12

24 3 0
                                    

"Kamu jalan-jalan sama tiga cogan tapi gak ngajak-ngajak aku?"

Irena yang sedang memasukkan beberapa bajunya ke dalam tas miliknya langsung menghentikan kegiatannya saat Amara menyodorkan ponselnya yang menunjukkan foto tiga orang lelaki di layarnya. Tiga lelaki yang Irena panggil dengan cogan alias cowok ganteng itu adalah Selatan, Jehan—kakaknya Amara, dan Arkan—temannya Jehan.

Selatan yang difoto mengenakan baju hitam berbalit gardigan panjang lalu Arkan yang berbaju merah serta Jehan yang memakai kemeja putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selatan yang difoto mengenakan baju hitam berbalit gardigan panjang lalu Arkan yang berbaju merah serta Jehan yang memakai kemeja putih. Selatan dan Jehan terlihat melepas alas kaki mereka Sedangkan Arkan masih memakai sepatu putihnya. 

Beberapa hari sebelumnya, tepatnya hari Jum'at ditetapkan sebagai hari libur nasional. Oleh karena itu, tiga hari berturut-turut—Jum'at, Sabtu dan Minggu—ketiga lelaki itu mengambil waktu untuk liburan yang sudah pastinya mengajak Amara. Iyalah. Amara itu adik satu-satunya Jehan. Dia juga adik angkat kesayangan Arkan. Terlebih Amara juga orang yang Selatan sukai sejak lama. Keberadaannya sudah pasti menjadi hal nomor satu yang dibawa dalam liburan itu.

Iri.

Seriusan Irena iri. Bukan hanya sekedar dirinya yang gak sempat ikut berlibur bersama ketiga lelaki yang tampan itu. Tetapi lebih daripada itu. Irena iri karena Amara banyak mendapatkan kasih sayang yang bahkan gak dimintanya. Amara banyak mendapatkan perhatian bahkan saat dirinya seringkali merasa terbebani oleh perhatian itu sendiri. Lain dengan Irena yang—bahkan—gak bisa mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya dengan tulus. Yang hanya memiliki satu kakak laki-laki namun selalu sibuk oleh pekerjaannya sendiri.

Irena cepat-cepat menggeleng untuk mengusir pikiran buruk yang terlintas di kepalanya. Sebelum dirinya semakin seperti tokoh antagonis di dalam cerita ini, Irena segera menyadarkan dirinya bahwa Amara juga adalah orang berharga dalam hidupnya. Kalau bukan karena Amara, Irena mungkin sudah sejak lama menyerah untuk berjuang meraih mimpinya. Kalau bukan karena Amara, Irena pasti gak bisa bertemu dengan orang-orang hebat seperti keluarga Amara.

"Ini mereka ngajaknya mendadak banget. Maaf banget, ya, Ren. Lain kali aku ajak mereka buat liburan bareng kamu, ya?"

Amara tetaplah Amara. Secuek apapun kelihatannya, dia tetaplah gadis yang memperhatikan banyak hal termasuk mempertimbangkan perasaan orang-orang disekitarnya. Jadi wajar saja bila banyak orang yang merasa nyaman bersamanya termasuk ketiga lelaki tadi.

Irena mengulum senyum tipis. Padahal Amara sangat tahu bahwa mempertemukan ketiga lelaki yang memiliki kesibukan masing-masing itu sangat sulit. Irena juga sangat tahu kalau Amara adalah orang yang gak sembarangan bicara alias akan berusaha sekuat tenaga untuk menepati perkataannya. Oleh karena itu, bila Amara sudah berkata seperti sekarang, bisa jadi gadis itu memang sangat menghargai perasaan Irena.

"Gak perlu sampai segitunya, Ra." Irena menolak dengan halus kemudian melanjutkan, "kamu dimana? Ini bertiga doang masa?"

"Aku yang foto," jawab Amara sambil membantu Irena yang selesai memasukkan beberapa potong baju untuk menutup tasnya.

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang