8. Malming

279 49 6
                                    

Cowok itu diam di depan sebuah Kafe. Ada pengumuman bahwa mereka membutuhkan pekerja paruh waktu. Dia terdiam untuk memikirkannya, tampaknya tidak akan terlalu buruk.

Ia juga jadinya punya pegangan lebih, tidak mungkin selamanya menunggu kiriman dari orang tua.

Cowok itu, Jihoon. Dia akhirnya memilih untuk masuk kesana dengan harapan masih ada lowongan yang tersisa.

Jihoon berjalan menuju kasir dan langsung mendapat sambutan ramah.

"Selamat sore, Kak. Mau pesan apa?"

Jihoon menggeleng kecil, "Sebenarnya saya mau tanya soal lowongan yang di depan."

"Oh boleh, Kak. Sebentar saya bicarakan pada atasan dulu ya," balasnya sambil mengukir senyuman tipis.

Jihoon membalas senyumannya kaku, "Ah iya."

Tak lama kemudian cewek berambut pendek itu kembali lagi dan langsung menghampiri Jihoon, "Langsung ke ruangan itu aja ya, Kak. Silahkan."

Jihoon mengangguk, "Terimakasih ya."

"Sama-sama dan good luck, Kak!"

Setelah memberi anggukan lagi, Jihoon langsung berjalan menuju ruangan yang cewek itu tunjuk. Jujur, mungkin ini keputusan paling berani yang pernah ia ambil. Bahkan Jihoon tak membawa apa-apa kecuali belanjaannya, karena niatnya keluar dari Kos cuma untuk membeli kebutuhan.

Setelah sampai di depan pintunya, Jihoon mengetuk pelan. Ada suara dari dalam yang mempersilahkannya untuk masuk dan dia segera melakukannya.

Jihoon mendapat senyuman hangat setelah masuk dan secara spontan dia membalas dengan senyuman yang canggung. Jihoon tidak terlalu pandai berinteraksi dengan seseorang yang belum dikenalnya. Ia cenderung akan bersikap kaku dan canggung.

"Silahkan duduk," ujarnya ramah.

Jihoon lagi-lagi mengangguk dan menurut.

"Silahkan perkenalkan dirimu," ucapnya lagi, mulai memahami kalau Jihoon bukanlah orang yang pandai berbasa-basi.

"Saya Lee Jihoon, Pak. Uhm ... " Jihoon mengganti kalimatnya, bingung harus mengatakan apa lagi.

"Jihoon mahasiswa semester berapa dan jurusan apa?" Tanya pemilik Kafe, seolah paham kalau Jihoon kebingungan.

"Saya seni musik dan akan ke semester dua, Pak."

Yang lebih tua tersenyum dan mengangguk paham.

"Sebentar lagi liburan, kenapa memilih untuk mendaftar disini?"

Jihoon terdiam, ia juga tidak tahu alasan khususnya. Yang jelas Jihoon hanya ingin mencobanya.

"Saya mau mencoba, Pak. Sekaligus menambah pengalaman juga."

"Ah begitu ya. Baiklah saya akan memberi kamu kesempatan untuk mencoba tapi saya juga ingin meminta tolong."

Jihoon mengernyit, tiba-tiba ia dimintai tolong?

"Mungkin kamu menganggap ini aneh, tapi sebagai seorang ayah saya ingin mengusahakan agar anak saya bahagia."

"Maksudnya bagaimana, Pak?"

Jihoon punya dugaan dan ia sedikit takut. Bagaimana kalau ia dimintai tolong agar menjadi pacarnya anak pemilik Kafe ini?

Jihoon belum mau memiliki pacar, setidaknya sebelum ia lulus.

"Yang di kasir itu adalah anak saya, Jihoon. Namanya Eunbi tapi dia lebih senang dipanggil Eunha."

Nah, dugaan Jihoon semakin diperkuat sekarang. Jika benar, Jihoon lebih memilih untuk tidak bekerja disini dan kembali menunggu kiriman orangtuanya saja.

kosasra; seventwice 96LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang