Apakah ini takdir?
~Asheva Khoirunnisa Fahrezi~"Aznan? "
Orang yang bernama Aznan itu langsung menoleh ke arah ku.
"Lho.. Emmm.. Sheva bukan ya? " tanya Aznan yang kurang yakin karena aku sedang menunduk dan memakai niqab.
"Nah, kalian sudah kenal kan satu sama lain? Kan kalian juga sekelas" ucap bu Esti yang menjawab pertanyaan Aznan.
"Oh iya mi kita sudah saling kenal" jawab Aznan.
"Ehm.. Iya kita sudah saling kenal. Karna Aznan pernah membantu saya meminjamkan hp untuk saya memesan grab saat hp saya mati" tambahku.
"Owhh.. Hp kamu mati? Pantas abi ngak nerima pesan lagi dari kamu" sahut abi.
"Hehee.. Iya bi"
Setelah itu, aku tidak ikut di ruang tamu, karna aku memilih untuk mengerjakan tugas fisika di kamar dan ditemani bang Fahrul. Walau bang Fahrul sering menjailiku, aku sangat rindu saat-saat seperti ini bersama bang Fahrul.
Sejak kecil aku dan bang Fahrul memang tak terpisahkan. Namun semenjak bang Fahrul masuk pesantren yang memang lebih dulu dariku, kita bisa merasakan rindu saat-saat kita selalu bersama. Dan aku sangat salut pada bang Fahrul, karena dari dulu saat dia ditanya ingin menjadi apa, dia selalu menjawab "aku ingin menjadi anak yang sholeh, dan aku ingin menjadi dokter agar saat keluargaku yang sakit aku yang akan menanganinya, dan saat aku sukses, aku bisa mengajak umi, abi, dan sheva untuk melaksanakan ibadah haji bersama". Sungguh keinginan yang sangat mulia menurutku.
"Bang, aku rindu masa kecil kita dulu"
Bang Fahrul yang tadi sibuk dengan hpnya langsung menoleh ke arahku.
"Abang masih sama kayak dulu kok, dek. Kamu jangan kawatirin abang akan berubah ke kamu" ucap bang Fahrul tulus.
"Aku takut bang, kita dulu selalu sama-sama. Tapi sekarang bang Fahrul lebih mentingin hp daripada Sheva" ucapku sambil menunduk.
"Owhh.. Jadi sekarang ceritanya kamu cemburu sama hp? Hahaahaaaa" goda bang Fahrul sambil terkekeh.
"Bukan itu, bang. Abang fikir Sheva ngak bisa menebak pertanyaan abang tadi? Aku tau, dari tadi abang ngapain aja mainan hp" ucapku dengan serius.
"Ehh.. Maksudmu pertanyaan apa sih, dek? "
"Tentang niqab tadi. Apa lagi kalau bukan karna ada seseorang yang sudah mengambil hati abang? "
"Ihhh.. Ternyata adek abang bisa seromantis ini.. Hahahaaa" kekeh bang Fahrul.
"Bang! Sheva serius! "
Tok tok
Aku dan bang Fahrul langsung menoleh ke arah sumber suara.
"Kayaknya kalian lagi bicara serius ya? Umi juga mau bicara sesuatu dulu ke bang Fahrul, boleh kan dek? "
"Boleh"
"Bang, kalau menurut umi kamu segera mengkhitbah perempuan itu. Umi fikir dia orang yang baik untuk kamu. Umi seperti ini agar kalian terhindar dari zina "
Deg
Apa lagi ini?
"Ehmm... Mi, maksudnya apa ya? Kok sheva ngak tau sama sekali? "
"Loh, bang? Kamu ngak cerita sama sheva? " tanya umi dan dijawab gelengan kepala sambil menunduk.
"Jadi gini, dek. Abangmu itu udah menemukan pujaan hatinya, dia orang Bandung. Mereka satu kampus juga. Abangmu cerita ke umi ingin segera pulang ke tanah air karena ingin segera mengkhitbah dia. Tapi umi ngak tau kalau abangmu datang secepat ini. Ternyata dia ngak sabaran ya, dek! Hahahaaa" cerita umi dan menggoda bang Fahrul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheva & Aznan
Teen FictionJangan lupa voment! Aku adalah seorang murid pindahan dari pondok pesantren. Aku masih belum terbiasa berada di sekolah ku yang baru, yang tentunya jauh beda dari pondok pesantren ku dulu. Namun diam-diam, aku mengagumi seorang laki-laki yang mempu...