Renjana hari ini datang ke sekolah cukup pagi maka bukan suatu kegaketan saat ia masuk ke dalam kelas, kelas tersebut masih dalam keadaan terkunci. Baru saja ia selesai membuka pintu kelasnya. Ada seorang lelaki menghampirinya. Bukan. Dia bukan teman sekelas Renjana yang akan ikut masuk ke dalam kelas.
"Renjana, gue Aksara," lelaki itu berbicara kepadanya.
Aksara.
Nama yang pernah ia dengar dari mulut Kuncara. Satu-satunya teman baik Kuncara, kata Kuncara sore itu. Dilihat dari perawakannya Aksara tak jauh berbeda dengan Kuncara. Tingginya mungkin sepantaran. Bedanya Aksara punya kulit yang lebih cerah.
"Oh iya, ada apa ya?" jawab Renjana.
"Ini, gue nitip surat dispen Kuncara ke lo ya", Aksara memberikan satu lembar kertas kepada Renjana. Renjana sedikit kebingungan. Selama ini yang ia tahu Kuncara tak pernah aktif dalam kegiatan apapun. Tapi ini, kenapa ia tiba-tiba bisa mendapat surat dispen.
"Dispen?" balas Renjana yang masih terkejut.
"Sudah gue duga pasti ekspresi lo pasti akan terkejut wkwk. Kuncara pasti kalau di kelas kerjaannya tidur sambil main ML doang sih ya, jadi temen sekelasnya gak percaya gini kalau tiba-tiba dia dispen wkwk. Udah lama sebenernya gue aja Kuncara gabung ke tim futsal sekolah. Kuncara tuh diem-diem gitu sebenarnya punya banyak banget, tapi ya gitu deh orangnya gak tertarik buat ikut-ikut gitu. Apalagi futsal, dia tuh jago banget lagi main futsal. Udah dari SD suka diajakin guru olahraga buat join lomba-lomba gitu, tapi susah karena dianya mageran parah. Tapi gue nggak pernah berhenti ngajakin dia sampai SMA ini. Lagian kalau menang dapet uangkan juga lumayan buat dia sama adik-adiknya. Nah, akhirnya beberapa minggu terakhir nih dia mau. Entah dapet hidayah darimana tiba-tiba aja dia wa gue bilang mau coba. Gue bersyukur banget bacanya. Dia datang di saat yang tepat banget karena emang waktu itu tim sekolah lagi kekurangan orang buat turnamen hari ini."
Aksara bener-bener sahabat Kuncara. Bisa dilihat dari yang diceritakan bahwa dia tulus banget sahabatan sama Kuncara. Aksara sepertinya benar-benar orang baik. Dia bahkan mau melihat Kuncara bisa terus berkembang walaupun Kuncara punya sifat keras kepala dan mageran tersebut. Saat menceritakannyapun tak ada raut kesal terpancar dari wajahnya. Aksara justru menceritakan dengan raut santai terlihat jelas saat sekali dua kali ia menyelipi tawa dalam ceritanya.
"Kalau lo masih nggak percaya kalau Kuncara bisa futsal, lo bisa datang deh nanti sore buat lihat dia tanding ke 2 hari ini. Ya meskipun itu kalau dia tanding pagi menang. Doain aja tim kita menang biar lo bisa buktiin sendiri kemampuan futsal Kuncara."
Penawaran bagus bagi Renjana. Nggak usah ditanya lagi Renjana pasti mau sekali melihat Kuncara bermain futsal. Bukan karena ia meragukan kemampuan Kuncara tapi ia ingin memberikan Kuncara suntikan semangat di tempat Kuncara bertanding.
"Oke deh. Nanti gue sempetin nonton," jawab Renjana sambil tersenyum ke arah Aksara.
"Siap. Kalau gitu gue balik ke kelas dulu. Jangan lupa surat dispennya lo sampein ke guru mapel hari ini ya. Makasih," tutur Aksara lalu berlalu kembali menuju kelas asalnya.
Tak terasa sudah banyak temannya yang berdatangan padahal tadi pagi saat ia sampai di kelas ini, belum ada satu manusiapun yang terlihat.
.Hari ini berjalan lambat bagi Renjana. Tidak ada Kuncara di kelas berarti tidak ada pemandangan indah yang membuatnya betah. Baru sehari saja Kuncara tidak masuk ke kelas, sudah membuatnya rindu. Renjana rindu manusia alas tebal itu terlelap di tengah-tengah guru sedang asyik menerangkan. Ia rindu sorot sendu Kuncara saat sedang berbicara. Ia rindu senyum manis yang kadang Kuncara lemparkan untuk dirinya. Ah, Renjana rindu sekali dengan Kuncara.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMARAM (COMPLETED)
Teen FictionRenjana. Gadis cantik yang pernah bermimpi untuk menjadi seorang princess bersanding dengan seorang pangeran dan tinggal di sebuah istana sama seperti tayangan yang selalu ia tonton. Namun sayang ia sedang tidak hidup di negeri dongeng. Ia dilahirk...