17. Harapan

283 42 25
                                    

Seungyoun mengunyah, Sana juga mengunyah. Mereka sama-sama terburu-buru supaya tidak kehabisan bagian yang diincar masing-masing, mengingat selera keduanya tidak jauh berbeda. Soonyoung yang ada diantara dua kesayangannya itu menumpukan kepalanya pada pundak Sana, tentunya tidak ada yang memperhatikan itu mengingat hanya ada mereka bertiga di ruang tengah. Seungyoun terlanjur terbiasa.

"Guys, gue titi—" Suara Jeongyeon terhenti melihat bagaimana posisi Soonyoung dan Sana, belum lagi dengan Seungyoun yang tampak terbiasa. Bahkan tiga orang itu tidak mengacuhkannya sama sekali.

Jeongyeon spontan mundur dan menghalangi Jun yang tentunya percuma, cowok itu sudah melihatnya dan nampak tidak terganggu sama sekali dengan apa yang dilihatnya. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, rasanya tidak mungkin Jun tidak menyadari hubungan antara Soonyoung dan Sana.

Jika dengan cerita Momo tentang dosen filsafat itu, Jun langsung menebak kalau sahabatnya sedang dipepet padahal hanya mendengar tanpa menyaksikan langsung. Bagaimana mungkin ia tidak menyadari hubungan Soonyoung dan Sana bahkan mereka sempat menyaksikan bagaimana cocok-nya dua orang ini dan adegan suap-suapan waktu itu?

"Mundur-mundur, jangan maksain," kata Jeongyeon, mendorong dada Jun untuk mundur. Kali ini Jun menahan dirinya agar tidak terdorong, dia menahan Jeongyeon dengan jari di dahi cewek itu agar berhenti. Setelah Jeongyeon berhenti dan memandangnya heran, si kelahiran Juni menggeleng sambil tertawa kecil.

"Gue udah gak papa, udah nyadar dari lama kok," ucapnya kemudian sembari memegang kedua pundak Jeongyeon dan membuatnya agar berbalik.

"Lo kan harus ngomong sama pacar lo, jadi gak papa. Jangan biarin dua orang kesayangan lo yang lain bolak-balik." Jun mendorong pelan Jeongyeon, berjalan mendekat pada tiga orang yang tampaknya belum menyadari kehadiran mereka. Maklum, Sana dan Seungyoun kalau bersaing lupa dunia seketika sementara Soonyoung malah tertidur.

Tiga orang lainnya alias Jeonghan, Nayeon dan Chaeyoung hanya mengamati. Nayeon sempat melirik pada Jeonghan saat terjadi adegan skinship antara Jeongyeon dan Jun, untuk melihat ekspresi cowok itu. Nyatanya tak ada yang berbeda, tidak menunjukkan kecemburuan sama sekali. Mereka mengikuti langkah Jeongyeon dan Jun.

"Pararunten, Akang, Teteh," sapa Jun random.

Seungyoun dan Sana kompak mendongak. Sana tampak panik dan menggerakkan badannya agar Soonyoung bangun dari tidurnya. Tapi percuma, Soonyoung bukan tipe yang mudah terbangun. Seungyoun juga menendang pelan perut kembarannya, lagi-lagi percuma.

"Santai, Sana. Dia kan cuma tidur di pundak lo?" ucap Jun sembari memberikan cengiran, kemudian sedikit menyikut Jeongyeon agar ikut berbicara.

"A-ah! Gue mau ngomong berdua sama Kak Han, gue titip Kak Nay sama Cece bentar ya? Maksud gue temenin mereka sampai gue beres ngomong, sama Jun juga kok," ucap Jeongyeon langsung.

Seungyoun mengangguk, "Oh ya, silahkan dudukin aja sofa-nya. Maaf ya makanannya udah habis, bentar gue ambil ke Dapur dulu," ucapnya sembari berdiri dan membawa wadah bekas snack bucket itu ke Dapur untuk membuangnya sekaligus membawa makanan baru untuk disuguhkan.

Meninggalkan Sana yang penuh kecanggungan.

"Y-yaudah, Kak, Ce, Jun duduk aja. Gue janji gak bakal ngobrol lama—males sih," ujar Jeongyeon.

"Omongin semua yang perlu diomongin, gak usah buru-buru, Je," balas Nayeon.

"Males, ayo keluar, cepet!" ucapnya dengan nada galak sembari menarik tangan Jeonghan untuk keluar.

"Nyong kayaknya capek banget ya," ucap Jun memecah keheningan. Sana terlihat gelagapan sebelum membalas, "I-ya, kayaknya. Baru pulang juga."

Jun mengangguk kemudian tersenyum, "Dia kelihatan nyaman ada di posisi itu ...." Jun mengambil jeda.

kosasra; seventwice 96LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang