Gretha pun terus mencari informasi soal Black Rose Organization. Namun, rasa penasaran membuatnya beralih mencari tahu soal White Shadow Organization. Mencatat beberapa informasi penting yang didapatkannya, tapi di bagian yang terpisah. Sesekali dia memijat pelipisnya saat rasa pusing menyerang seiring bayangan-bayangan aneh yang mengganggu.
Teng! Teng! Teng!
Dentang bel tanda istirahat mengejutkannya. Dia buru-buru menutup laman itu dan membereskan segala macam catatan dan memasukkannya kembali ke tas. Setelah itu, beralih kembali ke laptop dengan membuat YouTube. Mencari film horor secara asal, lalu memutarnya. Namun, sebentar saja dia tenggelam menikmati film bergenre horor bercampur thriller dan misteri itu.
"Serius amat, Gie!" tegur Tiffany yang kemudian duduk di samping Gretha. "Kamu sudah beli makanan?" tanyanya lebih lanjut.
"Tadi beli cuma es cokelat, donat, sama roti isi cokelat," jawab Gretha.
"Aku lapar. Mau sekalian kupesankan makanan?" tawar Tiffany.
"Boleh. Aku mau siomay aja. Pedas, ya." Gretha menjawab sambil tetap fokus ke layar laptop.
Dentingan notifikasi yang masuk ke ponsel mengalihkan perhatiannya. Namun, itu bukan ponselnya, melainkan milik Tiffany. Dia pun meraih benda itu dan membuat pesan yang masuk. Jantungnya berdegup kencang membaca isi pesan dari nomor tak dikenal. Itu adalah pesan kelima karena di atasnya ada empat pesan lain yang sudah dibaca oleh Tiffany.
[+6285x-xxxx-xxxx: Ambilkan buku harian Gretha dan aku akan memberimu banyak uang.]
"Chat dari siapa, Gie?" tanya Tiffany yang tiba-tiba muncul bersama dua remaja lain. Mereka masing-masing duduk di depan Gretha dan Tiffany.
"Nggak tahu. Nomor tak dikenal dan dia memintamu mencuri buku harianku," jawab Gretha jujur.
"Ah, dari nomor asing itu? Aku baru saja hendak memberitahumu," ucap Tiffany.
Gretha memakan siomay-nya dalam diam sambil mendengarkan cerita Tiffany. Dia mengepalkan kedua tangannya erat dengan emosi yang membuncah. Tidak masalah kalau dirinya yang jadi sasaran, asalkan bukan Tiffany, Louis, atau orang tuanya. Mereka sama sekali tidak punya hubungan dengan masalahnya.
Gretha menyapa sekilas kedua sahabat Tiffany, lalu menoleh ke arah saudarinya itu. "Pulang sekolah, aku mau jalan sama Jason."
"Nggak masalah, tapi kamu kasih tahu Mama sama Papa, ya? Biar mereka nggak khawatir gitu," sahut Tiffany.
"Iya, nanti pasti kutelepon atau ku-chat. By the way, kalau ada pesan aneh lagi, tolong kasih tahu aku, ya, Tiff? Aku nggak mau kamu celaka karena masalahku."
"Pasti, nggak usah khawatir soal itu," sahut Tiffany.
Keempat remaja itu pun mengobrol santai. Gretha mendengar banyak cerita keseharian Tiffany, Miranda, dan Laura di sekolah. Dari mereka, dia tahu kalau ada kelompok remaja perempuan yang suka mem-bully remaja lain. Mereka melakukan itu karena merasa punya kekuatan lebih di sekolah, di mana orang tua leader mereka adalah pemilik sekolah.
"Namanya ...."
"... Griselda," sambung Gretha.
"Bukan, namanya Grace." Tiffany memasang ekspresi kebingungan.
Gretha tidak menganggapi dan menatap sekelompok remaja yang tengah mengolok-olok seorang remaja perempuan. Mengamati wajah dan setiap ekspresi yang dikeluarkannya. Semua tampak begitu familiar untuknya, tapi dia sama sekali tidak ingat. Dia merasa pernah mengalami berada di posisi gadis yang menjadi korban bully itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memory [TAMAT]
ActionYA-Romance/Action Pertemuan dengan tiga orang asing di mal membuat hidup Gretha jungkir balik. Menjadi target bom di kafe yang membuat ingatan asing mulai masuk ke dalam pikiran bersama hadirnya Jason, pemuda yang menjadi malaikat penyelamat kala it...