Dear Surga part 15 - Leukimia Limfosik Kronis

42 11 11
                                    

DS 15. Leukimia Limfosik Kronis

Kamu selalu bisa mewujudkan impian orang lain. Kamu wujudin impian anak-anak jalanan buat bisa sekolah, kamu wujudin impian anak-anak penderita kanker yang ingin sembuh, kamu juga wujudin keinginanku agar Rey berubah. Kamu berhasil mewujudkan impian kami semua, Fa. Kamu berhasil.
-Calista Shaqueena Melviano

🍁🍁🍁

Grey membukakan pintu mobil untuk tuan mudanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Grey membukakan pintu mobil untuk tuan mudanya. Sosok Rey keluar, menapakkan kakinya di atas tanah-penuh dedaunan kering yang berserakan-lalu keluar, bersamaan pekikan elang yang menyambutnya di atas sana.

Rey mendongak, lalu membenarkan posisi jas berikut mengancingnya. Di waktu yang sama Rey mengerutkan hidungnya, ia mencium sesuatu. Samar, namun jelas untuk indra seorang Melviano. Aroma parfum wanita.

Rupanya aroma itu berasal dari jasnya.

Kening Rey mengerut, tetap bersikap normal sesaat setelah menyimpulkan bahwa parfum tersebut pasti milik Fatimah yang menempel di jasnya saat ia menggendong gadis itu tadi.

Fatimah menggunakan parfum?

Terasa tidak masuk akal. Tetapi, siapa peduli?

Rey mengendikkan bahu. Tidak masalah, baunya terlalu samar. Fatimah pasti hanya memakainya sedikit. Rey juga sangat yakin, tidak akan ada yang mampu mencium aromanya.

Rey menegakkan tubuh. Hendak melanjutkan langkah, ketika sesuatu lagi-lagi membuatnya berhenti. Sebuah suara kecil dan sekelebat gerakan tertangkap indra hebatnya.

Rey menaikkan sebelah alis, tersenyum miring. Siapa lagi yang berani mengusiknya?

"Grey," panggil Rey pelan, telunjuknya memberi tanda.

Sang tangan kanan menoleh, dengan persiapan matang di genggamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sang tangan kanan menoleh, dengan persiapan matang di genggamannya.

Tanggap sekali. Rey tersenyum miring, menepuk bahu Grey, sedangkan lengan kirinya terangkat. Rey melihat arlojinya, lalu berdehem. "Eum, jam satu, lima, dan sepuluh," ujarnya, Grey mengangguk mengerti.

Dear SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang