18. Aurel

165 14 2
                                    

Haloo!!

Sekarang aku udah balik dari hiatus panjang heheee... kalo kalian lupa sama alurnya bisa dibaca ulang aja😁

Happy reading🐣



"Gimana rencana pernikahan abang?"

"Lebih baik abang undur sampai wisuda" jawab bang Fahrul sedikit tak bersemangat.

"Kuliah abang? Bang Fahrul balik lagi mulai semester satu apa gimana? Aku belum paham dunia perkuliahan bang."

"Kebetulan temen abang SMA itu anak donatur terbesar kampus abang yang baru ini. Abang minta bantuan ke dia dan akhirnya abang bisa tetep ngelanjutin semester abang." jelas bang Fahrul.

"Alhamdulillah kalo gitu. Aku takut abang malah balik lagi ke semester sa- "

"Ehmm..."

Aku dan bang Fahrul serentak menolehkan pandangan ke sumber suara berada. Abi melihat aku dan bang Fahrul dengan intens dan kami hanya bisa menunduk. Rasa bersalah karena membohongi abi masih menjalar di diri kita. Aku merasa telah membuat dosa besar karena telah membohongi abiku sendiri.

"Kenapa kamu ngak bilang abi?" tanya abi yang tengah duduk di kursi roda.

"Ehmm... Abi tanya sama siapa?" tanyaku pelan seraya menunduk gelisah.

"Abangmu!"

"EH?" kaget bang Fahrul.

"Kamu pindah tidak bilang abi dulu kenapa?" tanya abi pelan.

"Maaf bi. Fahrul tau abi bakal nolak keras, makanya Fahrul ngak bilang abi." jawab bang Fahrul sambil menunduk.

"Abang, Sheva.." aku dan bang Fahrul akhirnya mendongak untuk meliat abi.

"Siniii..."

Aku dan bang Fahrul akhirnya berjongkok dan mendekati abi dengan masih membawa rasa bersalah. Bagaimana bisa, kita masih tenang jika telah membohongi seorang abi yang sangat kita cintai. Apapun alasannya pasti kita sangat menyesal melakukannya.

Dan tiba-tiba saat aku dan bang Fahrul sudah berada didekat abi, abi memeluk kita dengan isakan kecil yang masih bisa kudengarkan.

"Maaf dan terimakasih anak-anakku......"

Aku dan bang Fahrul sudah tak bisa membendung air mata yang sedari tadi kita tahan. Isakan dan tangisan kini memenuhi kamarku yang tak kedap suara, membuat seseorang dikamar sebelahku bisa mendengarkannya.

"Aku rindu kalian..."

***

Kali ini aku dan Nessa berangkat bersama menggunakan mobil baru Nessa yang baru kemarin tiba-tiba dikirim oleh papanya. Nessa saja tak menyangka bagaimana bisa beliau masih bisa mengingat Nessa.

Setiap orang memang lah mempunyai masalah. Kecil atau besarnya hanya kita sendiri yang merasakan. Ego jangan dibawa ketika engkau mempunyai masalah karena hanya ego itu sendiri bisa mengubah segalanya dan membuat kita kelak merasa menyesal.

"Aurel seriusan ikut kemo?" tanya Nessa.

"Iya. Semoga Allah selalu melindungi Aurel." jawabku.

"Aamiin.. Eh, va!"

"Kenapa?" tanyaku heran sembari mengerutkan dahi.

"Lo kadang ngerasa aneh ngak sih sama Aurel tiba-tiba? Kayak ada yang disembunyiin deh selain penyakitnya ini."

Benar, aku sebenarnya juga merasakan hal yang sama. Entah apa itu dari sikap atau perilakunya.

"Astagfirullah, kita ngak boleh gibah lho!" peringatku yang baru saja teringat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sheva & AznanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang