9. When This Rain Stops

563 39 1
                                    

Dengerin lagu Wendy yang satu ini bener2 munculin bayangan di kepalaku :")
Vibenya yaampun 🥲🥲🥲
Maaf aku nggak nyantumin yang Like Water officialnya tapi tetep jan lupa stream ya 💙

🐥🐰🐹🐻🐢

"CONGRATULATIONS!!!"

Wendy kaget bukan main. Jantungnya berdebar kencang atas kebahagiaan nan masih ditambah perasaan tersentuh kala Ia menyaksikan senyuman lebar ketiga member di depannya.

Seolah tak percaya bila sungguh-sungguh terjadi, Wendy menoleh kebelakang hanya untuk disuguhi pemandangan dimana Joy, masih menggunakan pakaian nan perempuan itu kenakan kala menjadi MC di press-nya, menyandarkan sebagian tubuh ke sisi pintu nan masih terbuka; mengedikkan bahu ditemani lengkung bibir seolah tengah menyombong, namun Wendy tahu bahwa ada ketulusan yang sama besarnya dengan anggota lain.

"Mereka sudah mempersiapkannya dari beberapa hari lalu, eonni."

"Kami mempersiapkannya dari minggu lalu."

Joy seketika tersenyum dan di waktu yang sama dengan Wendy, mengalihkan pandangan ke arah Irene yang mengoreksi kalimat Joy nan menunjukkan seakan-akan Joy tidak terlibat di dalamnya.

Tidak. Semuanya ikut andil dalam kejutan sederhana bagis salah satu sosok paling lovely diantara mereka.

Hujan jatuh tepat ketika Joy dan Wendy turun dari van di lapang parkir basement; agaknya membuat Joy sedikit terbawa suasana, juga bersyukur mereka sampai lebih dulu sebelum tetesan air menyerang.

Langkah tegas Wendy ambil sembari menutup mulut menggunakan dua telapak nan katanya hampir serupa dengan tekstur tangan lelaki. Tanpa melihat pun Joy sudah merasakan adanya sebuah linangan cairan di ujung mata Wendy akibat emosi positif nan membuncah di dada.

Senyumnya berkembang makin lebar kala Yeri tahu-tahu melompat dari belakang Seulgi dengan sebuah kue berlapis cream warna biru dihiasi logo waru Wendy berada diatas sangga dua tangannya. Satu lilin tunggal nan mungil namun penuh makna tak lupa untuk ditancapkan di tengahnya.

Satu lengan Joy reflek terbuka ketika mendapati Irene mendekat padanya seraya ikut mengulurkan lengan pendeknya untuk memeluk pinggang Joy.

Empat perempuan mengelilingi satu figur yang tengah meresapi hari nan sudah lama Ia impi-impikan; menunggu sekejap tanpa ada rasa terganggu untuk memberinya ruang supaya dapat melafalkan harapan dalam batin sebelum nantinya dilayangkan lewat angin nan berhembus dari mulut, menabrak cahaya yang mereka percayai akan mengabulkannya suatu saat nanti.

Lilin sudah dipadamkan menggunakan permohonan, satu persatu maju untuk menyerahkan pelukan terhangatnya pada tubuh nan sama mungilnya dengan sang leader. Dan meskipun Joy telah memberikan ucapan selamat nan dilengkapi pelukan beberapa jam lalu sebelum press conference dimulai, tapi Ia tetap melakukannya lagi.

Sebab atmosfer telah berganti jika mereka bersama-sama.

Teriakan Seulgi memperjelasnya.

"Yeay! Sekarang ayo berpesta!"

🐥🐰

Wendy tidak akan berbohong, lelah rasanya. Bahkan berpesta pun lelah. Namun itu cukup sepadan dengan kegembiraan nan Ia dapatkan untuk malam ini.

Matanya sesekali memindai beberapa botol soju kosong berjejeran dengan gelas-gelas kecil nan tadinya digunakan empat membernya. Sedikit menyayangkan beberapa hal sebab Ia dilarang oleh Joy untuk ikut minum mengingat besok Ia memiliki jadwal pagi, namun menyaksikan Seulgi dan Yeri saling menampar pelan satu sama lain dengan wajah merona sungguh menghangatkan hatinya.

Dan disinilah dia. Usai membantu Joy memindahkan si monolid dan sang maknae ke kamar masing-masing, Ia kembali memposisikan diri di karpet ruang tengah; memeluk lutut dengan satu tangan menggenggam gelas berisi jus jeruk sementara Joy berada di hadapannya; menyandarkan punggung pada badan sofa sambil merangkul Irene dalam dekapannya.

Bunyi rintik hujan nan terdengar tak memiliki intensi untuk berhenti membuat si penyanyi solo tanpa sadar menutup mata; meresapi tiap-tiap momen nan melengkapi kekosongan di dadanya.

"Selamat ya, Son Seungwan. Aku sudah menunggunya juga sejak dulu."

Suara lembut bagai belaian angin sepoi-sepoi di padang rumbut hijau berbunga, menggelitik telinga memerah Wendy hingga menjadikannya mau tak mau membuka kelopak sebelum menyorotkan mata pada ekspresi bangga dari perempuan tertua dalam lekapan lengan Joy.

Ungkapan Irene selalu berbeda dari yang lain; lebih dalam, juga serius nan menjadikan Wendy seringkali teringat akan sensasi ketika ibunya mengusap kepala mungilnya kala masih balita.

"Terimakasih, eonni."

Setelah itu Wendy memilih untuk sejenak memperhatikan cara tangisan langit berlomba menyentuh tanah. Diluar jendela berhiaskan bulir percikan air, Wendy sekali lagi mengela nafasnya perlahan; berterimakasih pada bulan dan bintang-bintang nan masih berani melawan awan abu-abu hingga berhasil menampakkan diri mereka supaya dapat dilihat oleh Wendy.

Hujan sempat menurunkan semangatnya. Tapi...

When this rain stops, you just have to smile again.

Mengembalikan perhatian yang seharusnya Ia berikan pada dua sejoli di hadapannya, Wendy untuk yang entah keberapa kali, memamerkan senyuman kelegaan lewat lengkung bibirnya.

"Kalau begitu, aku duluan."

Anggukan Joy dan Irene sudah lebih dari cukup bagi Wendy untuk meletakkan gelas di wastafel lantas menggerakkan kaki ke kamar nan sudah cukup lama Ia tempati; meninggalkan Irene dan Joy terdiam di tempat seraya menghayati eksistensi satu sama lain.

Lagu Wendy berjudul 'When This Rain Stops' telah terputar samar-samar dalam loop untuk beberapa jam. Barangkali karena didalamnya memuat melodi nan cukup selaras dengan suasana malam ini.

Mata keduanya sama-sama tak ingin lepas dari pemandangan di luar jendela; menitipkan rasa pada keheningan diselingi udara nan menembus ventilasi, mengusap permukaan kulit mereka.

Rangkulan Joy secara spontan mengerat bertepatan dengan Irene yang menyandarkan kepalanya semakin jauh di lekukan leher si jangkung; berusaha mencari kehangatan lewat rapatnya posisi.

Dan akhirnya waktu yang Irene tunggu-tunggu datang juga; saat dimana Joy sedikit menundukkan kepala, mengamati wajah Irene selama beberapa saat sebelum mengutarakan sesuatu hampir setiap saat Ia putar di relung.

"Aku benar-benar menyayangimu, eonni."

Skenario terakhir yang telah diperkirakan ikut muncul. Irene agaknya mendongakkan kepala; mengusap rahang Joy menggunakan satu jari-jari halusnya lantas memberikan jawaban yang tak jauh berbeda, sebelum ditutup oleh aksi menyatukan bibir mereka.

"Aku juga menyayangimu, Sooyoung–ah. Sangat."

🐥🐰

What's BehindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang