Gretha diam tatkala dokter perempuan cantik itu memeriksa tubuhnya dengan teliti. Mengecek semua luka-lukanya, terutama di bagian kepala. Setelah itu, memberi tahu agar dia banyak beristirahat dulu sementara waktu.
"Tidak ada luka serius akibat dari ledakan, tapi benturan di kepalanya cukup keras. Hanya ada sedikit retak di tengkorak tanpa ada pendarahan internal. Obat penghilang rasa sakit akan berikan sebagai resep untuk mengurangi pusing dan sakitnya," jelas sang Dokter.
"Baik, terima kasih banyak, Dokter," ucap Bella dengan ekspresi lega.
"Ya, sudah kalau begitu, saya tinggal dulu. Kalau ada apa-apa, bisa memanggil perawat yang berjaga atau saya." Dokter itu pun pergi keluar kamar rawat.
Bella duduk di kursi samping ranjang, lalu membelai rambut Gretha lembut. Kelegaan terpancar jelas dari wajahnya dan juga Ardinan, papa Gretha. Mereka membiarkan Gretha tidur dan beristirahat. Tidak lama, setelah Gretha tertidur, Ardinan pamit pulang melihat kondisi Louis dan Tiffany di rumah.
Di ruangan itu pun tersisa Bella serta Gretha dan pemuda asing yang tengah tidur. Namun, tiga puluh menit kemudian, Gretha kembali terbangun karena haus. Bella pun mengambilkan minum dan membantunya dengan perlahan. Senyuman tidak luntur dari bibir Bella mengetahui kondisi Gretha sudah mulai membaik, meskipun baru saja sadar.
"Ma?" panggil Gretha pelan.
"Iya, Sayang?" Bella membelai kepala Gretha lembut.
"Maafkan Gie, ya?" lirih Gretha.
"Kenapa kamu meminta maaf, Gie? Kamu tidak salah apa-apa, jadi jangan minta maaf."
"Gie cuma merasa bersalah, Ma. Kalau aja Gie menuruti ucapan Louis, guardian angel, dan firasat Amy, pasti ini semua nggak akan terjadi."
"Gie, ...," Bella tersenyum dan menggenggam tangan Gretha, "apa yang sudah terjadi, ya, biarlah terjadi dan berlalu, Sayang. Mungkin, ini semua memang sudah ada dalam rancangan Tuhan dan kita sebagai umat-Nya, tidak bisa menolak."
"Amy, Layla, dan Cheryl pasti marah dan benci sama Gie, Ma," lirih Gretha.
"Siapa yang bilang?" Bukan Bella yang menyahut, tapi sosok yang baru masuk. "Aku, Layla, sama Cheryl sama sekali nggak benci sama kamu, Gie. Jadi, jangan bicara kayak gitu lagi, ya?"
Amanda berjalan masuk diikuti Layla dan Cheryl. Ketiganya sama-sama memasang ekspresi lega mengetahui Gretha baik-baik saja dan sudah sadar. Luka Amanda dan Layla memang tidak terlampau parah karena posisi mereka terlindungi oleh mobil taksi online yang mereka tumpangi. Hanya sedikit memar, pening, dan telinga yang masih sedikit berdenging.
"Maaf, ya, Gie. Seharusnya aku ada di sana buat melindungi kamu," ucap Cheryl.
"Kamu sudah melakukannya, Che," sahut Gretha dengan senyum lembut.
"Oh, iya. Tante, pemuda yang tadi menolong kami, sudah pulang?" tanya Amanda.
"Belum, Am. Itu, dia masih tidur di sofa," jawab Bella, sambil menunjuk tempat yang dimaksudnya.
Setelah itu, Bella pamit keluar sebentar memberi makanan dan minuman. Gretha pun senang karena ditemani oleh ketiga sahabatnya. Mengobrol dan berbagi cerita dalam suasana biasa, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Amanda dan Layla pun tidak menampilkan kesakitan mereka agar Gretha tidak khawatir.
Sekitar sepuluh menit mengobrol, seseorang mengusik mereka. Pemuda yang sejak tadi mereka bicarakan dan telah menjadi malaikat penolong. Keempatnya menyambut pemuda itu dengan senyum dan ekspresi yang berbeda.
Amanda dan Layla memasang ekspresi berterima kasih. Cheryl sendiri memang tersenyum, tapi keterkejutan tampak jelas di dalam kedua matanya. Sementara itu, Gretha tampak terdiam dan berpikir sejenak.
"Sorry, I just woke up because the last few days were really lacking sleep (Maaf, aku aku baru bangun karena beberapa hari terakhir memang kurang tidur)," ucap pemuda itu dengan senyum malu.
"That's okay. Who are you? My name's Cheryl and thanks for saving my girls. (Tidak masalah. Kamu siapa? Namaku Cheryl dan terima kasih sudah menyelamatkan mereka.)" Cheryl tersenyum sambil mengulurkan tangan.
"Call me Jason. You're welcome, lucky for your friends I was there (Panggil saja Jason. Sama-sama, teman-temanmu beruntung aku kebetulan ada di sana)," sahut Jason menyambut uluran tangan Cheryl.
"Before the explosion, I remember hearing you shout to tell Jenny away. Is 'Jenny' you mean me? There are some people who mistake me is her because of our faces which they think are similar. (Sebelum ledakan, aku ingat mendengarmu berteriak menyuruh Jenny menjauh. Apakah 'Jenny' yang kamu maksud itu aku? Memang ada beberapa orang yang salah mengenaliku sebagai dia karena wajah kami yang menurut mereka mirip.)" Gretha berujar sambil memandang Jason penuh tanya.
"You're right. I thought you're Jenny, then they called you Gretha and you parents come (Kamu benar. Aku pikir kamu adalah Jenny, tapi mereka memanggilmu Gretha dan orang tuamu datang)," jawab Jason.
"You look familiar, your voice. Do we meet before? (Kamu terlihat tidak asing, suaramu. Apakah kita pernah bertemu?)" tanya Gretha lagi.
"I .... (Aku ....)"
"Gie, aku membeli kue cokelat. Kamu mau makan sekarang?" tanya Cheryl yang dengan sengaja memotong ucapan Jason.
Semua menyadari hal itu, tapi tidak ada yang berkomentar. Gretha tampaknya yang tidak menyadari gerak-gerik Cheryl. Dia mengangguk sebagai jawaban, sehingga Cheryl pun mengeluarkan kue cokelatnya, lalu memotongnya sesuatu jumlah mereka dalam ukuran besar. Menempatkannya di piring kertas, lalu membagikannya.
Amanda bergerak mengatur posisi ranjang agar Gretha bisa duduk. Setelah itu, Cheryl pun menyuapi Gretha dan mereka mengobrol santai. Layla yang cerewet dan ceria pun mampu mencairkan suasana yang sempat tegang. Berbagai macam cerita lucu dan guyonan berhasil membuat keempat orang lainnya tertawa.
* * *
Suasana di ruang rawat gelap karena lampu dimatikan. Suasana sepi karena semua sudah tidur dengan jam yang menunjukkan pukul satu dini hari. Bella dan Louis yang berjaga malam itu sudah tertidur pulas di sofa. Namun, Gretha sama sekali tidak mengantuk. Kedua matanya terbuka lebar memandang ke luar jendela.
Setelah beberapa saat, dia meraih ponselnya di atas meja. Membuka Whatsapp dan langsung menekan nomor tanpa nama yang dia pin di bagian paling atas. Mengetikkan pesan dengan cepat, lalu mengirimnya. Hatinya tenang karena balasan datang dengan cepat seperti biasa.
I know what happened and you supposed to be asleep now. (Aku tahu apa yang terjadi dan kamu sekarang seharusnya sudah tidur.)]
[Grenasha C. A.: I can't sleep. The guy named Jason, who's he? Why is he so familiar? (Aku tidak bisa tidur. Pemuda bernama Jason itu, siapa dia? Kenapa dia terasa familiar?)]
[+1 (716) xxx-xxxx: I won't answer it, Jenny. It's better for you to know it by yourself. (Aku tidak akan menjawabnya, Jenny. Lebih baik bagimu untuk tahu dengan sendirinya.)]
[Grenasha C. A.: When I was unconscious, I got the image of a boy and girl, but I couldn't see their faces. They talk about a necklace, my necklace. Is it possible that the girl is me? (Saat aku tidak sadar, aku mendapat bayangan seorang pemuda dan gadis, tapi aku tidak bisa melihat wajah mereka. Mereka berbicara soal sebuah kalung, kalungku. Apakah mungkin kalau gadis itu adalah aku?)]
[+1 (716) xxx-xxxx: You have to try find the answer if you wanna know. We'll talk again later. Go to sleep now! (Cobalah mencari tahu jawabannya kalau kamu mau tahu. Kita bicara lagi nanti. Sekarang, tidurlah!)]
[Grenasha C. A.: Okay, okay. Cu later. (Baiklah, baiklah. Sampai nanti.)]
[+1 (716) xxx-xxxx: Yes, Jenny. Good night.(Iya, Jenny. Selamat malam.)]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memory [TAMAT]
Hành độngYA-Romance/Action Pertemuan dengan tiga orang asing di mal membuat hidup Gretha jungkir balik. Menjadi target bom di kafe yang membuat ingatan asing mulai masuk ke dalam pikiran bersama hadirnya Jason, pemuda yang menjadi malaikat penyelamat kala it...