Part 9

32.2K 3.4K 61
                                    

"Ekhm..."

Semua pandangan tertuju pada suara yang ternyata dari putra mahkota. Alana dan Ken hanya melirik sekilas lalu melanjutkan aktivitas mereka.

"Lepas!"

"Tidak"

"Lepas!!"

"Tidak"

"Lep-"

Brukk..

Tanpa aba-aba Ken melepaskan tangannya disaat Alana menarik kursi hingga menyebabkan alana harus terjatuh dengan pantat yang terlebih dahulu menyentuh lantai.

"Akhh.. pantatku. Heh! kalau mau lepas bilang-bilang dulu, pantat aku sakit nih"

"Upss..tidak sengaja" ledek Ken berlalu meninggalkan Alana yang masih terduduk dilantai.

"Dasar cowok menyebalkan! Kenal juga tidak sudah main nempatin tempat orang, aku sumpahin kau akan terjatuh di hadapan banyak orang!!. Teriak Alana pada Ken yang dibalas anggukan oleh sang empu.

Sebelum Ken keluar kelas ia diberhentikan oleh putra mahkota.

"Kenapa kau disini?" dingin Alvaro, tangannya masih menahan pundak Ken agar ia tidak berlalu.

"Jangan mengganggu Alana atau kau akan tahu akibatnya!" Ancaman yang di keluarkan Alvaro tidak berpengaruh pada Ken malahan sebaliknya Ken malah tersenyum remeh memandang Alvaro.

Ken mulai mendekatkan mulutnya ke telinga Alvaro lalu berbisik pelan.

"Heh sebaliknya kalau kau membuat Alana menangis lagi jangan salahkan aku jika kerajaan mu hancur dalam semalam. Camkan itu!!" Setelah mengatakan itu ia lantas berlalu dari tempat itu.

"Sialan!" Alvaro berkata dengan amarah yang tertahan,ia melihat kearah Alana lalu berjalan kearahnya. Ia mengulurkan tangannya sesaat setelah ia tiba dihadapan alana.

Melihat uluran tangan yang muncul dihadapannya ia perlahan menggerakkan tangannya untuk menerimanya namun ia berhenti saat mengetahui bahwa orang yang mengulurkan tangannya adalah Alvaro.

"Mel bantu aku berdiri"ucap alana mengabaikan Alvaro.

"Eh?ah iya" kata Amel kemudian membantu Alana berdiri. Ia sedikit melirik pada Alvaro yang masih setia dengan posisinya.

"Terimakasih Mel" senyum Alana dengan sangat manis. Senyuman itu mampu membuat kaum pria mematung melihatnya.

Di pintu masuk liona menyaksikan itu semua. Ia mengepalkan tangannya kemudian berjalan menuju Alvaro.

"Putra mahkota" Panggilan liona menyadarkan Alvaro, ia buru-buru menarik kembali tangannya, takutnya banyak orang yang melihat kejadian itu. Tapi ya...mau gimana lagi semua orang sudah melihat kejadian dimana ia diabaikan oleh Alana.

Lihat putra mahkota diabaikan oleh Alana.

Apa perkataan Alana yang kemarin itu benar?

Mungkin,buktinya sekarang ia mengabaikan bantuan putra mahkota.

Pasti putra mahkota malu

Cih sok jual mahal...

Itulah bisik-bisik yang dilontarkan seisi kelas. Namanya juga kehidupan pasti tak lepas dari pembicaraan orang lain. Mau seberapa keras kita melakukan yang terbaik pasti ada saja yang tidak suka dengan kita apalagi kita melakukan sebaliknya mereka akan semakin gencar membicarakan kekurangan kita.

"Anda tak perlu mendengarkan mereka yang mulia, sebaiknya kita kembali ketempat duduk kita"

"Terimakasih liona kau memang baik"

"Ah saya hanya berusaha menjadi pasangan yang terbaik untuk anda"kata liona tersipu malu.

"Hahaha baiklah mari kita duduk" sebelum berlalu ia sedikit mencuri pandang ke arah Alana yang tampak kesal."lucu" gumamnya hampir tak terdengar kemudian berjalan menuju tempat duduknya.

"Ishh siapa sih cowok tadi?tak ada angin tak ada hujan main duduk ditempat orang aja,awas saja kalau ketemu lagi bakal ku tendang dia sampai keluar akademi. Enak aja udah buat pantat orang sakit, bukannya nolongin malah langsung pergi dasar cowok rese, menyebalkan."ocehnya panjang kali lebar sambil memperagakan tendangan yang akan diberikan pada Ken.

Amel menggeleng kecil menyaksikan kecerewetan Alana."emang kamu berani sama dia na?" Tanya nya menghentikan aktivitas Alana lalu dibalas gelengan dari Alana.

"Aku gak berani tapi kalau kita berdua bersatu pasti kita bakal menang melawan dia!" Alana segera berdiri dari duduknya lalu mengangkat tangan kanannya ke udara. Ia sangat semangat untuk membalas Ken.

"kamu mau kan membantu ku?" Lanjutnya kembali duduk dan mulai memangku tangannya.

"E-eh a-aku gak berani na, aku masih sayang nyawa. Kmu saja yang melawannya sendiri aku tidak ingin ikut campur urusan kalian berdua." Tolak Amel.

"Kenapa? Emangnya kamu kenal sama cowok tadi?" Pertanyaan Alana berhasil membuat Amel jadi salah tingkah sendiri.'duh aku harus jawab apa?' batin Amel.

"I-itu di-"

"Selamat pagi anak-anak" perkataan Amel harus terpotong oleh guru yang masuk mengajar.'huh selamat'batin Amel

"Pagi Bu" sahut seisi kelas.

"Entar aja ya na"

"Hmm iya"

"Ok hari kita akan belajar tentang sejarah bla BLA BLA"

Teng teng teng

"Pembelajaran kita akhiri hari ini sekarang kalian bisa istirahat. Saya permisi keluar" setelah kepergian guru, banyak murid yang mulai keluar kelas menuju kantin.

"Ayo na kita ke kantin" ajak Amel pada Alana yang masih menelungkupkan kepalanya diatas meja.

"HM iya"balasnya kemudian beranjak keluar kelas.

Saat memasuki kantin ia berpapasan dengan Alvaro dan liona tapi sekali lagi Alana mengabaikan mereka dan memilih berlalu seakan ia tak pernah melihat keberadaan mereka berdua.

"Alana Blanchard! Apa itu sopan santun mu bila bertemu dengan putra mahkota?!" Tanya Alvaro tanpa memandang Alana. Posisi mereka saat ini saling membelakangi satu sama lain sedangkan jarak mereka sekitar tiga langkah.

"Maaf tapi ini di akademi dan status tidak berlaku disini apakah anda lupa dengan itu oh atau perlu saya ingatkan lagi?" Balas Alana sangat santai.

"Oh dan perlu saya ingatkan lagi, perkataan saya kemarin bukan main-main jadi untuk percakapan ini saya anggap hanya angin lalu. Dan untuk seterusnya saya harap anda tidak mengajak saya untuk berbicara lagi apakah anda mengerti?!" Tegas Alana lalu berjalan menuju meja yang berada di sudut kantin.

'sial kenapa perasaan ku jadi seperti ini' batin alvaro

T
B
C

Antagonis dalam novel (END) [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang