Part 3

42.4K 4.1K 128
                                    

Di pagi hari Alana sudah siap dengan setelan seragam dalaman putih dan almamater hitam dengan Bros emas di samping kiri, dasi hitam dengan rok di atas lutut lengkap dengan kaos kaki putih dan sepatu hitam.

Ia tersenyum menatap wajahnya yang sangat sempurna itu, wajah yang berbentuk oval, bola mata berwarna merah dengan bulu mata lentik, bibir merah alami dan rambut perak yang di ikat tinggi, ah sekarang gayanya agak terkesan tomboy lah.

"Bagaimana bisa putra mahkota mengabaikan kecantikan yang sempurna ini dan memilih gadis yang bahkan tidak lebih cantik dari diri ku ini?" Monolog nya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian ia beranjak keluar kamar menuju meja makan.

Saat memasuki ruang makan, ayah dan ibunya sontak berhenti dari aktifitas mereka masing-masing.

"Pagi ayah" ucapnya riang mengecup pipi kanan ayahnya. Kemudian beralih pada ibunya."pagi Bu"

"Pagi sayang"orang tuanya berucap bersamaan, mereka bersyukur anaknya menjadi gadis yang periang dan ceria.

"Ayo makan"

Alana menarik kursi yang ada di dekat ibunya kemudian duduk menyantap makanan di depannya dengan lahap, orang tuanya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah baru anak kesayangan mereka.

Setelah menghabiskan sarapannya Alana mulai beranjak kemudian meminta izin untuk berangkat ke akademi. "Ayah,Bu, Alana berangkat dulu ya"

"Iya, ingat perkataan ayah dan ibu kemarin malam" peringat ayahnya kembali

"Iya Alana inget kok,yaudah Alana berangkat ya dadah"

Setelah mendapatkan anggukan dari kedua orangtuanya Alana langsung berlari keluar menuju kereta yang akan mengantarnya menuju akademi. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu sahabat Alana yang bernama Amel. Amel adalah orang yang sering kali mengingatkan Alana untuk berhenti mengejar putra mahkota. Tapi pada dasarnya Alana orang yang bodoh dan keras kepala, ia malah mengabaikan peringatan dari sahabat satu-satunya itu.

Saat kereta mulai keluar dari kediaman Blanchard raut wajah yang tadinya ceria kini tergantikan oleh raut wajah yang dingin. Ini lah wajah asli Alana di dunianya dulu, ia hanya ceria di depan orang yang disayanginya dan dingin di depan orang lain.

Setelah beberapa menit akhirnya ia sampai di depan gerbang akademi, saat turun banyak pasang mata yang melirik kearahnya. Bisik-bisik pun mulai terdengar.

'Eh Itu Alana kan?'

'Iya,tapi kok kayaknya beda, mungkin itu bukan Alana'

'Sudah jelas itu Alana, dia saja baru turun dari kereta kediaman Blanchard.'

'Iya juga ya'

'kenapa dia masih masuk akademi?'

'Kan ada putra mahkota'

Cih modal tampang cantik doang

Cantikan juga liona

Alana sebenarnya mendengar semua itu tapi yang lebih menjadi fokus dia saat ini adalah betapa mewahnya gedung akademi di hadapannya ini sehingga ia mengabaikan bisik-bisik tentang dirinya. Ia berjalan menuju kelasnya dengan raut wajah dingin Serta aura keagungan nya, kelasnya berada di lantai dua bagian pojok.

'cih membosankan' batin Alana menatap dingin murid di sepanjang lorong akademi.

Tiba saat akan melangkah masuk kelas netranya menangkap siluet pemuda berambut emas dengan mata biru miliknya tengah berjalan berdampingan dengan gadis berambut coklat dengan mata hijau miliknya. Alana tau mereka berdua adalah male lead dan protagonis.

Antagonis dalam novel (END) [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang