13

27 2 0
                                    

"Han, gue capek."

Mengenal Irena selama beberapa tahun, untuk pertama kalinya Raihan mendengar Irena berbicara seperti itu di telepon. Biasanya, sesulit apapun situasi yang dia hadapi, yang Irena lakukan hanyalah memberitahukan masalahnya lalu mendengar Raihan berbicara. Tetapi malam ini, gadis itu justru mengeluh tanpa membicarakan penyebab dirinya merasa kelelahan seperti ucapannya.

"Ren, ada apa?" Raihan bertanya kepada Irena melalui telepon. Ia gak bisa menyembunyikan kekhawatiran yang bisa terdengar dari suaranya.

"Gue harus apa, Han?"

Bukannya menjawab, Irena justru balik bertanya diseberang telepon sana hingga membuat kekhawatiran Raihan meningkat. Rasanya ia ingin melihat langsung wajah Irena saat ini agar tahu perasaan apa yang sedang gadis itu rasakan.

"Gimana gue tau kalau lo gak ngomong apa-apa? Mau ketemu?" ajak Raihan. Untuk sekilas, ia melirik jam yang menunjukkan pukul sembilan malam. Sepertinya memang gak baik juga bertemu dipukul ini. Namun Raihan terlanjur khawatir hingga rasanya dirinya yang sudah ada dibawah selimut gak akan mampu memejamkan matanya sebelum bertemu Irena.

"Enggak."

Jawaban Irena mampu membuat Raihan menghela napas kecewa. Ingin rasanya memaksa gadis itu menceritakan semuanya pada Raihan. Tetapi gak ia lakukan mengingat hubungan mereka juga masih memiliki wilayah privasi masing-masing. Raihan ingin memberikan ruang untuk Irena sampai gadis itu sendiri yang bersedia menceritakan segalanya kepada Raihan.

"Gue pengen cepet-cepet tidur."

Ucapan Irena itu bukan seperti pernyataan. Tetapi lebih seperti permintaan yang gak mampu ia dapatkan. Oleh sebab itu, Raihan membalas, "tidur, Ren. Lupain sebentar semua hal yang sempet ngebuat lo marah supaya lo bisa tidur dengan tenang."

Seperti kata Mahatma Gandhi bahwa seseorang harus melupakan amarahnya sebelum tidur.

"Nyanyi, Han. Biar gue lupa sama apa yang bikin gue marah."

Sebenarnya gak semudah itu loh menyuruh Raihan bernyanyi. Bahkan bila Selatan, Wawan dan Rama yang berjanji akan mentraktir makan hanya demi Raihan yang mau bernyanyi, Raihan akan menolak dengan tegas. Tetapi karena yang memintanya adalah Irena, Raihan gak menolak sama sekali. Di kepalanya hanya terlintas satu lagu untuk dia nyanyikan agar Irena bisa tertidur.

Lagu yang sempat gadis itu minta untuk Raihan nyanyikan saat Prom Night.

Pokoknya, Raihan pingin rasanya ketemu sama orang yang bikin lagu itu karena dengan lagu tersebut Raihan mampu membuat kebahagiaan untuk dirinya sendiri. Yang pertama, karena berhasil membuat Irena tersenyum bahagia saat Prom Night. Lalu yang kedua, karena berhasil membuat Irena tertidur malam ini.

"Dibandingkan dengan awalan kita
Bahkan jika kita menjadi lelah dan kesal
Ayo kita kembali ke saat kita saling
menghargai satu sama lain
Seperti awalnya
Sama seperti sekarang."

Setelah menyelesaikan bait terakhir lagunya, Raihan mengakhiri teleponnya dengan sapaan lembut, "selamat malam, Irena."

•••





"Ngapa lo? Galau amat!"

Seperti dugaan Raihan. Ia gak bisa tidur selepas membuat Irena tidur dengan suara nyanyiannya. Dibandingkan menghabiskan malam dengan ngegalau sendirian di kamarnya, Raihan justru menyeret ketiga temannya ke kedai kopi tempat biasanya mereka berkumpul. Gak peduli malam sudah menjadi larut, Raihan hanya ingin berbagi kegelisahannya dengan kedua teman dekatnya.

"Irena kayaknya lagi ada masalah deh," ungkap Raihan kepada Wawan dan Selatan.

Wawan yang dijemput saat sedang berada di dunia mimpi itu menguap sebagai bukti bahwa ia masih mengantuk. Selanjutnya ia memprotes, "tanya atuh masalahnya apa. Ngapain nyeret kita malem-malem gini! Mana dingin banget lagi."

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang