Gretha pun mengitari ruang kerja papanya. Mencari di berkas-berkas yang bertebaran dengan teliti. Dia sendiri tidak tahu apa yang tengah dicarinya. Namun, hatinya mengatakan kalau ada sesuatu yang penting di ruangan itu. Dia terus mencari dan berhenti satu jam kemudian. Saat hendak pergi, pandangannya tertarik pada lemari buku simpanan Ardinan.
"What is that (Apa itu)?"
"Hm, a secret book (Hm, sebuah buku rahasia)."
"May I know what's in it (Bolehkah aku tahu isinya)?"
"Nope, but remember this. A good place to hide something is inside a book. You will understand the reason someday. (Tidak, tapi ingat-ingatlah ini. Tempat yang bagus untuk menyembunyikan sesuatu adalah di dalam buku. Kamu akan paham alasannya suatu saat nanti.)"
Gretha berdiri diam memandang rak itu. "A good place to hide something (Tempat terbaik untuk menyembunyikan sesuatu)," gumamnya.
Dia pun akhirnya memutuskan mendekati rak buku itu. Membuka pintu kacanya, lalu diam memperhatikan apa yang aneh di antara buku-buku itu. Semua tampak normal-normal saja hingga dia menemukan buku yang aneh dan asing. Dia pun meraih buku bersampul merah tua itu dan membaca tulisan di sampulnya.
"Jenny's diary .... (Buku harian Jenny ....)"
Dia membuka buku itu dan langsung terkejut melihat sebuah foto yang terselip tepat di halaman belakang sampul. Foto sepasang laki-laki dan perempuan. Latar belakangnya sangat indah, yaitu suasana matahari tenggelam di tepi pantai. Mereka tampak saling memandang dengan senyuman yang terukir.
"Jadi, ini Jenny? Wajahnya mirip sekali denganku. Pantas saja semua mengira aku adalah Jenny. Apakah aku benar-benar Jenny? Kalau bukan, kenapa ingatan-ingatan asing yang masuk itu terasa begitu familiar? Selain itu pemuda ini ... Jason?"
Gretha beranjak keluar ruangan itu dan duduk di ruang tengah. Memandang foto di tangannya dengan dahi berkerut. Entah kenapa rasa rindu begitu membuncah dalam hatinya. Air mata menggenang di kedua pelupuk matanya. Tiba-tiba, kilatan kembali muncul dalam kepalanya.
"I hope all of this will never change (Aku harap semua ini tidak akan pernah berubah)."
"Even if it changes, I will return everything. That's my promise to you. (Kalaupun berubah, aku akan mengembalikan semuanya. Itulah janjiku padamu.)"
"I believe you (Aku percaya padamu)!"
Gretha memegang kepalanya dengan kedua tangan. Isakan keluar dari bibirnya seiring air mata yang turun semakin deras. Entah kenapa, ada emosi yang membuncah. Kemarahan, sakit, dan kesedihan. Itulah yang dirasakannya saat itu. Suara deru mobil mengusik perhatiannya. Namun, dia diam tidak bergerak dari posisi itu hingga terdengar suara Louis.
"Gie? Kamu kenapa menangis di sini?" Namun, Gretha sama sekali tidak menjawab. Louis pun mendekat dan memegang bahu adiknya itu. "Gie?"
"Don't touch me! (Jangan sentuh aku!)" sentak Gretha menepis tangan Louis.
Dengan gerakan cepat, Gretha meraih foto dan buku harian itu, lalu berlari ke kamarnya. Meninggalkan Louis dan Tiffany yang memasang ekspresi kebingungan. Tiffany pun kembali menangis dan memeluk kakaknya. Hatinya benar-benar iliputi kekalutan saat itu. Mamanya terbaring di rumah sakit dan sekarang Gretha bertingkah aneh.
Sementara itu, Gretha terduduk bersandar di pintu. Air mata masih mengalir membasahi kedua pipinya. Setelah beberapa saat terdiam, dia beranjak ke tempat tidur dan duduk bersandar di kepala ranjang. Dia meletakkan fotonya di atas pangkuan, lalu mulai membaca isinya.
February 28th, 2018 (28 Februari 2018)
He confessed his feelings for me. I was so happy, but also afraid that he would find out who I really was. Should I tell him the truth? (Dia menyatakan perasaannya padaku. Aku sangat senang, tapi juga kalau dia mengetahui siapa diriku sebenarnya. Haruskah aku mengatakan yang sejujurnya?)
Itu adalah catatan di halaman pertama. Sayangnya, tanggal yang tertera melompat-lompat dan ada beberapa kata yang coret-coret, sehingga tidak terbaca. Selain itu, ada bekas halaman yang disobek dan itu lebih dari setengah. Gretha pun menarik kesimpulan kalau siapa pun yang meletakkan buku harian itu, tidak mau sampai dia membaca semua isinya.
Setelah lelah dengan posisi duduk, dia pun membaringkan tubuh. Terus membaca buku harian itu hingga tertidur kelelahan. Untuk pertama kalinya, wajah gadis dan pemuda yang terus membayanginya terlihat jelas.
"Hi! What are you doing here? (Hai! Apa yang kamu lakukan di sini?)"
"Ah, hi! Nothing, just waiting for my friend. (Hai! Tidak ada, hanya sedang menunggu temanku.)"
"Do you still remember me? (Apakah kamu masih ingat aku?)"
"Yes, you are the guy who helped me a few days ago. (Iya, kamu, 'kan, pemuda yang menolongku beberapa hari yang lalu.)"
"I'm happy if you still remember me. (Aku senang jika kamu masih ingat aku.)"
"I can't forget that day because I didn't have a chance to say thank you. So, thanks for you help. (Aku tidak bisa melupakan hari itu karena tidak mendapatkan kesempatakan mengucapkan terima kasih. Jadi, terima kasih untuk bantuanmu.)"
"Don't worry. I was happy because I'm the one who helped you. (Jangan khawatir. Aku senang karena akulah yang menolongmu.)
"Really? Ah, my name's Jenny. What's your name? (Benarkah? Ah, iya, namaku Jenny. Siapa namamu?)"
"My name's .... (Namaku ....)"
BRAKKK!
Gretha membuka kedua matanya lebar-lebar. Keringat tampak membasahi wajahnya. Dia bangun, lalu menyalakan lampu tidur yang mati. Mengusap wajahnya sejenak, lalu meraih gelas berisi air minum. Saat itulah, dia baru menyadari kalau sebelum tidur lampu di meja sebelah ranjang menyala. Itu artinya, ada seseorang yang mematikannya.
"Hm ..., mungkin Louis yang mematikannya," gumamnya. "Ah, aku merasa bersalah karena sudah membentaknya seperti itu. Lebih baik nanti aku minta maaf."
Gretha menghela napas panjang, lalu meraih buku harian yang sudah tertutup rapi dan berada di atas meja. Meraih foto itu, lalu mengelusnya perlahan. Ada beban berat yang tiba-tiba menggantung dalam hatinya. Beban yang muncul karena perasaan rindu yang teramat dalam.
Ada sedikit perasaan kesal dalam hatinya. Kalau bukan karena suara hantaman keras itu, dia pasti sudah berhasil mendapatkan nama pemuda berwajah mirip Jason itu. Namun, dia juga penasaran itu suara apa. Suaranya juga berasal dari dalam mimpinya.
Setelah beberapa saat, dia meraih ponsel di atas meja. Membuka aplikasi WhatsApp, lalu menekan kontak yang ter-pin paling atas. Setiap kali merasa gelisah seperti ini, hanya ada satu orang yang bisa menenangkannya, yaitu guardian angel-nya.
[Grenasha C. A.: Sending picture .... (Mengirim gambar ....)]
[Grenasha C. A.: Last night, I found a diary in my father's room. A diary who belongs to a girl named Jenny and there's a picture in it. Her picture with a guy who has face like Jason. (Semalam, aku menemukan sebuah buku harian di ruang kerja ayahku. Buku harian milik gadis bernama Jenny dan ada sebuah foto di dalamnya. Fotonya bersama seorang pemuda yang mirip Jason.)]
Sambil menunggu balasan, dia kembali mencermati isi buku harian itu. Bagian-bagian yang ditinggalkan untuknya pasti memiliki arti penting. Tangga, waktu, dan tempatnya tertulis dengan jelas, meskipun ada beberapa kata yang tertutup. Hatinya mengatakan kalau kata itu adalah nama dari pemuda dalam foto bersama Jenny. Notifikasi yang masuk mengusik perhatiannya.
[My Guardian Angel: So, you found it already? (Jadi, kamu sudah menemukannya?)]
[Grenasha C. A.: How do you know about this diary? (Bagaimana kamu bisa tahu soal buku harian ini?)]
[My Guardian Angel: Because I'm the one who put it there for you. (Karena akulah yang meletakkannya di sana untukmu.)]
Gretha terpaku membaca isi balasan itu. Jantungnya bergedup kencang. Ada keraguan untuk menyuarakan pertanyaan yang terus terngiang dalam telinganya. Namun, dorongannya jauh lebih kuat, daripada rasa takut dan ragu dalam hatinya. Dengan jari bergetar, dia pun mengetikkan balasan untuk guardian angel-nya itu.
[Grenasha C. A.: Are you Jason? (Apakah kamu Jason?)]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memory [TAMAT]
AcciónYA-Romance/Action Pertemuan dengan tiga orang asing di mal membuat hidup Gretha jungkir balik. Menjadi target bom di kafe yang membuat ingatan asing mulai masuk ke dalam pikiran bersama hadirnya Jason, pemuda yang menjadi malaikat penyelamat kala it...