21. Retakan ketiga

317 32 21
                                    

Disarankan untuk membaca habis buka ya buat yang puasa 👍

⚠ Ini hanya fiksi, jadi tolong sikapi dengan bijak ya. Maaf kalau ada typo, Happy reading!











"Mereka pada kenapa dah?" tanya Wonwoo pada Jeongyeon. Yang ditanya mengernyit heran, kemudian Jeongyeon balas bertanya, "Siapa?"

"Temen-temen lo," jawab Wonwoo, "temen gue juga sih."

"Mereka berantem?" tanya Jeongyeon yang kemudian diangguki Wonwoo, cowok itu duduk di sebelah Jeongyeon dan berkata, "Kayaknya."

"Kok gak pada cerita ke gue, sih?"

"Ke gue juga nggak kok ...," Wonwoo menoleh ke arah Jeongyeon, "gue cuma sadar aja. Lo masa gak sadar sih?"

Jeongyeon menggeleng. "Sumpah, menurut gue tingkah mereka masih biasa aja?"

"Gini nih kalau pertama kali dibucinin sama orang," ucap Wonwoo, "gak nyadarin temennya lagi kenapa."

"Lo tahu kalau gue gak peka orangnya," balas Jeongyeon sekaligus pembelaan diri.

"Gue baru nanya Jun aja. Katanya dia merasa dibohongi karena ternyata yang punya janji sama Sana itu Soonyoung. Dia bilang Soonyoung udah ajak ngomong dia dan nyelesain baik-baik. Tapi, kok Sana masih kelihatan sedih gitu ya? Mana Soonyoung belum ke asrama lagi," jelas Wonwoo membuat Jeongyeon seketika menunjukkan raut seriusnya.

"Eh pantes Sana gak secerewet biasanya," balas Jeongyeon, "Soonyoung juga gak aktif tahu, pas kapan ya gue chat dia gak dibaca sampai sekarang."

"Kalau kata Seungyoun, Soonyoung sengaja ngehindar dulu dari Sana. Dia gak mau nyakitin Sana, walaupun kayaknya dia sempat kelepasan. Lo tahu, 'kan? Soonyoung kalau marah gak pandang orang."

Jeongyeon mengangguk setuju. "Eh tapi ... Sana ngapain sampai Soonyoung marah?"

"Gue gak tahu ...," Wonwoo menggeleng, "yang jelas, hal itu ngebuat mereka udahan."

Jeongyeon tersentak sendiri. Dia spontan menegakkan duduknya. "Pantes, mata Sana bengkak. Tapi, waktu gue tanya katanya gara-gara kangen keluarganya."

Wonwoo menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gak peka amat anjir lo jadi sahabat. Bentar, jangan-jangan lo gak tahu lagi kalau Jun suka sama lo?"

"Hah? Bukannya dia suka Sana?"

"Iya suka, tapi semenjak ditolak, lo yang ngebuat dia move on. Bayangin pas hari itu, Jun ngelihat Soonyoung sama Sana, serta lo dan pacar lo romantisan. Sakitnya mantap."

Jeongyeon memucat, dia merasa bersalah. Namun, ia tidak pernah menyangka kalau Jun akan demikian. Lagipula Jeongyeon itu orangnya akan sangat terpaku pada pandangannya sendiri. Ketika dia melihat Jun sebagai seorang teman yang bisa mendengarkannya, maka ia akan selalu melihat Jun seperti itu. Tidak akan lebih, dan tidak akan kurang. Ia kira Jun masih ada dalam bayang-bayang Sana.

"Gue-"

"Sst, Jun udah gak papa kok. Jangan ngerasa bersalah," potong Wonwoo. Ada hal yang cowok itu tidak ceritakan pada Jeongyeon. Sebelum menemui Jeongyeon dan mengajaknya dalam obrolan tadi, Wonwoo sudah menemui teman-temannya yang lain. Menanyakan keadaan mereka, dan itu dipenuhi kalimat menyesal dan menyalahkan diri. Pada faktanya, cowok itu tidak hanya bertanya pada Jun.

Jeongyeon menarik dan menghembuskan napasnya dalam. "Okay," katanya, "sekarang mau gimana?"

Wonwoo menatap Jeongyeon kemudian tersenyum tipis. "Mereka itu capek, makanya bisa berantem. Bukan capek sih, lebih kayak muak gitu?"

kosasra; seventwice 96LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang