27. Worries

243 30 1
                                    

"Eonni, kau baik-baik saja?" Suara lembut Seulgi seketika menyentak Irene keluar dari lamunannya. Setelah melirik sekilas ke jam dinding diatas pintu ruang rias mereka, Irene baru menyadari bahwa Ia sudah menghabiskan lebih dari 10 menit menatap ke refleksi dirinya di cermin dengan pandangan kosong, pikiran melayang ke satu fokus yang kini tidak menunjukkan presensinya di ruangan ini.

Irene menjadi sedikit merasa bersalah. Anggota yang lain sudah cukup kewalahan dengan perasaan khawatir mereka terhadap Joy, sekarang mereka harus mencemaskan Irene juga akibat sikap lesu-nya semenjak Joy dipulangkan ke Korea kemarin. Namun Irene juga tidak dapat menahan dirinya sendiri. Ia sudah merencanakan untuk mengajak Joy berkeliling di sela-sela jadwal konser mereka, terlebih karena mereka akan mengunjungi beberapa negara yang mana tentu memiliki spot eksotik masing-masing. Tapi dikarenakan kondisi kesehatan Joy yang malah semakin memburuk seiring Joy memaksakan diri untuk menahan rasa sakitnya, membuat perempuan itu justru tumbang dan terpaksa meninggalkan anggota yang lain untuk pulang lebih dulu ke Korea.

Jadilah, rencana quality time Irene dengan Joy gagal.

Irene sudah bertekad untuk mengunjungi Joy begitu mereka menyelesaikan konser mereka di beberapa negara, bahkan akan memberanikan diri untuk meminta izin pada orang tua Joy untuk menginap di apartemen keluarga mereka di Seoul demi menemani si jangkung yang lemah lesu.

"Oh yeah, aku hanya... nothing. Aku baik-baik saja." Meskipun Irene sudah mengusahakan nada terbaiknya, namun tanpa Ia ketahui, bukan hanya Seulgi yang menyadari bahwa Irene tetap terdengar sedikit tidak bersemangat dibandingkan beberapa hari lalu.

"Oh, come on, eonni!" Wendy, perempuan urakan ketika sedang bersama dengan anggotanya, langsung merenggut ponsel menyala milik Irene yang terletak di meja rias hadapan si leader dan segera mencari satu kontak partikular diantara banyaknya kontak idol yang Irene miliki.

"Yah!" / "Ha—Seungwan eonni?"

Bersamaan dengan pekikan Irene akibat aksi Wendy yang sesungguhnya tidak disetujui tersebut, suara serak lain terdengar dari speaker ponsel Irene. Ini tidak seperti Irene tidak ingin menghubungi Joy melalui telepon dimana Ia bisa benar-benar mendengar suara sosok nan Ia dambakan presensinya tersebut, hanya saja Irene khawatir bila ekspresi cemasnya akan lebih kentara di panggung nanti bila Ia menelepon Joy sekarang, yang mana tentu bisa menyebarkan rasa resah maupun kecewa ke para penggemarnya.

Sudah bukan sebuah rahasia pula bahwa Joy sempat marah pada Irene. Irene sempat menawarkan diri untuk mengantarkan Joy hingga sampai ke Korea dengan alasan supaya Ia dapat memastikan Joy sungguh baik-baik saja di perjalanan, yang mana tidak bohong sama sekali. Namun Joy yang lebih realistis daripada Irene pada saat itu malah memotong Irene dengan 'wow, sangat dewasa sekali, huh?' sebelum total mendiamkan Irene selagi berbalik badan untuk menuju ke lobi hotel.

Entah sejak kapan, namun Irene pun menyadari bahwa Ia semakin gila ketika itu tentang kekasihnya. Ia menjadi semakin clingy, ingin selalu berada di sisi Joy di masa senang maupun sedihnya, rela mengorbankan banyak hal —bukan hanya soal materi— demi Joy, dan kerap kehilangan akal jika topik tentang kekasihnya diangkat. Lalu kini, konsekuensi dari kegilaan terbarunya ialah ketakutan untuk berbicara dengan Joy. Ia tidak ingin Joy menjadi lebih emosi padanya yang pada akhirnya nanti membawa hubungan mereka pada resiko nan lebih besar.

Irene tidak ingin.

Maka dari itu, Ia membiarkan Wendy melanjutkan rencana apapun yang ada di kepala berbalut rambut coklat pendek tersebut selagi Irene mengembalikan matanya ke cermin di hadapan; diam-diam meresapi tiap-tiap kata yang Wendy lontarkan bagi sosok di seberang sana.

"Joohyun eonni tidak berani meneleponmu bahkan hanya untuk menanyakan kondisimu padahal dia sudah seperti zombie, mengkhawatirkan keadaanmu." Irene menutup matanya rapat, berusaha menahan gejolak di dada yang mendorongnya untuk menyentak lagi pada satu anggotanya itu.

Kemudian keheningan memanjang. Hanya suara mesin AC yang mengisi kesenyapan di ruangan itu. Wendy jelas menyaksikan ekspresi Joy sedikit terkejut namun segera melembut setelahnya. Mata yang tadi teralih ke spot lain akhirnya diarahkan kembali ke kamera hingga sukses menatap Wendy dari layarnya.

"Bolehkah aku bicara dengan Joohyun eonni sebentar, eonni?"

"Oh, please do!" Dua anggota lain, Yeri dan Seulgi, dan juga Irene sendiri dapat mendengar kekehan pelan Joy usai mendapat rengekan kekesalan dari Wendy.

Irene berterima kasih pada Wendy —dalam hati, tentunya— karena berkat emosi perempuan itu, kini Irene tau bila Joy masih mau berbicara dengannya meski mereka menutup salam perpisahan kemarin dengan saling mendiamkan satu sama lain. Tapi Irene tetap tidak bisa menahan dirinya dari menatap sinis ke Wendy kala dia menyodorkan ponsel secara paksa hanya beberapa senti di depan wajahnya, menuntut Irene untuk menyerah saja dan menerima benda persegi panjang itu.

Irene sungguh bersyukur memiliki orang-orang yang mengerti dirinya sepenuhnya. Dilihat dari bagaimana Irene justru menjadi satu pihak yang terdiam di kursinya sementara para member dan staf perlahan-lahan beranjak dari posisi mereka untuk memberikan Irene privasi—hanya berdua dengan Joy di ruang rias.

Irene sekedar mengarahkan kamera depan ponselnya ke wajahnya, menatap Joy dengan ekspresi yang Joy hafal sebagai raut gelisah, tanpa membuka mulutnya untuk berucap apapun, begitu juga dengan sosok di seberang yang melakukan hal nan total sama.

"Maafkan aku." Hanya melalui dua kata yang lolos dari pertahanan Irene dengan nada yang begitu tulus dan menyesal, Irene berangsur rileks sebab Joy tahu-tahu tersenyum lembut.

"Eonni, kau takut berbicara padaku?"

Butuh beberapa detik bagi Irene meresapi pertanyaan tersebut sebelum Ia berhasil memberikan respon penuh melalui anggukan pelan namun yakin-nya.

"Aku tidak rasional dan aku mengecewakanmu dengan itu. Aku tidak suka dengan fakta bahwa aku adalah alasan dibalik ekspresi sedihmu kemarin. Aku semakin jatuh hati padamu each day, Sooyoung–ah, sulit untuk menggunakan akal sehatku. Aku tidak ingin membuatmu kecewa lagi tapi aku selalu merindukanmu. Maafkan aku." Jujur saja Irene tidak berani mengarahkan matanya ke layar; sekedar menunduk dalam sembari meresapi tatapan Joy yang rasa-rasanya bisa saja menembus dadanya.

"Eonni, lihat aku."

Irene melakukannya. Ia mengangkat kepalanya dan mendapati Joy tersenyum sendu dengan mata berbinar tanpa amarah sama sekali. Kekecewaan sekaligus kesedihan yang kemarin terpancar di mata gelapnya ketika meninggalkan hotel, kini sudah tergantikan oleh tatapan penuh cinta yang begitu familiar bagi Irene.

"I'm fine, okay? Datanglah ke rumahku ketika seluruh concert–thing ini selesai, hmm?"

Lantas raut suram Irene juga perlahan tergantikan oleh keceriaan nan perlahan-lahan menyapu bersih emosi negatif nan terproyeksi di wajahnya.

"I will. I love you."

Dengan jawaban Joy yang melebihi ekspektasi Irene, sang leader tau bahwa Ia tidak perlu mengkhawatirkan Joy untuk sekarang dan juga Ia tau bahwa Ia akan menyelesaikan konser dengan baik tanpa mengecewakan penggemarnya.

"I love you too, Eonni. Oh, and I'll always miss you."


What's BehindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang