Bab 23 Rencana Gretha

8 2 0
                                    

Semua memandang Gretha. Menunggu reaksi yang akan dikeluarkan oleh gadis itu. Tatapan yang awalnya sendu berubah jadi datar. Senyum tipis terukir di bibirnya dan hal itu membuat mereka bingung,

"Why he wants this microSD so badly (Kenapa dia sangat menginginkan microSD ini)?" Gretha melipat surat itu kembali.

"What microSD (MicroSD apa)?" tanya Thomas.

"Mungkin karena tidak ingin isinya tersebar?" sahut Cheryl.

Gretha kembali tersenyum. "Kalau memang dia tidak mau isinya kuketahui atau sampai diketahui Veronica, seharusnya dia tidak pernah membuat catatan atau video itu."

"Bagaimana kalau bukan Tuan Hynde yang membuatnya?" Nyle memandang Gretha.

"So, who was it (Lalu, siapa)?" tanya Gretha, lalu menggeleng pelan. "Tidak, tidak perlu. Aku sudah tahu jawabannya."

Gretha meraih ponsel di tasnya untuk melihat kalau saja nomor Jason atau guardian angel-nya aktif. Namun, nihil. Semua pesan yang dikirimkannya masih centang satu. Dia pun meletakkan benda itu ke meja. Keningnya berkerut menandakan kalau dia sedang berpikir.

Nyle pergi memesan minuman dan makanan untuk mereka. Kembali dengan cepat karena kebetulan di kasir tidak ramai. Membawa tiga gelas berisi minuman, sementara seorang barista membawakan makanannya. Duduk kembali di samping Cheryl dan menyodorkan dua minuman di tangannya.

Greta melirik gelas minuman yang diletakkan Nyle di depannya. Tidak ada niatan untuk mengambil minuman itu. Namun, dia tertarik pada tulisan yang ada di gelas. Dia pun meraih dan membaca tulisannya. Rapi dan mudah dibaca, tapi menggunakan bahasa Perancis.

Êtes-vous prêt à saisir cette dangereuse opportunité pour obtenir une réponse?

(Apakah kamu mau mengambil kesempatan berbahaya ini untuk mendapat jawaban?)

Gretha menoleh ke arah kasir, tapi di situ hanya ada tiga barista, satu perempuan dan dua laki-laki. Namun, hatinya bisa merasakan kalau mereka bukan orang yang menulis pesan itu. Dia menghela napas pelan, lalu meletakkan kembali gelas minumannya ke meja. Memandang keenam orang yang ada di sekitarnya.

Thomas tampak sedang mencermati isi surat, kedua pemuda yang bersamanya sedang sibuk dengan ponsel masing-masing, sementara Nyle dan Cheryl sedang mengobrol. Senyuman merekah di bibirnya. Suasana yang ternyata dirindukannya. Berdiskusi dan memecahkan teka-teki.

"I miss all of this, you know (Aku merindukan semua ini, kalian tahu)?" Gretha tersenyum memandang Thomas dan Mary.

"Then, go back to us, Jenny (Kalau begitu, kembalilah, Jenny)." Mary memandang Gretha dengan senyum lembut.

Gretha tersenyum dan meraih gelas minumannya. Menyandarkan punggung ke kursi. Memikirkan ucapan Mary yang sebenarnya bisa saja terjadi. Sayangnya, ada beberapa hal yang harus dia pikirkan matang-matang.

"I'll think about that (Akan kupikirkan soal itu)," sahut Gretha.

"So, how about the letter (Jadi, bagaimana soal surat itu)?" Salah satu pemuda asing itu bertanya. "Ah, we're sorry. My name's Caleb and he's Taylor. (Ah, maafkan kami. Namaku Caleb dan dia adalah Taylor.)."

"You guys may call me Jenny (Kalian berdua bisa memanggilku Jenny)," sahut Gretha.

"Caleb's right. What are we gonna do with the letter? (Caleb benar. Apa yang akan kita lakukan dengan suratnya?)" tanya Nyle.

Gretha meraih surat di tangan Thomas. Membacanya dengan seulas senyum kecil. Sebuah rencana muncul saat membaca pesan rahasia di gelas minumannya tadi. Dia benar-benar akan mengambil risiko atas kesempatan berbahaya ini. Ada jawaban yang dia cari dan akan melakukan apa pun untuk mendapatkannya.

The Lost Memory [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang