08

31 4 0
                                    

[Play the song]

Hari ini, langit menunjukkan emosi yang berbeda dari hari-hari sebelumnya. Ia terlihat gelap di atas sana sebab dikerumuni oleh awan hitam yang siap menurunkan buliran tangisnya. Bersamaan dengan itu, Raihan melangkah dengan mantap menghampiri seorang gadis yang memunggunginya. Ia menepuk pundak gadis itu sampai dia menoleh.

"Kila," panggil Raihan.

"Maaf, Han."

Sebenarnya Raihan gak tahu kenapa Syakila selalu menjawab dengan aneh sapaannya akhir-akhir ini. Gadis itu selalu merasa bahwa panggilan yang Raihan berikan itu ialah desakan agar Syakila segera membalas perasaannya. Dia juga selalu kelihatan panik dan cemas hanya karena Raihan memanggilnya. Padahal hal itu sama sekali gak terlintas dibenak Raihan.

Meskipun begitu, Raihan gak bisa berbohong kalau kedatangannya di sana memang untuk menemui Syakila. Hanya saja bukan untuk meminta jawaban. Melainkan untuk mengakhiri semuanya.

Mengakhiri sesuatu yang bahkan belum dimulai.

Gak peduli pada rasa kecewa yang hadir dalam hatinya karena menyerah lebih dulu daripada berjuang, Raihan hanya ingin menyadarkan dirinya bahwa gak semua yang diperjuangkan mampu untuk didapatkan.

Gak semua hal bisa kita paksakan keberadaannya.

Gak apa-apa untuk sesekali menyerah dan terkesan pasrah pada hal yang diluar kuasa. Gak apa-apa untuk berhenti sekarang dibandingkan menanggung resiko yang lebih besar nanti.

Raihan sadar kalau dirinya memaksakan sedikit lagi, akan ada banyak hal yang pergi. Akan ada banyak kehilangan yang ia dapatkan.

Sahabat.

Dan juga hubungan pertemanannya dengan Syakila.

Kalau memang kedekatan mereka hanya mampu sebatas itu saja, maka mungkin memang seharusnya begitu. Gak bisa dipaksakan untuk lebih dekat lagi.

Karena dari awal, Raihan sudah berada di posisi yang salah. Dia mencoba masuk diantara hubungan dua orang yang hampir mendekati berhasil. Kehadirannya diantara Syakila dan Rama justru membuat bimbang kedua orang yang sama-sama saling menyimpan rasa itu.

Seandainya Raihan gak datang.

Seandainya Raihan tetap menjadi teman yang mendukung hubungan mereka.

Itu pengandaian yang kini hadir di hatinya.

Kendati demikian, ada perasaan sedih karena merasa bahwa perasaannya kali ini ternyata bukanlah sesuatu yang tepat untuk dirasakan. Gak salah memang untuk jatuh cinta. Tetapi cinta yang Raihan pilih terlalu beresiko untuk lebih banyak merasakan jatuhnya daripada merasakan cinta.

Dan ternyata jatuh itu memang semenyakitkan ini.

Bila Raihan berjuang lebih lama lagi, ia gak ingin kedekatannya dengan Syakila justru membuat mereka menjadi sumber untuk saling menyakiti satu sama lain atas keadaan yang ada. Karena dari sikap Syakila, gadis itu menunjukkan bahwa dia juga gak mampu menolak Raihan gak peduli bagaimana perasaannya sebenarnya.

Bahkan bila setelah ini, hubungan mereka rasanya gak akan ada yang sama seperti sebelumnya, Raihan akan mencoba untuk menghargai perasaan kedua orang itu. Paling nggak, ia gak ingin menjadi tokoh antagonis yang egois di dalam cerita ini.

Raihan gak ingin rasanya semakin salah untuk jatuh cinta. Padahal yang salah bukan cintanya. Tetapi jatuhnya. Jika saja Raihan jatuh pada orang yang tepat, mungkin akan lebih baik untuknya dan tentunya gak akan sesakit sekarang.

Ya, semuanya harus selesai seperti awalnya. Sama seperti sekarang.

"Gak papah, Kila. Gue dukung seratus persen lo sama Rama. Semangat perjuangin cintanya, ya?" Raihan menunjukkan seulas senyum penuh ketulusan pada Syakila. Ia memberanikan diri untuk menepuk kepala gadis itu pelan.

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang