21. LEVEL UP: 1st day

287 25 9
                                    

🌹

Beberapa kali melirik ke seat dibelakangnya melalui kaca spion tengah, Irene tersenyum kecil menyaksikan kekasihnya meresapi pemandangan di sisi kanan dan kiri jalan yang mereka lewati.

Sungguh, jika bukan karena Yerim yang terus menerus merajuk dan tak henti membahas bagaimana dirinya, juga Joy, berhutang padanya sebab membuat si maknae merasa seperti orang ketiga saat dalam masa isolasi, mungkin sekarang Joy sudah duduk di sisi Irene sehingga Ia bisa menggenggam tangan besar Joy.

Irene bahkan terlalu sibuk memeriksa keadaan Joy sekaligus menikmati keindahan sosok jangkung yang berada di serong belakangnya sampai-sampai Ia sampai tidak berusaha banyak untuk menimpali percakapan para member yang lain.

Bahkan di depan kamera.

Lantas ketika mata Joy juga secara sadar terarah ke spion tengah untuk sekedar memandangi Irene, kemudian mendapati pasangannya juga tengah menatapnya, Joy lalu ikut tersenyum sebelum berucap tanpa suara, "Kau sangat hot ketika menyetir, Eonni."

Berusaha menyembunyikan debaran jantung nyatanya cukup sulit bagi Irene. Terbukti dari bagaimana Ia langsung kembali fokus kedepan sambil menggelengkan kepala, setelah mendeteksi rasa panas yang menyebar di seluruh wajahnya.

"Wae, Eonni?" Irene tentu segera mengembalikan sorot matanya ke kaca spion tengah sekilas sebelum lanjut fokus kedepan, ketika mendengar suara Joy kembali terdengar. Namun kali ini pandangan Irene bukan terarah pada Joy melaikan pada sosok disisi kekasihnya itu; Wendy.

Nyatanya tertampil senyum kecil di wajah bersinar Wendy bersama tundukan seolah sedang menggemari sesuatu dalam pikirannya. "Ani. Hanya saja aku jadi ingat kondisi hubungan kalian berdua dulu." Jawab Wendy yang perlahan mengangkat kepala untuk melihat bagian belakang tubuh Irene dan juga kea rah Joy secara bergantian.

Tentu Joy mengerti topik mana yang sedang Wendy angkat kembali. Bahkan Joy sendiri tak bisa melupakan seberapa menyedihkan hubungannya dengan Irene serta betapa merana dirinya dan Irene dahulu ketika terlalu takut untuk mengambil langkah kedepan; ketika mereka berdua hanya berjalan di tempat sepanjang waktu tanpa progres berarti. Mendengar pernyataan Wendy barusan, Joy menyadari sejauh apa relasinya dengan Irene telah berkembang; menjadikan Joy secara reflek langsung kembali berkeinginan untuk menatap mata sang leader yang ternyata juga telah balik menyorotkan padanangan kepadanya.

"Aku ikut senang, kalian akhirnya berjalan." Suara Wendy terdengar lega sekaligus tenteram seakan-akan kecemasan dalam dadanya sudah dibasuh bersih. Tentu saja Ia ikut khawatir bila saja mereka berdua tetap bertahan dengan kepalsuan seperti dulu. Ia tidak bisa melupakan ekspresi Joy yang tidak benar-benar sepenuhnya bahagia dan selalu dilingkupi emosi negatif sebab tak berani mengambil langkah lebih jauh, tapi juga tidak bisa memaksa Irene untuk melakukannya. Kini kedua insan tersebut sudah berani jujur dengan diri mereka sendiri dan Wendy tidak bisa lebih senang lagi sekaligus bangga menyaksikan perjalanan asmara mereka.

"Aww... Eonni, aku terharu." Tentu saja Irene sekedar terkekeh pelan mendapati Joy tahu-tahu menggelayuti lengan Wendy sambil mengocehkan kata-kata cringe dengan suara manja yang mengubah ekspresi Wendy sepenuhnya menjadi raut geli serta jijik.

"Ugh... tahu begini aku tidak mengatakannya."

"Aa... Eonni, jangan begitu. Aku sedang terharu."

Lantas, dalam hatinya, Irene hanya bisa bersyukur juga dengan keputusannya di masa lalu untuk membuka pintu baru dalam hubungannya bersama Joy. Ia juga tidak lupa untuk berucap dalam batin,

Memang dasar anak menggemaskan ini.

***

"Member, ayo keluar. Kita sudah sampai." Seiring keempat anggota membuka mata setelah terlelap dalam perjalanan, mereka perlahan menemukan Irene tengah membenahi dandanannya sekaligus mengenakan kacamata hitamnya. Usai menyempurnakan tampilan dirinya, Irene kemudian menoleh ke samping dan juga belakangnya dengan senyuman lebar.

"Ayo! Kita akan ber-kayak." Disela geraman bangun tidur dari para anggota serta ekspresi mengantuk dirinya sendiri, Joy masih sempat meluangkan senyum gemas pada Irene meskipun harus dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.

Dan sepanjang mereka di sisi pantai, segalanya menjadi semakin menyenangkan. Joy menemukan dirinya sendiri tanpa ragu mengaitkan jari kelingkingnya dengan milik Irene ketika berjalan menuruni jalan buatan menuju ke dermaga.

"Kau pasti cemburu, kan?" Joy tidak terkejut dengan pertanyaan tersebut yang dilontarkan Irene ketika sang direktur kamera membagi kelompok untuk ber-kayak.

Well, tentu saja Joy merasakan sedikit ketidaknyamanan ketika mengetahui Irene menggunakan kayak berdua dengan Seulgi. Bagaimana tidak? Seperti yang dulu pernah Joy pikirkan, Seulgi merupakan satu sosok yang sudah bersama dengan Irene sebelum Joy bahkan masuk ke agensi. Entah ini hanyalah imajinasinya atau memang sebuah kenyataan, namun Joy beberapa kali merasa bahwa Seulgi merupakan pesaingnya; ancaman bagi perasaannya.

Namun tidak untuk kali ini. Karena Joy akan membalas pertanyaan itu dengan mengelompokkan dirinya sendiri dengan Wendy. Ia sering memantau media sosial hanya untuk menemukan bahwa kapal WenJoy yang reveluv buat tidak kalah kuat dengan kapal SeulRene.

"Hmm... tidak dulu, Eonni. Lagipula Seungwan-eonni cukup bisa diandalkan dalam kegiatan-kegiatan semacam ini. Kau tau dia punya lengan yang kuat, eonni." Balas Joy dengan nada tenang namun menyombong, sebelum berjalan menjauh dari Irene untuk lagi-lagi merangkul lengan Wendy.

Kerucutan bibir Irene masih belum cukup memuaskan bagi Joy sampai Ia balik memandang Irene secara jahil sebelum menjulurkan lidahnya; menggoda.

Sungguh menyebalkan anak itu, batin Irene.

🌹

Regards
- C


What's BehindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang