri sepertiku. Sekalipun aku pemilik restorannya, pasti akan bangkrut."

Kagami tettawa terbahak-bahak mendengarnya. Sejujurnya, Kagami juga sama. Ia dulu bercita-cita ingin jadi chef, tapi Ayahnya tak mendukung dan mengatakan hal serupa.

"Memang benar sih, kau itu rakus," celetuk Kagami.

"Heh! Kaulah yang lebih rakus! Kau beli lima dan aku cuma empat." (Name) menyinggung soal donat besar yang mereka beli.

"Wajar saja untuk lambung besar sepertiku. Kau itu kecil-kecil tapi makannya banyak." Kagami lagi-lagi meledek.

"Urusai Bakagami alis cabang! Hahaha, itu alis atau Maji Burger? Kok bisa ada cabangnya?" (Name) membalas ejekan Kagami.

"Urusai monster kecil rakus!"

"Hah. Benar katamu. Aku memang rakus." (Name) menyambar donat terakhir Kagami dan membuka bungkusnya

"Oi!" Kagami merebut donat itu. Alhasil mereka tarik-tarikan hingga donatnya terbelah jadi dua.

Kagami pasrah saja.

Rewatch - Kuroko no BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang