Bab 25 Doppelgänger

7 2 0
                                    


Gretha mematut dirinya di depan cermin. Merapikan posisi wig pirang yang ada di kepalanya. Tidak ada bantuan make up, hanya sekadar rambut dan pakaian. Kontak lensa warna biru muda pun menjadi pelengkap penyamarannya. Tersenyum pada Cheryl lewat pantulan kaca.

"Ah, kenapa kamu lebih cantik daripada aku yang asli?" keluh Cheryl.

"Kamu harus mengurangi pemakaian make up." Nyle yang baru keluar dari kamar mandi mengomentari ucapan Cheryl.

"Maksudmu, make up-ku jelek?" Cheryl memandang Nyle kesal.

"Terkadang, yang natural itu lebih cantik. Kamu sendiri mengakuinya melihat penyamaran Jenny," sahut Nyle.

Cheryl memberengut dan tidak membalas ucapan Nyle. Memilih merapikan penampilannya sendiri dibantu oleh Gretha. Dia tidak tahu apa yang ada dalam pikiran sahabatnya itu. Namun, paham kalau Gretha tengah memikirkan sesuatu. Wajah dan mata Gretha tidak pernah bisa berbohong.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan di pintu mengejutkan Gretha, Nyle, dan Cheryl. Nyle memandang Gretha dan Cheryl yang balik memandangnya penuh tanya. Pemuda itu buru-buru menyambar kaus di atas kursi, lalu memakainya. Meraih pistol di atas meja dan beranjak ke pintu.

Nyle menempelkan mulut pistol di dinding, lalu membuka kunci dan pintunya. Namun, tidak ada siapa pun di pintu. Baru saja dia hendak menutup pintu kembali, ketika matanya menatap sebuah kotak kecil berbungkus kertas kado ada di lantai. Dia meraih kotak itu, kemudian masuk.

"Untukmu, Babe." Nyle menyodorkannya pada Gretha.

Gretha menerima kotak yang disodorkan oleh Nyle, lalu membawanya ke tempat tidur. Melepas amplop yang tertulis namanya. Tanpa ragu dia membuka amplop itu dan mengeluarkan suratnya.

I hope, whatever is in this box can help you.

Gretha membuka kotak itu dengan sikap cuek. Dia mengernyit melihat isinya. Sebuah kalung dengan liontin pendan berbentuk lambang zodiak gemini dan dua buah foto. Dia meraih kedua foto itu, lalu melihatnya. Keningnya berkerut memandang wajah kedua sosok di situ.

"Jason?" Cheryl yang ikut melihat bersuara.

"Ini memang foto Jason," Gretha mengangkat foto di tangan kanannya, "tapi aku tidak mengenal pemuda di foto ini."

"Apa maksudmu, Gie? Jelas-jelas wajah mereka sama," ucap Cheryl bingung.

"Tidak," sahut Gretha. "Wajah mereka memang sama, tapi bukan orang yang sama."

Gretha mengernyitkan dahi memikirkan maksud dua foto dan simbol itu. Berusaha mengingat sosok Jason dan kenangan masa lalu mereka. Dia tahu kalau masih ada potongan yang belum ketemu. Mungkin foto itu bisa sedikit membantunya. Masalahnya, sekeras apa pun dia berusaha menggali, hasilnya nihil.

"Kupikirkan nanti saja." Gretha memilih memasukkan kedu foto itu di saku jaket, sementara kalungnya dipakai. Total ada empat buah kalung berbeda tergantung di lehernya sekarang.

Setelah semua siap, Gretha pun mengajak Nyle dan Cheryl pergi dari situ. Mereka bertemu dengan tim Perak di sebuah taman. Mereka tersenyum melihat Caleb dan Taylor berdiri menunggu bersama tiga orang lainnya, dua perempuan dan seorang lelaki.

"Everything's ready (Semua sudah siap)," ucap Caleb.

"Master Thomas?" tanya Cheryl.

"He's waiting for us at the lookout (Dia menunggu kita di tempat pengintaian)," jawab Taylor.

"Good (Bagus)!" Gretha masuk ke mobil bersama gadis berambut brunette, kemudian keluar lagi.

Gretha merapikan penampilannya sedikit dan membiarkan Cheryl membantu. Sementara gadis tadi tampak memoles lip balm merah. Mereka saling melempar senyum yang membuat lainnya mengernyit bingung, tapi tidak bertanya apa-apa.

The Lost Memory [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang