02

52 8 0
                                    

Kalian pernah gak sih denger kalau semakin dilarang, semakin penasaran? Semakin bersikap gak peduli, maka akan semakin peduli. Entah darimana asalnya dua peraturan itu berlaku, namun seringkali ada orang-orang yang bersikap seperti itu.

Mungkin bisa dikatakan, "lain di mulut, lain lagi di hati".

Termasuk Raihan orangnya.

Semenjak perkataannya di kantin waktu itu kepada Rama soal Syakila, Raihan semakin dibuat kepikiran perihal seberapa menariknya cewek itu sampai mampu membuat seorang Rama Dwi Cahyono lebih memilihnya dibandingkan seseorang yang menarik seperti Amara Athirah Salsabila.

Iya, beneran. Raihan jadi selalu memperhatikan gerak-gerik seorang Syakila.

Seperti hari ini sewaktu Raihan tiba ke sekolah sendirian—padahal biasanya dia selalu menjemput Wawan ke rumahnya, Raihan melihat Syakila yang sedang berdiri di samping post satpam dengan tas yang masih menetap di punggungnya. Awalnya Raihan mau pura-pura gak ngeliat. Tapi ternyata Syakila memanggilnya lebih dulu.

"Raihan, ya?" katanya saat Raihan hendak berjalan melewatinya.

Langkah Raihan otomatis terhenti dan beralih menoleh pada Syakila. Selama mengenal Syakila dua tahun sebagai teman sekelasnya, gak pernah sekalipun Raihan merasa bahwa hubungan pertemanan mereka cukup dekat hingga bisa menjadi alasan untuk Syakila menyapanya. Tetapi namanya juga Raihan Pratama. Kalau disapa cewek, ya, harus bales. Rezeki nomplok namanya.

"Syakila, ya?" Raihan membalas. Cukup aneh sebenarnya karena Raihan membalas bertanya padahal dia sudah tahu kalau yang menyapanya itu adalah Syakila.

Raihan kira Syakila akan tersenyum canggung karena candaan yang dia lemparkan terkesan jayus. Tetapi gak disangka, Syakila justru tertawa pada hal sekecil itu.

"Hahaha, apaan sih!" sahutnya disertai tawa renyahnya.

Untuk sesaat Raihan tertegun melihat tawa yang berderai dari Syakila. Matanya yang menyipit membuat lengkungan ke bawah disertai dengan deretan gigi putihnya yang diperlihatkan. Tawanya terdengar begitu sopan memasuki telinga Raihan.

Sadar, Han. Lo waras gak sih?

Raihan menggeleng pelan. Ini dia kenapa sih? Tiba-tiba saja merasa terpesona pada tawa Syakila seolah lupa bahwa kemarin dia sempat menyebut Syakila sebagai orang yang 'gak' pantas untuk Rama.

"Ngapain di sini sendirian?" tanya Raihan untuk mengalihkan perhatiannya dari tawa Syakila yang perlahan-lahan mulai berhenti.

"Lagi nungguin Jihan," jawab Syakila seadanya.

Raihan gak tahu harus menyahut seperti apa. Dia hanya memberikan respon sedikit namun memperpanjang nadanya, "ohhh~"

Syakila juga gak berniat sama sekali untuk menjelaskan lebih lanjut perihal dirinya yang menunggu teman semejanya selain mengangguk-anggukkan kepalanya. Gak ingin obrolan berakhir begitu saja, Raihan justru mengalihkan pembicaraan lagi.

"Syakila, tuh ada apaan di wajah lo?"

Sudah bisa ditebak kemana arah pembicaraan Raihan. Ya, sudah pasti berniat ngerdusin Syakila. Kalau dia seperti ini pada Amara sih, cewek itu pasti sudah menatapnya jengkel. Tapi orang yang di hadapan Raihan sekarang ini adalah Syakila. Cewek itu menanggapinya dengan wajah polos sekali seperti gak tahu niat terselubung Raihan.

"Apa?" tanyanya sambil memegang kedua pipinya dengan telapak tangannya.

Tanpa sadar sudut bibir Raihan tertarik ke atas. Dia memajukan wajahnya hingga menyisakan jarak yang sedikit antara wajah Syakila dengannya. Jika biasanya Raihan mampu membuat si cewek yang menjadi lawan bicaranya salting alias salah tingkah, namun berbeda dengan sekarang. Wajah Syakila yang kebingungan justru membuat Raihan kembali memundurkan posisi wajahnya. Dia berdehem sebentar dan mengalihkan perhatiannya ke arah lain.

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang