6. Move

692 51 0
                                    

• 🐥🐰 •

Berbanding terbalik dengan hari kemarin dimana Wendy bukannya membantu membuang kecanggungan, malah menambah rasa malu, hari ini dua figur perempuan tengah menikmati hari bebas mereka.

Pemandangan tampak hangat namun juga sedikit dibumbui atmosfer erotis bersama bunyi kecapan bibir atas kegiatan saling mencicip satu sama lain.

Sementara kedua kaki panjang Joy hanya bisa menjulur, mengelilingi sekitar tubuh Irene diatas sofa ruang tengah, sepasang kaki mungil Irene justru mengunci posisi dengan melingkarkannya di sekitar pinggang Joy.

Barangkali mereka sudah tak memiliki kecanggungan seperti beberapa jam silam hingga Joy secara natural meletakkan lengannya untuk memeluk pinggang Irene selagi si mungil menangkup wajah Joy supaya tetap berada di sudut yang Ia inginkan.

Sesekali Joy menyapukan lidahnya ke bibir bawah Irene. Dan Irene pun tak melewatkan kesempatan untuk menelusupkan miliknya untuk menjelajahi mulut Joy.

Bibir sepasang sejoli dimabuk cinta tersebut sudah tampak bengkak tapi masih belum kehilangan semangat menyalurkan perasaan masing-masing melalu gerakan yang mereka bentuk sendiri.

Irene itu sederhana. Apa adanya.

Tapi bahkan hanya dengan celana short hitam yang disandingkan dengan kaus putih kebesarannya, Ia masih terlihat bagai dewi. Rambut coklat gelapnya begerak kesana-kemari seiring aktivitas saling melumat berubah makin dalam dan intim.

Barulah ketika Joy tanpa sadar menyelipkan telapak ke balik kain putih yang Irene kenakan demi mengusap kulit punggung bawahnya, nafas Irene tersentak, bertepatan dengan cengkeraman yang tahu-tahu Ia berikan pada pergelangan tangan Joy; menghentikannya.

Ciuman mereka terhenti, mata mereka saling menatap. Dan ketika Joy menyadari apa yang telah Ia lakukan, perlahan tapi pasti, Ia menarik kembali tangannya supaya keluar dari lingkup kaus Irene.

"M–maaf, eonni. Aku tidak menyadarinya."

Joy tidak sepenuhnya salah. Lagipula siapa nan bisa lepas dari hasrat menyentuh ketika yang mereka jalankan beberapa menit terakhir adalah mencicip rasa satu sama lain.

Joy sendiri sama sekali tidak tahu, bahwa Irene menghentikannya bukan karena Ia tidak ingin atau karena Ia belum siap. Irene sekedar terkejut sebab kontak kali ini berlangsung antara kulit dengan kulit yang mana belum pernah Ia rasakan sebelumnya.

Nyatanya tujuan Irene menjeda Joy dari memperjauh aksinya ialah sebab Ia perlu beberapa saat untuk menenangkan jantung nan rasanya bisa meledak sewaktu-waktu.

Lantas ketika Irene pun mulai memunculkan rasa penasaran dalam hati tentang bagaimana hal ini akan terlaksana jika mereka memang hendak menjalankannya, Ia kembali meraih pergelangan tangan Joy untuk ditarik perlahan sebelum balik diselipkan ke balik kausnya.

Hanya saja kali ini Irene meletakkan telapak Joy di posisi lebih tinggi dari sebelumnya, tepat menyentuh kaitan bra-nya.

"Eonni, kau tidak perlu—"

Belum sempat Joy mempertanyakan, Irene sudah lebih dulu memiringkan kepala lalu kembali menyerang bibir tebal Joy nan selalu saja terasa manis meski dalam keadaan tanpa make-up bibir apapun.

Dua tangan mungil nan tadinya hanya bertengger di pundak lebar Joy, kini bertransformasi menjadi mengalung erat di sekitar leher Joy; menariknya sedekat mungkin supaya Ia bisa mencium si jangkung dengan lebih intim.

Yang tidak bisa Joy percaya bahwa Irene bisa menjadi wanita nakal nan mempermainkan hasratnya. Hal itu terbukti secara gamblang kala Irene memutuskan lumatannya hingga menimbulkan garis saliva, lalu menatap Joy dengan matanya yang sayu.

"Sentuh aku, Sooyoung–ah."

Direspon dengan mata membulat terkejut oleh pihak yang lebih muda, tatapan Joy perlahan kembali normal bertepatan dengan dua telapaknya nan dengan berani melepaskan kaitan bra Irene.

Kemudian dengan ciuman bibir nan terasa lebih panas dan serius dari sebelumnya, mereka berdua diam-diam mengambil langkah dengan berpegang pada adegan film yang kemarin mereka tonton bersama.

• 🐥🐰 •

What's BehindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang