26. 25 (1)

314 31 8
                                    

Momo merapihkan rambut pendeknya sebelum keluar dari mobil yang ia naiki. Perempuan itu berjalan hingga ke samping pintu mobil si pengemudi yang sudah diturunkan jendelanya.

"Jemput jam berapa?" tanya laki-laki itu.

Momo terdiam sebentar. "Nanti dikabarin lagi aja, ya? Di rumah Sana ini."

"Okay deh," balasnya.

"Pak, hati-hati, ya!" ucap Momo dengan nada meledek.

"Aish, masih aja suka panggil kayak gitu," balas laki-laki itu lagi.

"Gak papa sih, 'kan emang itu panggilan awalnya, kok?

" Hm, terserah kamu aja. Ya udah, aku jalan, ya."

Momo mengangguk, kemudian dia diam di sana sampai mobil itu menghilang dari pandangannya. Momo menghela napasnya sebelum melangkah masuk ke rumah yang jadi tujuannya datang ke daerah ini.

Momo menekan belnya, tak lama kemudian pintu itu dibuka. Bukan oleh Sana, tidak sesuai dengan perkiraan Momo. Namun, oleh seorang anak yang membuat Momo harus menunduk.

Momo tersenyum lebar. "Oh halo, Selenaa!"

Anak itu memiringkan kepalanya, mengingat siapa sosok yang ada di hadapannya.

"Oh kakak penali!" balas Selena dengan nada yang antusias.

"Mama, ada kakak penali!" teriaknya kemudian.

"Ajak masuk kakaknya, ya, sayang!"

Momo kenal suara itu, itu suara Sana. Tanpa aba-aba, tangan Momo kemudian ditarik oleh Selena.

"Ayo, kakak!"

Momo mau tidak mau mengikuti langkah anak itu. Ia tidak lupa menyempatkan dirinya untuk menutup pintu.

Selena membawa Momo ke dapur, di tempat itu ada Sana lengkap dengan apron yang melekat pada tubuhnya. Momo bisa mencium aroma kue coklat dari ruangan ini.

"Woah, udah jadi, ya, Ma?" tanya Selena sembari naik ke kursi. Mengamati Sana yang tengah memindahkan kue kering itu ke dalam toples.

"Hm, udah. Mau?" Sana menawarkan satu buah pada anaknya itu, tentunya langsung Selena ambil dengan antusias.

"Masih hangat!"

Sana tertawa kecil sebagai tanggapan, dan Momo tanpa sadar tersenyum tipis mengamati itu.

"Oh iya, Mo! Sorry, lo mau coba?" tawar Sana dan Momo mengangguk. Tentu saja, ia masih Momo yang sama yang tidak akan menolak makanan.

"Makasih, ya, San," ucap Momo ketika satu buah kue itu sudah ada di tangannya.

"Sama-sama. Coba deh, gue baru coba buat pake resep ini."

Momo mengangguk dan langsung mencobanya. "Gila! Ini enak tahu?"

Sana tertawa lagi. Tak menyangka dengan reaksi yang dikeluarkan oleh Momo.

"Hm, enak!" sahut Selena.

"Syukurlah kalau enak," jawab Sana dan menuntaskan pekerjaannya. Ia menutup toples itu kemudian mencuci tangannya. Setelah selesai, Sana ikut duduk bersama dua orang lainnya.

"Mama, minta satu lagi! Mau kasih ke papa!"

Sana mengangguk, ia menyerahkan satu lagi pada Selena. Kemudian anak itu langsung pergi dari hadapan keduanya, menghampiri sosok yang ia sebut tadi.

"Hati-hati di tangganya, sayang!" teriak Sana.

"Papa ada di halaman belakang kok, Maa!" sahut Selena, ikut berteriak juga.

kosasra; seventwice 96LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang