"Get her! (Dapatkan dia!)"
"But we don't know where she is, Mister. (Tapi kami tidak mengetahui keberadannya, Tuan.)" Pemuda bermasker hitam itu berujar sopan pada laki-laki yang duduk di kursi membelakanginya.
"Well, I don't care! I want her, live or die, but it's even better if she's alive. (Aku tidak peduli! Aku mau dia, hidup atau mati, tapi lebih baik lagi kalau dia hidup.)"
"Do you have any idea where we can find her? (Apakah Anda punya dugaan di mana kami bisa menemukannya?)" Pemuda itu memberanikan diri bertanya.
"Hm ...." Lelaki itu mengangkat tangan memberi isyarat. Salah satu bodyguards-nya bergerak mengambil sesuatu di atas meja, lalu menyodorkannya pada pemuda tadi.
"Indonesia?" Pemuda yang dipanggil Lion itu membaca negara yang tertera pada paspor dan visanya.
"Go and find her there! I know you will never disappoint me, Lion. (Pergi dan temukan dia di sana! Aku tahu kamu tidak akan pernah mengecewakanku, Lion.)"
"Yes, Sir. I would never disappoint you. Excuse me, I will tell Sakura about this and we will go to Indonesia immediately. (Iya, Tuan. Aku tidak akan mengecewakanmu. Permisi, aku akan memberi tahu Sakura dan kami akan pergi ke Indonesia secepatnya.)"
Setelah berkata seperti itu, Lion pun pamit keluar ruangan. Pergi ke ruangan lain menemui seorang gadis yang mengenakan pakaian serba merah muda. Sama sepertinya, wajah gadis itu pun tertutup rapat dengan masker yang sewarna pakaiannya. Lion memberi isyarat agar yang lain keluar dari situ.
"What did he say? (Dia bilang apa?)" Gadis itu bertanya dengan nada tak acuh.
"We're going to Indonesia. (Kita pergi ke Indonesia.)" Lion menunjukkan paspor dan visa di tangannya.
Gadis itu menatap acuh tak acuh pada kedua benda itu. Sejak awal, dia sama sekali tidak tertarik memburu orang yang diinginkan tuannya. Satu-satunya hal yang membuat dia rela melakukan itu hanyalah demi merebut perhatian seseorang. Dengan tewasnya gadis itu, maka dia yakin bisa mendapatkan cinta pemuda itu seutuhnya.
* * *
"Gie! Gretha!"
Mendengar panggilan itu, sosok gadis berambut cokelat bergelombang sepunggung itu pun menghentikan langkahnya. Menoleh dan menunggu salah satu sahabatnya yang berlari mendekat. Sesekali dia tersenyum membalas sapaan orang-orang yang kebetulan lewat di dekatnya dan menyapa.
"Tumben kamu berangkat pagi, Amy?" Gretha tersenyum menyambut kedatangan Amanda.
"Gara-gara kakak, nih, Gie. Dia pagi-pagi bikin ribut di rumah," jawab Amanda setengah mengeluh.
"Kakakmu itu, 'kan, memang kayak gitu." Gretha tertawa kecil.
Mereka berdua pun melanjutkan langkah ke kelas sambil mengobrol. Suasana kelas masih sepi saat mereka sampai. Tentu saja karena sekarang masih pukul enam lewat delapan belas menit, sementara kelas dimulai pukul setengah delapan. Gretha memilih duduk di kursi pojok dan Amanda mengikuti duduk di sebelahnya.
Gretha membuka tas dan mengeluarkan ponselnya. Menekan logo WhatsApp dan mulai membaca satu per satu pesan yang masuk. Sesekali tersenyum karena memang ada pesan lucu, baik dari teman-teman satu jurusan maupun jurusan lain yang kebetulan mengenalnya. Dia melakukan hal itu sambil mendengarkan cerita Amanda. Setelah beberapa saat, dia meletakkan ponsel, lalu bergerak mengikat rambutnya karena suasana dalam kelas sedikit gerah.
"Aku penasaran, Gie," ucap Amanda tiba-tiba.
"Hm?" Gretha mengambil ikat rambut dari gigitannya. "Soal apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memory [TAMAT]
AcciónYA-Romance/Action Pertemuan dengan tiga orang asing di mal membuat hidup Gretha jungkir balik. Menjadi target bom di kafe yang membuat ingatan asing mulai masuk ke dalam pikiran bersama hadirnya Jason, pemuda yang menjadi malaikat penyelamat kala it...