Extra Chapter: LENTA POV

779 32 4
                                    

Extra Chapter: LENTA POV

Aku mengeratkan pelukanku pada coat berwarna khaky, menyusuri dinginnya kota Dublin. Aku memasuki coffe shop di pinggir kota. Memesan green tea latte yang kugemari beberapa tahun belakangan ini. Aku menemukan spot yang cukup bagus, sudut dan disuguhi pemandangan turunnya salju pertama tahun ini.

Aku menyesap green tea latte ku, dan menggosok kedua telapak tangan ku. Tiba tiba saja aku mengingatnya. Sang mawar putih yang manis, iris matanya yang berwarna abu abu membuatku kembali jatuh hati.

Ia membuatku hancur, bahagia, merasakan cinta, merasakan kehilangan dalam detik yang bersamaan. Kulihat pot bunga di atas meja ini, pot yang dihiasi beberapa mawar putih kesukaannya.

Ia yang membuatku merasakan manisnya cinta, pahitnya kehilangan, perihnya patah hati, dan sakit dalam keterpurukan. Aku mengingat hidupku yang hancur beberapa tahun lalu, mengingat wajahnya di pangkuanku dengan darah yang mengalir seperti sumber air. Seragamku yang dipenuhi tinta dan juga darahnya yang segar.

Aku mengingat senyumannya yang manis, mengingat tawanya karna candaku yang garing, mengingat tangisnya, mengingat seluruh ekspresinya. Wajahnya yang mengkhawatirkanku, wajahnya yang sangat ceria dibawah guyuran hujan yang sangat deras.

Aku tersadar dari lamunanku, dan kurasakan sudut mataku mulai berakhir. Aku menyeka air mata itu. Kembali, aku menyesap green tea latte favoritnya. Aku keluar dari coffe shop itu dan bergerak menuju ke halte bus.

‘walau tempatnya berbeda aku merasakan senyumanmu disini’ pikir ku saat duduk di halte itu. Entah kenapa, ingatanku tentangnya terputar begitu saja dalam otakku seperti kaset rusak. Terulang terus menerus dan entah kapan berhentinya.

Jantungku berdegup kencang, kembali kurasakan perasaan ini. Aku berdiri dari tempatku dan bergerak mengelilingi salah satu sudut kota Dublin. Tiba tiba saja aku melihat toko bunga disebrang jalan.

Aku masuk kedalamnya dan membeli satu buket mawar putih dan beberapa warna tosca. Entah kenapa, alam bawah sadarku menyuruhku membeli bunga itu. Aku membawa buket itu dan menuju ke taman kota.

Aku duduk dan memandang lurus ke depan mengingat seluruh kejadian beberapa tahun lalu.

Pasca kepergiannya, aku memutuskan untuk masuk di The Royal College of Surgeon dan mengambil spesialis darah. Sekarang aku telah menjadi residency di  rumah sakit Beaumont, Dublin, Irlandia.

Aku merogoh sakuku dan mengambil benda mungil itu. Aku melihat wallpaper yang terpasang wajahnya sedang tersenyum bahagia dengan es krim ditangannya. Foto itu kuambil secara candid saat triple date.

Aku merindukannya, aku merindukan wanitaku.

Ponselku berdering ku jawab sambungan telepon itu.

“hello?” kata ku sambil terfokus pada buket mawar di tanganku.

“excuse me sir, but someone from your hometown. Looking for you” kata suster yang berada di rumah sakit tempatku bekerja.

“okay, I’ll be there for 45 minutes – 1 hour” kata ku seraya bangkit dari dudukku.

“Yes, sir”

Saat aku hendak melangkah seseorang anak perempuan berumur sekitar 8 tahun menghadang jalanku. Aku menekuk lutut ku menyetarakan tinggiku dengannya. Anak ini sangat mirip dengan wanitaku. Rambutnya yang berwarna pirang keemasan juga iris matanya yang berwarna abu abu.

Aku tersenyum melihat ekspresi anak ini. Tiba tiba saja ia melangkah maju dan mengecup pipiku. Aku memberikannya buket yang tadi ku beli di toko. Setelah mencium pipiku ia hilang dari batang batang pohon. Aku berdiri dan bergegas menuju rumah sakit.

SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang