50. Pupuslah Sudah Harapannya

262 32 10
                                    

Rona jingga membentang cakrawala. Deburan ombak mengalun indah. Angin menampar-nampar tubuh dengan lembutnya. Hari yang melelahkan, seakan terbayar lunas di tempat ini.

Sepasang muda-mudi tampak tengah asyik bekeliaran seakan pantai ini hanya milik mereka berdua.

Kedua remaja itu adalah (Name) dan Mayuzumi. Mayuzumi berjalan mundur, sementara (Name) terus melangkah maju sambil membawa seekor kepiting. Mendengar fakta kalau pemuda itu geli dengan hewan ini, rasa jahilnya menggebu-gebu.

"Sudah hentikan, buanglah," perintah Mayuzumi, tetapi sama sekali tidak diindahkan (Name).

"Tidak!"

"Buanglah, (Name)."

"Tidak!"

"Buang."

"Tidak!"

"Di belakangmu ada anjing." Mayuzumi berkilah agar (Name) yang takut dan berhenti menjahilinya.

"TIDAAKK!!!" (Name) yang panik refleks berlari kencang dan menghantam dada Mayuzumi. Alhasil, mereka berdua ambruk secara bersamaan di pasir pantai.

Debar jantung Mayuzumi menggila. Mayuzumi seakan susah bernapas, ia tak bisa sedekat ini dengan gadis yang dicintainya!

(Name) mengangkat kepala, saat ini wajahnya dan Mayuzumi hanya berspasi sekian senti. Dekat sekali, hingga mereka bisa merasakan deru napas masing-masing serta melihat pantulan diri di dalam mata.

Entah mendapatkan dorongan dari mana, Mayuzumi menempatkan kedua tangannya di kedua sisi pipi (Name). Lalu berkata, "Cantik ...."

"Siapa?"

Pada dasarnya gadis ini memang bodoh.

"Yang di depanku."

Darah (Name) seakan naik ke permukaan hingga membuat pipi putihnya menjadi merah. Bukan mau sombong, tapi dipuji cantik bukanlah hal yang baru baginya. Namun, saat Mayuzumi yang memuji, ditambah dengan posisi ini, (Name) merasa meleleh.

"Hacchhiim!!!"

Alih-alih membalas dengan terima kasih atau memuji balik, (Name) malah bersin tepat di depan wajah Mayuzumi hingga membuat wajah pemuda itu banjir. (Name) yang tak enak hati pun segera menyingkirkan diri. Tangannya mengatup, memohon maaf dengan mata yang berkaca-kaca.

"Maaf! A-aku benar-benar tak sengaja, Hiro-kun. Jangan marah, ya? Maafkan aku, maaf ...."

"Kenapa aku harus memarahimu karena hal remeh? Ini hanya liurmu, bukan bisa ular." Mayuzumi yang tadinya berbaring pun bangkit. Cowok itu tak lantas mengusap wajahnya yang basah kena percikan, malah lebih memilih membersihkan rambutnya yang terkena pasir pantai.

"Chihiro-kun ...."

(Name) melepas jaket yang dikenakannya, ia mengusap wajah Mayuzumi hingga kering. "Bahkan kau tidak cepat-cepat mengusapnya. Kau ... benar-benar tidak merasa jijik?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Memangnya apa yang membuatku jijik padamu?"

Apa?

(Name) yang selama ini semborono, cengeng, rusuh, bodoh dan merepotkan, tapi Mayuzumi tak pernah bilang kalau jijik atau membencinya, kan?

" ... Tidak ada."

Jawabannya memang tak ada. Mau dicari-cari sampai mana pun, tak ada yang membuat Mayuzumi benci. Bahkan saat gadis itu secara terang-terangan menganggapnya 'Kakak', Mayuzumi tetap tak bisa membenci.

"Tidak ada, dan akan selalu begitu." Mayuzumi herdiri, mengulurkan tangannya. "Sunsetnya mau habis, katanya kau mau foto?"

"Ayooo!!!" (Name) berseru riang seraya menerima uluran tangan itu.

Rewatch - Kuroko no BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang