Dear Surga part 16 - Badest Person

44 5 4
                                    

DS 16. Badest Person

Adakalanya orang yang paling buruk di masa silam, akan jadi baik di masa depan.
—Ummar bin Khattab

🍁🍁🍁

Langit biru Maldives dan udara pagi yang masih segar seolah tercipta hanya untuk menyambut kedatangan Fatimah bersama dua keturunan Melviano di bandara.

"Terima kasih udah penuhi mauku, Kak." Rey menoleh pada adiknya saat menuruni undakan anak tangga private jet dengan ukiran nama Melviano di badannya.

" Rey menoleh pada adiknya saat menuruni undakan anak tangga private jet dengan ukiran nama Melviano di badannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Momen ini, memang sangat penting buat aku. Terima kasih banyak-banyak, Kak," sambung Queen sembari menggandeng sang kakak, mendesakkan wajah di pundaknya.

Rey tersenyum tipis di balik kacamata hitamnya. Menengadahkan kepala menatap langit Maldives yang menyambut mereka sebelum mengusap ujung kepala Queen. "Anything for you, Queen," ujarnya.

Queen tersenyum lebar, lalu menyamakan langkah Fatimah di depannya. Meninggalkan Rey yang berjalan tanpa tenaga, sejak kemarin bergelut dengan pikirannya yang kalut.

Rey memperhatikan gadis itu dari belakang. Semuanya masih tidak masuk akal. Apa yang ada di pikirannya benar? Melihat tutur katanya yang lembut pada Queen, tawanya yang renyah, senyumnya yang manis turut mencipta tarikan tipis di bibir Rey. Membuatnya seratus persen yakin, segala pemikiran buruknya salah.

Memusatkan perhatiannya pada Fatimah, membuat Rey menyadari langkah gadis itu yang sedikit goyah. Fatimah baru saja sembuh dari sakit dan belum sepenuhnya pulih. Dia memang seharusnya istirahat, bukan malah menuruti kekeraskepalaan Queen yang secara mendadak ingin berlibur ke Maldives.

Rey melihat Fatimah mulai menyentuh kepala, memijatnya pelan. Membuatnya segera membuang koper di tangan, berlari mendekati gadis itu. Hanya sepersekian detik saja, tubuh Fatimah kemudian ambruk dalam dekapnya.

"Putri ...," lirih Rey pelan.

Suatu aroma tercium. Samar, tapi jelas diterima indra penciuman Rey. Parfum itu. Parfum yang sama dengan jejak parfum yang ditemukan di tempat pembunuhan. Rey melepaskan Fatimah dengan segera. "Are you okay?"

Fatimah mengerutkan kening, menggeleng pelan dengan senyum tipis. Dia berusaha menegakkan tubuh. "I'm okay." Bibir pucat Fatimah membuat Rey semakin tidak karuan. "Mungkin cuma efek jet-lag."

Rey mengangguk saja sekalipun tak percaya. Ia meminta Fatimah dan Queen berjalan lebih dulu, sedangkan ia meminta Grey cepat menyiapkan mobil untuk membawa mereka ke hotel.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dear SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang