Epilog

19 1 0
                                    

Gretha's POV

Aku belum memutuskan akan menggunakan nama asliku atau tetap menjadi Gretha. Selain itu, aku juga bingung akan kembali ke rumah atau tidak. Entahlah, ada banyak sekali yang kupikirkan sampai-sampai bingung harus memikirkan apa.

Jujur, aku merindukan mama, papa, Louis, dan Tiffany. Meskipun hanya bersama selama dua tahun, tetap saja aku menyayangi mereka. Aku tidak memiliki ingatan apa pun soal orang tua kandung, sehingga keberadaan mereka benar-benar berarti untukku. Namun, kenyataan orang tua kandungku yang masih hidup, benar-benar mengganggu.

"You are just like her. (Kamu mirip sepertinya.)"

"You're not my blood, but I love you like my own. (Kamu bukan anak kandungku, tapi aku menyayangimu seperti anakku sendiri.)"

Aku menghela napas dan menyandarkan kepala ke kaca jendela pesawat. Benar sekali! Aku sedang berada di pesawat yang membawaku ke Jepang. Jepang? Iya, tapi tidak tahu untuk apa pergi ke sana. Lebih ke ingin menenangkan diri sejenak.

Setelah beberapa saat, aku meraih liontin kalung. Membuka dan memandangi foto pemuda di dalam situ. Mata biru sedalam lautan yang mampu membuatku tenggelam dengan senyumnya yang menenangkan. Berbeda dengan sosok Jason yang selama ini bersamaku.

"Kenapa aku baru menyadarinya sekarang?"

Aku menghela napas, lalu mengambil microSD yang ada di baliknya. Ada rasa bingung dan ragu. Aku yakin sekali masih ada hal lain di dalam benda itu selain surat dan video itu. Namun, apa? Apa yang terlewat? Apa hal tersembunyi di dalamnya?

"Does that thing mean something to you (Apakah hal itu memiliki hal yang penting untukmu)?"

Aku menoleh pada pemuda berwajah hangat dan ramah yang duduk di samping. Kami sama-sama di kelas bisnis. Uang dalam ATM yang ditinggalkan oleh siapa pun penyelamatku waktu itu, kugunakan sebaik-baiknya. Menenangkan hati dan pikiran yang kacau.

"From this thing, I know about my family, but there's something still missing. (Dari benda ini, aku tahu soal keluargaku, tapi tetap ada yang kurang.)" Aku menjawab dengan seulas senyum kecil.

"You know, I graduated from IT and learned that on one little disk like this, you can hide a big secret. I can help you to find out about that. (Kamu tahu, aku lulus dari IT dan dalam satu disk kecil seperti ini, kamu bisa menyembunyikan rahasia besar. Aku bisa membantumu mencari tahu soal itu.)" Pemuda itu mengedipkan sebelah mata.

Aku mengernyitkan dahi dengan seulas senyum bingung, tapi tetap menyerahkan microSD itu. Memperhatikan pemuda itu mengeluarkan sebuah laptop dan mengutak-atiknya sejenak, kemudian memasukkan microSD-nya. Namun, lalu kembali terdiam dengan kening berkerut.

Aku mengernyit saat dia mengulas senyum dan mengetikkan sesuatu. Tidak disangka, sekitar sepuluh menit kemudian tiba-tiba muncul file-file aneh di layar. Aku pun membelalakkan kedua mata karena terkejut. Memandangnya dengan ekspresi takjub dan bingung.

"How could you ...? (Bagaimana kamu bisa ...?)" Aku tidak mampu meneruskan ucapan.

"Well, whoever hides all of that is a very smart person. (Well, siapa pun yang menyembunyikan semua itu adalah orang yang sangat cerdas.)" Pemuda itu mengulas senyum padaku, lalu mengeluarkan microSD dan menyerahkannya kembali.

"Thank you (Terima kasih)."

"Kevin." Pemuda itu menyodorkan tangan untuk bersalaman.

"Jenny," jawabku menyambutnya. "Do you need a partner in crime? 'Cause I need that. (Apakah kamu butuh partner? Karena aku membutuhkannya.)"

"Well, there's something I'm working on and maybe I need a partner in crime for it. (Well, ada sesuatu yang kukerjakan dan mungkin aku butuh partner untuk itu.)"

Aku tersenyum mendengar ucapan Kevin. Di sisa perjalanan itu, dia memberi tahu semua cerita hidupnya, begitu pun aku. Sosok Kevin membuatku tenang karena tidak akan sendirian mencari bagian yang hilang itu. Entah kenapa, hatiku mengatakan kalau sehebat apa pun guardian angel-ku itu, dia tidak akan mampu melacakku dengan mudah.

'Itu tantangan untukmu! Aku pergi dan kamu bertugas menemukanku seperti yang sudah terjadi selama ini,' batinku sambil tersenyum memandang keluar jendela.

THE END?

The Lost Memory [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang