Lelaki itu memarkirkan Lamborghini hitamnya di halaman rumah tua di tengah-tengah hutan dengan sangat apik. Lalu keluar, dan disambut orang kepercayaannya.
Rey menaikkan sebelah alisnya-- bertanya keadaan bisnisnya pada orang kepercayaannya, Grey, sembari berjalan masuk.
"Semuanya dalam kendali baik di sini, Tuan muda. Semua transaksi berjalan lancar dan aman. Semuanya dalam kondisi baik dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Jelas Grey yang mengikutinya dari belakang. Rey menaikkan sebelah alis dan mengangguk mendengarnya.
Sampai di salah satu sudut rumah, Rey menekankan telapak tangannya pada dinding di balik sebuah lukisan bunga. Dan hanya dalam beberapa detik, lantai terbelah-- menampilkan sebuah anak tangga menurun. Rey menuruni anak tangga tersebut, masih diikuti Grey.
"Kualitas barang selalu menjadi perhatian dan ada beberapa barang baru yang harus Anda lihat, Tuan muda." Sambung Grey kembali melaporkan.
Rey menghentikan langkah. Berbalik, lalu menatap Grey dingin. "Aku kemari bukan untuk itu. Aku kemari untuk membasmi tikus-tikus sialan yang kamu bawa, Grey." Rey menunjukkan seringainya. Saling menautkan jemarinya-- terlihat tidak sabar. Rey melihat Grey menelan salivanya.
"Ba- baik, Tuan Reymond." Jawabnya dengan gugup.
Mata Rey menggelap, tak sabar ingin bermain dengan darah. Di bibirnya terukir senyum mengerikan. Rey melanjutkan langkahnya. Sampai di hadapan sebuah pintu besi, Rey hanya perlu menjentikkan jari untuk membuat pintu tersebut terbuka.
Rey kembali menyeringai melihat beberapa anak buahnya berjaga di depan pintu kayu beberapa langkah darinya. "Aku akan masuk." Ujarnya singkat, namun mampu membuat beberapa anak buah bergerak membukakan pintu untuknya.
Bersiaplah, Monster telah datang.
"Anthony," Ujarnya ketika langkahnya sudah memasuki pintu kayu itu. Kedua lengannya di tekuk di depan dada. Matanya mengilat penuh kemarahan, menatap tiga orang pria duduk di kursi usang dengan lengan dan kaki terikat. Mulutnya dibekap. Menjadi pemandangan yang memuaskan bagi Rey.
Salah satu lelaki itu menatap Rey dengan wajah penuh ejekan. Rey sejeli itu bisa melihatnya. Sehingga, itu memancing langkah Rey untuk mendekat dan melepaskan plester yang membekap mulut lelaki itu. "Tell me, Anthony. Aku akan berbaik hati untuk mendengarnya sebelum aku menjemput kematianmu." Rey menunjukkan seringainya. Meraih sebuah pisau lipat dari anak buahnya.
"Apa yang akan kamu lakukan padaku, Reymond? Membunuhku? Aku tidak akan menghalangimu. Kamu sudah rugi banyak." Anthony tertawa keras-keras. Cukup membuat darah Rey mendidih. Jiwa psikopatnya mengambil alih. Tidak ada lagi Reynand, hanya ada ... Reymond.
"Seharusnya kamu tidak main-main denganku, Anthony. Itu kesalahan fatal." Rey berbisik di telinga Anthony. Kini ia berada di belakang lelaki itu. Menyayat tipis lehernya. Menciptakan sebuah rintihan kecil Anthony. "Semua orang memanggilku Reymond. Seorang pria yang tidak memiliki hati. Tidak memiliki rasa belas kasihan sedikitpun. Dan ya, selalu ada konsekuensi atas semua perbuatan yang dilakukan, Anthony." Bisik Rey lagi, semakin dalam menyayat leher Anthony. Membuat lelaki itu kembali merintih.
Bagus! Merintih, dan mintalah kematian padaku, sialan!
"Aku tahu. Dan aku yakin, kamu juga akan mendapat konsekuensi atas apa yang kamu lakukan padaku, Reymond. Bisa jadi padamu, pasanganmu, keluargamu, atau bahkan ..." Anthony menggantungkan ucapannya. Menatap Rey dengan seringai liciknya. "Queen-mu?"
Rey tak sengaja memperdalam sayatan pada bagian bawah leher Anthony ketika mendengar lelaki itu menyebutkan nama adiknya. Ia berhenti, lalu menatap Anthony tajam. Membiarkan pisau lipatnya menancap di leher lelaki itu. Pandangannya kelam, kelewat kelam. "Jangan pernah membawa nama adikku, sialan!!" Rey berteriak dan memukul keras wajah Anthony, membuat kursi yang diduduki lebih tikus sialan itu jatuh, dan punggung juga bagian belakang kepala lelaki itu menghantam lantai. Suaranya memenuhi ruangan. Rey tidak bisa. Ia tidak bisa membiarkan Queen mendapatkan imbas dari segala perbuatannya. Rey's love his Queen so much.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Surga
General FictionDi atas bentala ini, terkadang sesuatu datang tanpa terduga. Seperti angin yang datang tiba-tiba lalu menumbangkan pohon yang berdiri kokoh. Maka, seperti itulah kedatangan seorang Fatimah Hulya Albaihaqi bagi Rey yang tak pernah diduga olehnya. Gad...