Hari Jum at kemarin adalah hari paling meresahkan bagi Renjana. Hari Jum at yang biasanya begitu menyenangkan dan ia tunggu-tunggu berubah jadi suatu hal yang memalukan. Untungnya semuanya bisa teratasi dengan baik sehingga Renjana tetap bisa mengikuti pelajaran hingga pulang dengan selamat.
Keesokan harinya ia membawa kembali almamater yang ia pinjam dari Kuncara kemarin. Almamater itu sudah ia cuci dengan wangi. Ia pastikan tak ada darah yang tersisa disana.
Panjang umur, saat Renjana baru saja turun dari motornya Kuncara datang dari sisi parkiran yang lain.
"Hei", sapa Renjana pada Kuncara.
Kuncara langsung mengarahkan pandangannya ke sumber suara. Kuncara memelankan langkahnya, seperti menunggu Renjana untuk mendekat menghampiri.
"Eh iya ini almamater lo kemarin. Makasih banyak buat bantuannya", ucap Renjana sambil menyerahkan almamater yang ia lipat dengan rapi.
Kuncara tersenyum.
"Sama-sama", ucapnya sambil memasukkan almamater itu ke dalam tas.
Setelahnya, tak ada lagi yang bersuara. Baik Renjana maupun Kuncara hanya saling diam. Namun mereka masih berjalan bersama beriringan hingga memasuki kelas mereka.
Kuncara menuju bangkunya yang berada di sisi paling belakang kelas dan Renjana langsung bergabung dengan teman-temannya yang telah datang lebih dahulu.
Di dalam kelas seakan Renjana dan Kuncara punya dunia masing-masing. Renjana yang sibuk mengobrol dan tertawa dengan teman-temannya. Dan Kuncara yang memilih tenggelam dalam dunia yang ia buat sendiri, entah itu tidur, mendengarkan musik lewat headset, ataupun bermain game sendirian.
Namun, jauh dalam lubuk hati Renjana ia sedikit terus terbayang oleh seorang Kuncara. Lelaki paling misterius yang pernah ia temui selama ia hidup di bumi. Tanpa sadar Renjana menoleh ke belakang mencari keberadaan Kuncara. Dan saat mata Renjana berhasil menangkap keberadaan Kuncara, tak terduga Kuncara yang ia cari juga sedang melayangkan pandangan ke arahnya.
Kedua pasang mata itu bertemu. Bertatapan sepersekian detik, sebelum Kuncara memilih mengalihkan pandangannya terlebih dahulu untuk kembali asyik bermain ponselnya.
Renjana kembali dengan debaran yang tak biasa dalam hatinya. Sorot mata itu seakan punya sihir hebat yang mampu mengubah irama jantungnya. Kuncara yang terkenal dengan ke-nolepannya itu ternyata punya sorot mata sendu yang tak biasa untuk seorang Renjana. Setelah peristiwa itu Renjana menjadi terus teringat. Renjana menjadi susah fokus dengan seluruh yang ia lakukan.
Tetapi mereka berdua tetap saling diam. Tetap saling meniadakan satu sama lainnya. Renjana tak lagi punya kesempatan untuk sedikit berbicara dengan Kuncara. Kuncarapun seakan tak punya keinginan untuk kembali berinteraksi dengan Renjana.
Hingga 2 bulan setelahnya. Renjana masih diam-diam sering memperhatikan Kuncara. Meskipun tidak ada satu orang pun yang mengetahui hal tersebut. Bahkan Renjanapun tak mengerti mengapa ia punya kegemaran baru memperhatikan apa saja yang Kuncara lakukan.
Masih banyak lelaki yang berusaha memperebutkan hati Renjana. Namun Renjana semakin tidak peduli. Renjana tak lagi memblokir kontak mereka. Renjana tak lagi memarahi lelaki-lelaki tersebut karena menaruh hati padanya. Ia hanya mendiamkan mereka, membiarkan mereka berusaha sekuat yang mereka mau. Toh jika mereka lelah pasti akan menyerah dengan sendirinya.
Laura dan Miranda mulai merasa ada yang tidak beres dengan Renjana. Renjana mulai jarang pergi ke kantin. Renjana lebih memilih membawa bekal atau titip dibelikan makanan lalu menghabiskan makanannya di kelas hingga waktu istirahat usai. Padahal Renjana yang dulu mereka kenal adalah seorang yang paling tidak suka jika harus berdiam diri di kelas dalam waktu yang lama.
Hari itu juga Renjana memilih pulang terlambat daripada yang lainnya. Ia ingin menunggu Kuncara pulang terlebih dahulu. Ia ingin tahu kenapa Kuncara tak pernah cepat-cepat pulang seperti yang lainnya. Kebetulan juga motornya hari ini berada di deretan belakang sehingga harus menunggu siswa-siswa deretan depan pulang terlebih dahulu baru motornya bisa keluar.
Kuncara sedang keluar tetapi tasnya masih ada di kelas. Entah sedang dimana dan sedang apa. Renjana memilih berdiri di balik jendela melihat apakah motornya sudah bisa keluar atau belum.
"Hei", sapa seorang yang tiba-tiba berdiri di sampingnya, ikut menatap jajaran motor yang berbaris tidak beraturan dalam parkiran sekolah.
"Belum pulang?", tanyanya sekali lagi.
Sontak jantung Renjana terpacu lebih kencang dari biasanya.
Seseorang yang sedang berdiri di sampingnya saat ini adalah Kuncara. Seseorang yang belakangan ini ia perhatikan diam-diam. Seseorang yang sering berkeliaran dalam otak dan pikirannya. Seseorang yang terkadang muncul tiba-tiba di mimpi seorang Renjana.
"Iya, motor gue belum bisa keluar", jawab Renjana berusaha bersuara sebiasa mungkin walaupun detak jantungnya semakin cepat.
"Yang mana?", tanya Kuncara. Lalu dibalas Renjana dengan tunjukkan jarinya menunjuk motornya yang berbaris di bagian deretan belakang.
"Oh, itu bisa kok", jawab Kuncara lalu berbalik meninggalkan Renjana berdiri sendirian.
Tak berapa lama suara Kuncara kembali terdengar.
"Jan, ayoo", ucapnya.
"Kemana?", tanyanya bingung.
"Pulang. Aku bantu", jawab Kuncara sambil tersenyum. Senyuman yang membuat Renjana setengah gila. Senyuman yang membuat Renjana serasa kehilangan keseimbangan yang melemaskan seluruh persendiannya.
Percakapan singkat itu membawa mereka berdua untuk kembali berjalan berdua beriringan seperti sedia kala. Seperti yang pernah ia lakukan beberapa bulan yang lalu. Namun kini dengan perasaan yang berbeda pada hati Renjana.
Kuncara tidak bercanda. Kuncara tidak berbohong. Ia benar mengeluarkan motor Renjana. Lalu setelahnya barulah ia mengambil motornya. Renjana masih dengan perasaan yang tidak karuan. Antara deg-degan dan juga senang.
Tidak sampai situ. Saat Renjana mulai menyalakan motornya dan mulai berkendara menuju arah pulang, Kuncara masih ada di belakangnya. Barulah saat tiba di pertigaan, ia berpisah arah. Renjana terus berjalan lurus sedangkan Kuncara berbelok ke arah kanan.
Kuncara mendahuluinya dengan terlebih dahulu memencet bel motornya dan menggumamkan kata "hati-hati" pada Renjana. 2 kata yang punya damage sangat gila. 2 kata yang membahayakan kesehatan jantungnya.
Entah apa yang sedang semesta simpan untuk dirinya. Kuncara perlahan menumbuhkan warna baru dalam hidupnya belakangan ini. Renjana mulai ketakutan, Renjana mulai tak mengerti dengan seluruh yang ia rasakan akhir-akhir ini. Detak jantung yang tak biasa. Debaran yang jelas terasa saat Kuncara tertangkap jelas di radarnya. Bayangan Kuncara yang selalu berkeliaran di pikirannya sepanjang waktu. Semua itu menakutkan untuknya. Kadang membuatnya senang. Kadang juga membuatnya cemas.
***
Hai kawan-kawan, apa kabar? Semoga kalian selalu sehat dan bahagia dimanapun kalian berada ya 🥰
Jangan pernah berharap apapun di cerita ini yaa. Jangan pernah menaruh ekspetasi untuk apa yang akan terjadi kedepannya. Terus nikmati dan ikuti setiap langkah Renjana hingga akhir cerita ya ❣️
Jangan lupa tinggalin jejak baik vote maupun komen tentang kisah ini 💜🖤🤍
Salam sayang author untuk seluruh kawan-kawan tersayang ☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMARAM (COMPLETED)
Teen FictionRenjana. Gadis cantik yang pernah bermimpi untuk menjadi seorang princess bersanding dengan seorang pangeran dan tinggal di sebuah istana sama seperti tayangan yang selalu ia tonton. Namun sayang ia sedang tidak hidup di negeri dongeng. Ia dilahirk...