05

29 2 0
                                    

"Lo ngapain sih, Han?"

Selepas kepergian Rama dari kantin, piring dan mangkuk serta gelas sudah kosong, Raihan kembali mendapatkan desakan dari kedua sahabatnya—Selatan dan Wawan. Tatapan tajam yang sempat Raihan lihat dari kedua mata milik Rama kini terlihat di mata Selatan dan Wawan sebagai bukti protes pada tindakan Raihan yang mereka anggap salah.

"Gue ...." Raihan ingin mengelak, menjelaskan, menepis segala persepsi buruk dan menghentikan pertengkaran yang sedang terjadi antara dirinya dan ketiga sahabatnya. Namun mau dipikir seberapa banyak pun, ia gak menemukan jawaban apa yang harusnya dia berikan pada Selatan dan Wawan sekarang.

"Lo suka sama Syakila. Iya?" Selatan yang baru menyadari situasinya menodong Raihan dengan pertanyaan. Sebenarnya gak bisa disebut pertanyaan karena Selatan gak lagi membutuhkan jawaban atas perkataannya tadi.

"Ayo jujur deh!" Sudah dibilang, Wawan akan menjadi orang yang sangat serius jika situasi sedang mendesak seperti sekarang. Menurutnya, pertengkaran kali ini gak bisa terelakkan lagi.

Raihan merasa terdesak. Tetapi Raihan gak ingin disalahkan atas apa yang dia rasakan. Dia gak merasa melakukan dosa besar sampai dirinya patut ditekan seperti sekarang. Dengan beraninya Raihan balas melempar tatapan mata nyalang pada kedua sahabatnya. "Iya! Gue suka. Emangnya kenapa?!" Akhirnya Raihan mengakui.

"Lo pasti bercanda, kan?"

Jujur saja, saat lo seserius itu tapi orang lain nganggep lo cuma bercanda, itu sesuatu hal yang menjengkelkan. Memangnya setidakserius itukah Raihan? Oleh karena itu, kini Raihan menunjukkan ekspresi seserius mungkin agar kedua orang yang ada di hadapannya itu percaya.

"Tahu nih, Han. Lo playboy boleh. Tapi jangan punya temen diembat." Wawan menimpali ucapan Selatan tadi.

Perkataan Wawan barusan sudah pasti menyulut emosi Raihan. Ia mengepalkan tangan kuat-kuat lalu menyahut, "lah, salah gue apa? Gue gak boleh suka sama orang?!"

Selatan paham kalau percakapan mereka saat ini bukannya meredakan situasi justru semakin memperburuknya. Dia menarik napas dalam-dalam lalu menghembusnya pelan-pelan untuk memendam amarah yang sempat tercipta. Saat ini, posisi Wawan dan Selatan haruslah netral tanpa membela sisi manapun agar mampu menjumpai titik tengah dari permasalahannya.

"Bukannya gitu, Han." Selatan mencoba menjelaskan.

"Bodo, lah!" Raihan sudah kepalang kesal karena merasa disalahkan. Dia mengambil dompetnya di dalam saku lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dan menaruhnya di atas meja, setelah itu pergi dari sana.

Selatan dan Wawan sama-sama diam. Hari ini, sudah dua orang pergi dengan amarah dari tempat mereka kumpul. Suasana bukannya mendingin justru semakin terasa panas sebab kedua orang yang harusnya netral ikut tersulut emosi.

"Ck!" Selatan berdecak kesal.

•••






"Gue sibuk."

Raihan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Padahal ia baru saja ingin meredakan emosinya dengan menjauh dari Selatan dan Wawan. Namun kejadian di depan matanya gak kalah menjengkelkan baginya.

Syakila.

Gadis itu terlihat berhadap-hadapan dengan Rama. Raut wajahnya terlihat sendu namun bibirnya berupaya untuk membentuk lengkungan ke atas hingga membentuk senyuman teruntuk lelaki di hadapannya. Lain dengan Syakila yang tersenyum, Rama justru melihat gadis itu dengan tatapan rumit yang sulit diartikan. Bahkan ketika Syakila memberikan anggukan kecil, lelaki itu gak memberikan respon dan pergi begitu saja dari hadapan Syakila.

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang