Pangeran

352 60 322
                                    

Vano memarkirkan motornya di garasi nya, persis di samping mobil Lamborghini nya yang berwarna putih.

Ia turun dari motornya dan berlalu meletakkan helm di etalase berukuran kecil yang memang di khususkan untuk menempatkan helm.

Ia keluar dari garasi, berjalan menuju teras rumah setelah menyapa pak Tamrin. Sebelum masuk ke dalam rumahnya, Vano mengedarkan pandangannya. Dugaannya benar, mobil papanya tidak ada. Itu tandanya, papanya belum pulang.

Suara pintu terbuka. Vano mendapati mamanya yang tengah tersenyum ke arahnya. Kali ini Vano di buat terkejut dengan penampilan mamanya.

"Udah pulang, sampe mama ga denger suara motornya," ucap mamanya dengan tersenyum.

Vano mencium punggung tangan mamanya. Keduanya berjalan menuju ruang tengah. Vano duduk di sofa panjang berwarna biru tua. Sedangkan mamanya pergi ke dapur untuk mengambil minum. 

Rike kembali dengan membawa segelas air putih di tangan kanannya.

"Minum dulu," pinta Rike kepada putranya.

Vano menerima dengan senang hati. "Makasih ma." 

"Mama mau kemana?" tanya Vano penasaran setelah melihat penampilan mamanya.

"Mama mau keluar sama bi Idah. Beli keperluan dapur." jawab sang mama.

Vano hanya menganggukkan kepalanya paham.

"Kamu mau nitip apa?" tanya Rike.

"Ngga ada." jawab Vano.

"Mama berangkat ya." Pamit sang mama. Sedangkan Vano hanya mengangguk.

Sepeninggal mamanya, Vano berjalan ke dapur. Mencuci kembali gelas di wastafel dan meletakkannya di tempat semula.

Vano berjalan menaiki tangga. Membuka pintu berwarna putih yang tergantung papan nama kayu berwarna coklat dengan bertuliskan 'VANO'.

Ia menutup kembali pintunya. Meletakkan tasnya di sofa. 

Kamar Vano ini bernuansa hitam putih. Cukup rapi sekali untuk seorang anak lelaki SMA.

Terdapat tempat tidur yang berukuran sedang, sofa minimalis yang terhubung dengan karpet dan play station nya dan jangan lupakan sebuah standing mirror yang berdiri tepat di samping almari besarnya yang berwarna hitam.

Selain itu, terdapat dua ruangan lagi. Yaitu ruang belajar dan juga kamar mandi. Dua ruangan ini yang merencanakan adalah kedua orang tuanya.

Awalnya Vano menolak saat akan di tempatkan ruang belajar. Tapi papanya sangat bersikukuh, agar belajarnya tidak terganggu.

Setelah berganti baju. Vano meraih ponselnya dan membuka aplikasi line. Lebih tepatnya membuka obrolan grupnya. Kali ini ia akan mengajak kedua sahabatnya untuk menemaninya bermain play statiton.

****

Setelah memasuki gerbang sekolahnya, Vano menuju parkiran. Dari kejauhan, ia merasa tak asing dengan gadis yang berdiri memunggunginya itu.

Hanya saja yang beda adalah model rambutnya yang di kucir kuda. Setelah memakirkan motornya, Vano melepas helmnya dan turun. 

Vano berjalan mendekati gadis itu. "Nunggu siapa?" tanyanya sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar.

"Pagi Vano." Ucap gadis itu yang tak lain lagi adalah Keyra Lovely. Gadis cantik sejuta ide gila.

"Vano pengen tahu Keyra nungguin siapa di parkiran?" tanya Keyra. Sedangkan Vano hanya diam tak menjawab.

Forever You [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang