Aku tau ini kenyataan dari sebuah takdir tapi apa daya jika hatiku merasa rindu.
~AshevaKhoirunnisaFahrezi~
Saat kami semua sampai di air terjun banyak sekali yang mengabadikan momen bersama teman-teman mereka. Aku jadi teringat sahabat-sahabatku saat di pondok pesantren. Mereka seru seperti Aurel dan Nessa, tapi mereka tak tergantikan oleh siapapun karena sifat sahabat-sahabatku semua memang berbeda-beda.
Lamunanku buyar seketika karena Nessa.
"Cieee... Mandangin alam ya mbak? Mending kita foto aja yuk!" Sorak Nessa sementara hanya kubalas dengan gelengan kepala.
"Ayolah vaa... Kapan lagi kita fotbar?" Sahut Aurel.
Dengan sedikit terpaksa akhirnya aku menuruti keninginan Aurel dan Nessa. Mau bagaimana lagi, sepandai-pandainya aku menolak mereka juga tetak akan memaksaku terus hingga aku mau.
Setelah sesi fatbar dengan mereka aku memutuskan untuk memandangi damainya air terjun lagi dan bedanya sekarang ada seseorang yang membuatku tertarik karena sama halnya seperti aku, hanya memandangi air terjun. Setelah lama aku melihatnya ternyata aku baru sadar jika itu Aznan karena tiba-tiba dia memandang kearahku dan ya kalian tau kali ini aku tertangkap basah olehnya. Astagfirullah aku sangat merutuki perbuatanku yang menatap orang sembarangan.
Nyesal. Itu yang kualami sekarang. Kenapa aku berani-beraninya memandangi orang yang bukan muhrim ku seperti itu. Astagfirullah aku tak bisa seperti ini terus perasaan merasa bersalah juga timbul di dalam diriku. Menyakiti dua lelaki yang bersaudara sekaligus? Tolong sadarkan aku dari mimpi buruk ini.
Nyatanya aku salah. Ini memang bukan hanya mimpi buruk seperti yang kuharapkan. Tapi inilah nyatanya karena sekalipun aku berbuat aku takkan bisa menyalahkan takdir. Aku bisa membohongi takdir tapi takdir takkan bisa membohongiku.
"Vaa.. Yok foto bareng kelas!" Ajak Aurel yang hanya kubalas dengan anggukan dan senyuman di balik niqabku.
Akhirnya kami semua foto bersama dengan kelas masing-masing dan dilanjutkan foto bersama seangkatan.
Setelah sesi foto-foto tersebut selesai aku dikejutkan dari benda pipih yaitu hpku dan ternyata ada telfon dari bang Fahrul dan aku langsung menyunggingkan senyumku dibalik niqab.
'Assalamuallaikum bang'
'Waalaikumsallam' aku bisa merasakan jika suara bang Fahrul seperti tak bersemangat.
'Sheva kangen nih bang... Oiya umi abi bagaimana?' tanya ku bersemangat karena aku belum dapat kabar dari mereka.
'Hikss...hikssss....' aku sangat terkejut mendengar suara isakan bang Fahrul.
'Lo- loh kok abang nangis. Abang ke- kenapa?' tanyaku gugup.
'Abi dan umiii.... hikss hiksss..... Mengalami kecelakaan pesawat.'
Hp yang tadinya kugenggam dengan semangat akhirnya terjatuh begitu saja karna ke terkejutanku. Tapi aku coba untuk positif thinking dan mengambil hp yang terjatuh tadi dengan sisa tenagaku.
'NGAK LUCU BANG BOHONGNYA!!!' kudengar isakan dari sana semakin menjadi-jadi.
'Mereka belum ditemukan' suara bang Fahrul melirih dan aku langsung menangis sejadi-jadinya dan tak memandang tempat aku berada.
Keadaanku terlalu kacau untuk menerima takdir ini. Setelah mematikan panggilan aku langsung meringsut duduk dan menenggelamkan wajahku untuk menyembunyikan tangisanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheva & Aznan
Teen FictionJangan lupa voment! Aku adalah seorang murid pindahan dari pondok pesantren. Aku masih belum terbiasa berada di sekolah ku yang baru, yang tentunya jauh beda dari pondok pesantren ku dulu. Namun diam-diam, aku mengagumi seorang laki-laki yang mempu...