"Kalau begitu, bukankah bagus aku ada di pihaknya?" Veronica berbalik dengan seulas senyum sinis.
"Dia sudah tewas, 'kan? Aku menembaknya, membunuhnya," ucap Gretha.
Veronica tertawa kecil. "Kamu pikir Tuan Hynde bodoh? Dia mengawasi dari gedung ini, tapi di ruangan lain. Pria yang kamu bunuh itu adalah salah satu tangan kanannya."
Gretha mengernyit mendengar ucapan Veronica. Dia menahan sakit di tubuhnya, lalu bangkir. Berdiri memandang Veronica yang menyilangkan tangan di depan dada. Berusaha mencari sosok Veronica yang dikenalnya dulu. Namun, sayang hasilnya nihil.
"Aku akan mengembalikan Jason kalau memang itu yang kamu mau."
"Tidak perlu, aku sudah dapat penggantinya. Kamu pasti bertanya-tanya siapa dia. Sayangnya, aku tidak boleh membongkar hal itu, sebelum kamu memberikan benda yang diinginkan Tuan Hynde."
"Maksudmu ...," Gretha diam berpikir sejenak, "microSD yang kucuri dua tahun lalu?"
"Bukan, tapi benda lain yang kamu bawa."
"APA?" Tanpa sadar Gretha berteriak kesal. "Benda apa? Aku tidak merasa mengambil apa pun selain microSD itu."
Veronica memutar kedua bola matanya malas. Kalau bukan karena dilarang, dia ingin menembak Gretha. Rasa bencinya jauh lebih besar, sehingga membutakan pikiran. Dia tidak peduli lagi kalaupun Gretha benar-benar adik kandungnya. Menoleh kembali memandang Gretha, lalu membuang semua senjata yang dibawanya.
"Mau apa kamu?" tanya Gretha.
"Ayo, lawan aku!" tantang Veronica. "Masih ada sedikit waktu."
"Tidak, aku tidak mau bertarung denganmu," sahut Gretha.
Namun, Veronica tidak peduli akan hal itu. Bergerak dengan gesit menyerang Gretha yang jelas langsung menghindar. Untuk beberapa saat, Gretha hanya menghindari serangan Veronica. Dia sama sekali tidak berminat untuk membalas.
Sementara itu, Veronica terus melemparkan pukulan dan tendangan. Rasa kesal di hatinya meningkat karena Gretha sama sekali tidak membalas. Berkali-kali serangannya mengenai Gretha, tapi gadis itu hanya mengernyit dan mengeluh kesakitan. Emosi membuatnya meraih pisau di lantai, lalu menghunuskannya ke perut Gretha.
"Kamu benar-benar mau membunuhku, ya?" Gretha bertanya sambil menepis tangan Veronica.
"Kalau kamu tidak mau mati, balas seranganku!" tandas Veronica.
Gretha menghentakkan tangan Veronica untuk menjatuhkan pisaunya. Namun, Veronica berhasil mengambilnya kembali. Gretha menghindar mundur dari hunusan mata pisau. Menabrak dinding, lalu melempar tubuh ke samping. Berjalan mundur menjauhi Veronica.
Menunduk, lalu menggerakkan tangan mendorong tubuh Veronica menjauh. Dia sendiri kemudian bergerak menghindar ke tempat lain. Gerakannya sendiri melambat karena kelelahan dan luka di lengan serta pahanya. Namun, hal itu tidak membuat Veronica kasihan.
"Ayo, Jenny! Mau sampai kapan kamu menghindar?" Veronica menyabetkan pisau di tangannya hingga menggores pipi Gretha.
"Ouch!" Gretha mengeluh pelan merasakan mata pisau menembus kulitnya. Dia bergerak mengusap darah yang keluar. "Aku hanya berusaha menahan diri dengan mengingat ucapan wanita bersyal merah di bandara," ucapnya.
"Ucapan apa?" Veronica menendang kursi yang digunakan Gretha menghalanginya, sehingga menimbulkan suara brak cukup keras.
"Apa pun yang terjadi, Tuan Hynde tetap ayahku dan kamu tetap saudariku," jawab Gretha.
"Aku tidak peduli itu!" Veronica menekankan ucapannya.
Gretha terhempas ke belakang saat Veronica menendang perutnya keras. Merintih kesakitan saat kepala dan punggungnya menghantam dinding. Ambruk ke lantai dalam posisi telungkup. Merintih pelan dan berusaha bergerak, kemudian bangkit berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memory [TAMAT]
AzioneYA-Romance/Action Pertemuan dengan tiga orang asing di mal membuat hidup Gretha jungkir balik. Menjadi target bom di kafe yang membuat ingatan asing mulai masuk ke dalam pikiran bersama hadirnya Jason, pemuda yang menjadi malaikat penyelamat kala it...