25. Wonwoo

301 30 1
                                    

Wonwoo tahu ia sudah bersikap bodoh. Ia juga sadar kalau suasana asrama yang makin tidak enak itu karena ulahnya. Namun, ia belum bisa berbuat banyak.

Hey, maaf saja rasanya tidak cukup, 'kan?

"Aduh, bego. Dengerin, ya," ucap Wooseok galak, teman sekamarnya yang memang berwajah tak ramah itu menaikkan kacamatanya.

"Cara satu-satunya, ya, dengan ninggalin asrama ini."

Apa yang Wooseok katakan itu ada benarnya. Tetapi, rasanya lebih berat kalau ia harus mengambil jalan itu.

Wonwoo menarik napasnya dalam-dalam, ia sekarang tengah duduk di kursi yang ada di teras asrama. Laki-laki itu menatap kosong ke arah depan.

Mahasiswa psikologi itu memejamkan matanya untuk sesaat. Berusaha untuk benar-benar memikirkan masalahnya dengan baik. Ia tidak ingin membuat lebih banyak penyesalan.

"Wonuu, sini!" panggil Sana dari ambang pintu. Perempuan yang hari ini memakai hoodie ungunya itu memasang gerakan agar Wonwoo menghampiri dirinya.

Wonwoo menoleh padanya. "Kenapa?"

"Sini dulu aja!"

Wonwoo menghela napasnya. Ia menaikkan kacamata yang dipakainya sebelum menuruti apa yang Sana ucapkan.

"Ayo makan bareng! Sama Soonyoung, Jeje juga!" ajak Sana dan tanpa perlu menunggu jawaban yang lebih tua, perempuan itu sudah menarik Wonwoo untuk ikut masuk dengannya ke dalam.

Wonwoo mau tak mau mengikutinya dengan pasrah.

Sana, Jeongyeon, Soonyoung masih mau berinteraksi dengannya saja itu sebuah keuntungan. Wonwoo merasa bahwa ia tak seharusnya membuat ketiga orang itu makin merasa kesal dengannya.

"Tapi, gue gak selera, Na."

Sana tidak menanggapi. Hingga keduanya sampai di dapur, barulah perempuan itu bersuara lagi.

"Masih gak selera? Yang masak Jennie loh," ucap Sana membuat Wonwoo langsung melihat ke arah dapur.

Memang benar di sana ada Jeongyeon dan Soonyoung, ditambah dengan Jennie yang sedang menata makanan yang baru saja selesai ia masak.

Wonwoo menelan ludahnya dengan susah payah, tenggorokannya terasa kering mendadak.

"Hei, Na! Sini, sini, makanannya udah jadi," ucap Jennie seraya duduk di sebelah Jeongyeon.

Matanya dan mata Wonwoo bertemu. Ada perubahan raut wajah yang terlihat dari perempuan itu. Dengan nada yang pelan, dia berkata, "Kamu juga, ayo makan."

Sana tersenyum tipis. "Tuh, udah disuruh."

Setelahnya, Wonwoo kembali ditarik oleh Sana. Laki-laki itu didudukkan paksa di sebelah Soonyoung yang sudah memulai makanannya.

Duduk di sebelah Soonyoung artinya Wonwoo juga duduk di hadapan Jennie. Sementara Sana dengan santai malah duduk di kursi yang ada di tengah-tengah, di antara Jeongyeon dan Soonyoung.

"Asik, ayam kecap," ucap Sana dengan antusias.

"Enak banget, Na. Jennie emang paling kece sedunia," sahut Jeongyeon membuat Jennie tertawa karena malu, merasa bahwa Jeongyeon melebih-lebihkan.

"Setuju." Kalau ini Soonyoung dan Sana membalas secara bersamaan.

"Lebay ah, gak segitunya kali," balas Jennie sembari memindahkan nasi ke dalam piringnya. Di susul dengan sepotong ayam yang ia masak.

Wonwoo kira, dia sedang mengalas untuk dirinya sendiri. Laki-laki itu mematung ketika Jennie malah meletakkan piring itu di depannya.

"Selamat makan," ucap Jennie lembut kemudian mengalas untuk dirinya sendiri.

kosasra; seventwice 96LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang