Esok paginya, Gretha terbangun dengan ekspresi kebingungan. Dia menatap Bella yang masih tidur pulas di sampingnya. Bukan keberadaan mamanya, tapi tempat mereka tidur. Gerakannya membuat Bella terbangun. Dia pun duduk sambil menunggu sampai mamanya benar-benar terbangun.
"Kepalamu masih sakit, Sayang?" Bella memosisikan diri duduk di samping Gretha, lalu memegang dahinya.
"Sudah nggak kok, Ma, tapi kenapa kita tidur di bawah?" tanya Gretha.
"Kamu ketiduran semalam dan Mama nggak kuat angkat kamu naik ke tempat tidur. Akhirnya, sekalian saja tidur di bawah," jelas Bella.
"Gie boleh kuliah hari ini, Ma?" Gretha menatap Bella dengan pandangan memelas.
"Boleh, tapi jangan melakukan aktivitas yang berat," sahut Bella.
Gretha tersenyum senang, lalu memeluk Bella. Dia pergi ke kamar mandi dalam kamar untuk membersihkan diri dan bersiap. Tidak menyadari kegelisahan, ketakutan, kemarahan, dan kesedihan yang terpancar dari dalam kedua mata Bella saat memandang kepergiannya.
"Kamu punya Mama, Gie. Mama nggak akan membiarkan siapa pun mengambilmu," gumam Bella dengan emosi, lalu mulai membereskan bantal dan selimut.
Di kamar mandi, Gretha membersihkan dirinya dengan cepat. Sejenak memandang pantulannya di kaca wastafel. Mengeluh dalam hati melihat rambutnya yang sudah panjang, lalu menyentuh liontin kalungnya. Entah kenapa, hatinya terasa hangat saat memperhatikan kalung itu. Senyuman pun terukir di bibirnya.
Setelah itu, dia keluar dan pergi ke ruang ganti. Memakai celana jeans hitam panjang, kaus lengan panjang warna merah tua, dan jaket hitam. Saat itulah, dia melihat kotak yang selama ini tersimpan rapi di situ. Setiap melihatnya, dia bertanya-tanya apa isi kotak itu. Dia tidak bisa membukanya karena ada password.
"Sudahlah. Nanti juga pasti aku ingat password-nya," gumamnya, lalu berlalu dari situ.
Untuk menyempurnakan penampilannya, dia memakai sebenarnya hendak memakai flat shoes, tapi entah kenapa dia tertarik pada ankle boots hitamnya yang tidak pernah dipakai. Dia meraih sepatu itu, lalu memakainya. Tersenyum puas karena ternyata ukurannya masih sangat pas. Merasa urusan penampilannya selesai, dia pergi ke meja rias.
Meraih sisir dan melingkarkan sebuah ikat rambut. Tanpa ragu, dia langsung mengikat rambutnya ala pony tail. Setelah puas, dia meraih ponselnya dan beranjak keluar kamar. Menuruni anak tangga sambil mengirim pesan pada Amanda dan Layla. Memberi tahu mereka kalau dia sudah siap dan menunggu dijemput.
"Tumben kamu pakai style seperti itu?" Tiffany yang sedang ada di ruang tengah mengernyit heran.
"Kenapa? Ada yang salah?" Gretha balik bertanya.
"Aneh aja, sih. Ini pertama kalinya," sahut Louis.
"Aku nyaman, kok." Gretha berlalu menuju ke dapur dan duduk tenang di sana untuk sarapan.
Gretha menjawab komentar seluruh keluarganya dengan sikap santai. Dia tahu kalau penampilannya hari ini berbeda, tapi rasa nyaman membuatnya tidak memikirkan hal itu. Acara sarapan selesai tepat saat terdengar bunyi klakson dari halam rumah. Amanda dan Layla sudah datang.
"Jangan pulang terlalu larut!" pesan Bella.
"Iya, Ma. Sampai nanti!"
Sama seperti keluarganya, Amanda dan Layla terkejut melihat penampilan Gretha. Namun, mereka menyukai perubahan yang dilakukan. Amanda pun langsung melajukan mobil menuju ke rumah Cheryl. Di sepanjang perjalanan, mereka mengobrol santai.
Gretha yang duduk di kursi penumpan belakang mengintip lewat kaca belakang. Ada sebuah mobil sedan BWM hitam di belakang. Entah kenapa, firasatnya mengatakan kalau siapa pun yang ada di dalam mobil itu tengah mengikuti mereka. Namun, dia tidak memberi tahu Amanda dan Layla agar keduanya tidak panik serta takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memory [TAMAT]
AcciónYA-Romance/Action Pertemuan dengan tiga orang asing di mal membuat hidup Gretha jungkir balik. Menjadi target bom di kafe yang membuat ingatan asing mulai masuk ke dalam pikiran bersama hadirnya Jason, pemuda yang menjadi malaikat penyelamat kala it...