3. Home

738 50 0
                                    

• 🐥🐰 •

"Eonni" // "Sooyoung–ah"

Tak butuh waktu lama keduanya sontak mempertemukan sorot mata keduanya; terdiam sejenak untuk meresapi apa yang baru saja terjadi, lantas secara ajaib meloloskan tawa kala sadar bila mereka sama-sama hendak menyampaikan sesuatu di waktu yang bertepatan.

Jika mereka jujur, ada sedikit rasa sepi mengingat Seulgi dan Yeri telah mengambil keputusan mutlak untuk tinggal di tempat pilihan masing-masing; memisahkan diri dari dorm.

Ditambah lagi Wendy pun kini lebih sering menghabiskan waktu di rumah orang tuanya daripada di apartemen bersama nan disewakan oleh agensi tersebut.

Barangkali rasa candu akan kerinduan pada suasana rumah mulai menyerang si gadis rambut Kanada dilihat dari bagaimana gadis tersebut sedikit demi sedikit menambah frekuensi komunikasi dengan orang tuanya.

Dan mungkin situasi yang tersisa sudah jelas hingga dua member nan masih setia berada di tempat yang berangsur senyap itu juga memunculkan keinginan mereka untuk menatap tempat baru.

Lantas seiring si jangkung meraih dua mug berisi susu hangat disusul mengarahkan kaki ke sofa ruang tengah dimana Irene memeluk lututnya, keduanya menciptakan tebakan di kepala tentang apa yang mungkin akan diutarakan lawan bicara.

Mereka hanya tidak tahu bahwa sebenarnya dibalik tampang datar dan damai mereka, ada satu keresahan akan keputusan nan mungkin saja beda dari bayangan yang mereka buat.

Kemudian di detik sebuah dentingan lahir akibat benturan kecil benda di tangan Joy yang diletakkan diatas meja kaca depan mereka, Joy secara pelan dan hati-hati, menyampirkan lengan panjangnya ke sekitar pundak Irene; merangkul si mungil selagi cahaya dari televisi di depan mereka terus bergerak.

"Kalau Seungwan–eonnie juga telah mengambil pilihannya nanti, kira-kira kau ingin tinggal dimana, eonnie?"

Dan, ya.

Tidak ada jawaban pasti selain hembusan nafas panjang dari kedua belah pihak usai Joy menjatuhkan beban nan sedari tadi menumpu di pundak mereka.

Sampai Irene mengambil langkah untuk melepaskan rangkulan Joy hanya supaya Ia dapat meggenggam tangan yang lebih besar darinya; mengamankan telapak raksasa tersebut di kedua tangan mungilnya.

Padahal senyuman tipis nan tiba-tiba muncul di wajah Irene serta usapan ibu jarinya di punggung tangan Joy, telah menyediakan balasan paling gamblang pada kalimat tanya Joy beberapa saat lalu.

Namun sentakan akan memori bila Joy selalu menuntut kalimat eksplisit, menjadikan Irene perlahan menengadahkan wajahnya supaya dapat mengabadikan ekspresi Joy begitu Ia berucap,

"Aku ingin tinggal denganmu."

Itu sudah cukup bagi Joy. Karena apa yang diucapkan Irene, sama persis dengan apa yang ingin Ia akukan.

Sesaat mengangkat tangan yang bebas untuk menangkup satu pipi Irene diikuti gestur mengelus kulit lembutnya menggunakan ibu jari, Joy mengangguk yakin lalu merendahkan wajah hingga bibir tebalnya bertemu dengan milik Irene.

"Kalau begitu, tinggallah bersamaku, eonni."

Melompat ke pangkuan Joy, kini giliran Irene yang menurunkan kepala hingga dahinya beristirahat begitu nyaman di dahi Joy.

"Sudah pasti dan sudah ditetapkan."

• 🐥🐰 •

What's BehindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang