15. Morning

456 38 3
                                    

🌹

Bagi Irene, mengistirahatkan tubuh diatas kasur Joy merupakan salah satu hal favoritnya. Salah satu alasannya ialah sebab harum tubuh si jangkung nan kerap menempel di sprei serta selimut yang Ia kenakan, bertahan cukup lama meskipun si pemilik tak ada disana.

Tak sekedar satu-dua kali pula alasan tersebut membuat Irene mengira Joy masih ada disisinya ketika Ia membuka mata; berpikir bahwa semerbak wangi yang menyapa hidungnya berasal dari seseorang nan menemaninya dalam tidurnya, lantas menyadari aroma tersebut hanyalah sisa-sisa harum tubuh Joy yang tertinggal.

Perempuan itu sering bangun lebih dulu dari Irene dan Irene tak pernah memprotesnya pula sebab meninggalkan Irene berguling-guling di kasurnya tanpa tahu bahwa Joy telah meninggalkan ruangannya.

Nyatanya pemandangan dimana yang lebih muda tengah sibuk di area dapur dengan hanya mengenakan kaos polos kebesaran nan hampir menutup seluruh short hitamnya, berhasil meredam pertanyaan di kepala Irene tentang kemana gadis itu pergi.

Tundukan sempat Irene lakukan hanya untuk memeriksa dirinya sendiri, lantas tersenyum ketika lagi-lagi mengingat bahwa kemeja warna terang yang memanjang hingga ke pahanya merupakan milik kekasihnya.

Beberapa menit berdiri di ambang pintu kamar sembari memeluk figur kecilnya sendiri, Irene memutuskan untuk memindah kegiatannya sehingga Ia berhenti tepat di belakang Joy sebelum menyelipkan kedua tangan ke sekitar perut Joy; menempelkan salah satu pipinya ke permukaan punggung Joy sambil meresapi bunyi deru nafas pelan nan menelusup telinganya.

Joy tak melakukan apapun. Sekedar menciptakan senyum kecilnya disusul mengangkat satu tangan untuk mengusap lengan Irene sementara tangan lain sibuk mengaduk cream cheese pasta yang Ia buat untuk dirinya dan keempat member lain.

"Hmm... Harum tubuhmu terkontaminasi bau pasta. Aku tidak suka."

Kekehan kecil tak dapat Joy tahan. Joy selalu suka bila Irene sudah menggunakan nada manjanya seperti yang baru saja sang leader lakukan; membuat Joy berpikir bahwa Ia merupakan satu pihak yang memimpin hubungan mereka.

Tak ingin melewatkan kesempatan untuk menyaksikan sisi menggemaskan Irene nan cukup jarang ditunjukkan, Joy pun berputar lantas menunduk menatap Irene yang tampak tak ingin membuka mata, kemudian mengusap kedua lengan kecil Irene.

"Adikmu menelfonku pagi ini."

Joy sesungguhnya sudah menduga bila Irene akan langsung berubah cemas bila Ia mengangkat topik meresahkan yang beberapa minggu terakhir mulai terlupakan.

Cara Irene membuka dan seketika membulatkan matanya, menjadi satu bukti eksplisit akan penjelasan sebelumnya. Namun alih-alih tertular kegelisahan Irene, Joy justru bergerak untuk mengusap dua lengan atas Irene dengan ibu jarinya; tersenyum sebagai usaha pendukung untuk menghapus kecemasan yang lebih tua.

Joy tahu Irene tidak bertanya sebab tak ingin mendorong Joy untuk menceritakan keseluruhan cerita. Meski begitu, Joy tahu pula bahwa ada rasa penasaran nan menggerogoti Irene dari dalam ketika Joy memilih diam untuk beberapa saat, usai menyampaikan hal tersebut.

"Semua asumsiku benar. Dia hanya khawatir padamu, Unnie. Dia bukan tidak merestui, tapi kau tau sendiri bahwa kita terlalu sibuk dan aku tidak pernah kerumahmu untuk benar-benar 'memperkenalkan' diriku. Aku hanya datang saat libur tahun baru dan itupun bersama anggota lainnya. Pasti sulit bagi adikmu untuk percaya sepenuhnya padaku. Aniya? Dia hanya membutuhkan waktu."

"Tapi—"

Sebelum Irene sempat menyanggahnya dengan kalimat semacam 'Dia adikku, dia harusnya mengerti' atau mungkin 'seharusnya dia percaya bahwa aku tidak sembarangan dalam memberikan perasaanku' atau bahkan 'dia tidak mempercayaimu sama seperti dia tidak mempercayaiku', Joy lebih dulu merendahkan tubuh lalu membungkam mulut Irene menggunakan bibir tebalnya sendiri.

Bersama dua pasang mata yang spontan tertutup, Joy bisa merasakan tangan Irene berpindah dari pinggangnya ke kedua sisi wajahnya; menangkup pipi tirusnya supaya ciuman mereka dapat berlangsung lebih lama dan lebih dalam.

Irene mengerti tujuan Joy. Tentu saja Ia mengapresiasinya dengan mengabulkan keinginan Joy; keinginan supaya Irene berhenti memikirkannya dan membiarkan Joy yang menyelesaikannya.

Mengubah arah kepala mereka berdua, satu telapak Irene bergeser hingga sukses mencapai belakang kepala Joy lantas mengusap sembari sedikit mendorongnya; menciptakan sensasi berbunga-bunga di dada serta menimbulkan nafsu di diri Joy.

Hingga di satu titik—

Hhh~~

Jelas sepasang sejoli nan sibuk dengan kegiatan mereka itu berhenti dan langsung menatap satu sama lain ketika sebuah suara menelusup gendang telinga keduanya.

Sangat familiar sebab pada dasarnya suara tersebut hampir mirip dengan desahan nan Irene keluarkan ketika mereka berdua tengah bercinta.

Lantas bersama keingin-tahuan nan sedikit demi sedikit mulai menggedor kepala mereka, Irene dan Joy perlahan melangkah menuju lorong yang mengarahkan mereka pada tiga kamar yang mana merupakan milik Joy, Yeri, serta Wendy.

Agak sedikit terkejut kala berhenti di depan pintu kamar Wendy dan menyadari bahwa ternyata lenguhan samar bersumber dari baliknya, Irene lantas mendorong Joy untuk berdiri di belakangnya sementara Irene mengumpulkan keberanian untuk membuka sedikit, pintu yang —lebih mengejutkannya— tak dikunci.

Belum sempat Joy ikut melirik apa yang ada didalamnya, Irene sudah lebih dulu menutup mulutnya lantas balik menutup pintu dengan sepelan mungkin supaya sosok yang ada di dalamnya tak menyadari kehadiran mereka berdua.

Cepat-cepat Irene menggeret tangan Joy disusul memerintahkan Joy untuk menyelesaikan masakan nan sempat Ia hentikan sebelumnya.

"Sudahlah. Cepat selesaikan pastamu, aku lapar."

Tentu Irene tidak akan memberitahu kekasihnya bahwa Ia melihat Wendy berada diatas Seulgi yang menutup mata, dengan keadaan telanjang bulat, dilengkapi selimut yang hanya menutupi bagian kecil tubuh mereka.

Sangat mengejutkan.

🌹

HAHAHAHAHA WHAT THE F AKHIRNYA

Regards
- E

What's BehindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang