Chapter 17

728 28 7
                                    

Chapter 17

Tubuh itu memeluk Sugar. mentransfer semua penyesalan dan rasa bersalah. Meluapkan segala emosi dan kasih sayang. Memberi ruang untuk sebuah kata maaf. Memberi waktu untuk sebuah pengorbanan. Memberi kekuatan untuk saling tegar. Memberi ruang untuk sebuah penyesalan. Mengerahkan segala usaha demi kepulihan. Memberi cinta dan kasih sayang yang tak pernah terputus.

Lelaki paruh baya itu memeluknya. Sementara, Sugar hanya berdiam diri dengan tetesan yang tak henti hentinya mengeluarkan air mata. Sugar tak membalas pelukan itu hanya berdiam diri dan menahan suaranya agar tak mengeluarkan suara.

Angel ikut bergabung dalam pelukan diam itu. Mereka semua mengeluh kesahkan pikirannya dalam diam. Membiarkannya curahan hati mereka mengambang diudara dan hilang ditiup angin.

Lelaki itu membuka suara dengan saat gemetar. Ia mengusap rambut kedua bidadarinya. “maafin Daddy” 2 kata yang membuat bidadari itu sangat ingin lebur dan hancur.

Sugar menahan sekuat tenaganya untuk tidak mengeluarkan suara. Sementara, Angel hanya diam sambil sesekali menarik napas lalu mengeluarkannya dengan sangat pelan.

“Sugar, maafin Daddy” Sugar mengangguk dengan sangat pelan. Ia ingin membenci lelaki ini, membencinya karna meremukkan hati ibundanya, membencinya karna hilang tanpa jejak, membencinya karna mengambil setengah jiwanya, membencinya karna diperbodoh oleh nenek sihir itu.

Tapi, ia tahu itu hanya keinginan karna sesungguhnya sebejat apapun lelaki ini. Lelaki ini tetap ayahandanya yang darah dan gennya masih mengalir dalam dirinya hingga detik ini.

Lelaki ini mengeratkan pelukannya berharap bidadari manisnya ini membalas pelukannya. Dan dengan ragu ragu Sugar membalaskan pelukan itu dan akhirnya mengeluarkan segalanya yang ia tanam sendiri dengan hati hati.

**

Lenta duduk dihalte bus jalan azalea, tempat ia bertemu pertama kalinya dengan cinta pertamanya. Dari tatapan aneh dengan tingkah gila cewek itu. Ia tersenyum mengingat perilaku wanitanya. Dari awal pedulinya dengan gadis itu.

Lenta memegang setangkai mawar putih yang ia dicabut dari taman bunga rumahnya sendiri. Memori itu terulang seperti kaset rusak. Dari awal pertemuannya, awal ke-agresifan Lenta, ke-luguan Sugar. semua itu membuat Lenta kembali tersenyum.

Ia menengadah menatap langit senja yang akan sebentar lagi berganti menjadi gelap.

“gue tahu ini keputusan terbaik dari segala kemungkinan yang akan terjadi” gumam Lenta.

**

Makan malam dirumah Sugar terasa canggung. Sugar bingung dan masih shock ingin berkata apa. Mommy yang sepertinya memang tak ingin berkata. Angel yang juga pusing ingin memulainya dari mana.

Sebenarnya tadi, Daddy Sugar ingin pulang ke rumahnya dulu. Tetapi ditahan oleh Angel yang berkata “Nanggung dad, makan malam disini aja”. Dan terjadilah suasana canggung yang tak bisa dihindari.

Dimeja makan itu hanya ada suara sendok dan garpu yang berdenting ditambah suara jangkrik yang mulai mendominasi.

Sugar terbang dengan pikirannya bersama Lenta memikirkan bagaimana nantinya jika Lenta pergi. Bukan merasa seperti dunia telah berakhir hanya saja sulit baginya menyesuaikan diri.

Lenta benar jangan anggap dirinya sebagai matahari tapi anggap dia sebagai bulan. Kita nggak harus jadi figur yang harus ada setiap satu sama lainnya, karena pada akhirnya kita tau bahkan disaat kita lagi gak keliatan pun sebenernya pasangan kita ada buat kita.

Ia tak sadar sampai menuangkan saus sambal hampir memenuhi permukaan spaggetinya.  Hingga akhirnya ada suara yang tercipta dari ruangan itu “kamu sekarang suka pedes yah?” kata Daddy dengan satu alis terangkat.

SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang