Sore ini Renjana dan Aksara memutuskan untuk ikut Kuncara pulang. Mereka ingin sekali-kali bermain di rumah Kuncara. Walaupun entah apa yang bisa dilakukan disana. Namun demi terlepas dari pusingnya soal ujian fisika siang tadi, Renjana rela datang ke sini untuk mencari penyegaran. Dan Aksara hanya ikut saja, lagian rumahnya tidak jauh juga dari rumah Kuncara. Dan satu hal yang paling penting adalah ini karena permintaan tuan putri Renjana tercinta."Kalau lo lagi suka sama siapa Sa? Sekali-kali gantian cerita dong sama gue," ucap Renjana diselingi tawa menghadap ke arah Aksara.
Aksara hanya memandang Renjana dalam diam. Andai saja keadaan berpihak kepadanya. Maka mungkin akan dengan mudah ia mengatakan apa yang sebenarnya tersimpan dalam hatinya pada Renjana.
'gue suka sama lo Jana' ucap Aksara yang hanya mampu ia suarakan dalam hati.
"Sorry bos gue anti bucin-bucin club," balas Aksara dengan senyum miring.
"Masa sih Sa. Gue nggak percaya. Coba sini tatap mata gue. Gue mau lihat lo bohong apa nggak," tantang Renjana mengarahkan matanya ke arah mata Aksara.
'Udah gila nih bocah. Sembarangan main tatap-tatapan segala' batin Aksara kesal.
Belum apa-apa, tubuh Aksara sudah dibanjiri keringat dingin. Tangannya gemetaran. Persediaan oksigen dalam darahnya mulai menipis. Aksara paling tidak bisa disuruh menatap seorang yang ia suka lebih dari 3 detik.
"Ya ampun Aksaraaa, lihat tuh dahi lo, kenapa keringetan gini sih? Perasaan tadi kita dateng ke rumah Kuncara pakai motor deh nggak jalan kaki. Tapi kenapa keringat lo sejagung-jagung kaya gini sih. Dasar bocil," ucap Renjana mengomel sendiri sambil mencoba mengusap keringat Aksara dengan tisu yang ia bawa.
'cobaan apa lagi Tuhan. Tolong kalau Renjana bener-bener nggak bisa gue miliki, jangan buat dia bertingkah aneh-aneh gini' batin Aksara pasrah dengan tubuh gemetaran.
.
"Maaf ya lama, ini diminum dulu," ucap Kuncara meletakkan minuman di atas meja.
"Hei Makasih Kuncara," jawab Renjana tersenyum.
"Sama-sama Jana. Dah minum dulu," balas Kuncara tersenyum sambil kembali mengusap lembut rambut Renjana.
Kuncara tidak lagi memakai seragam seperti keduanya. Ia sudah berganti baju dengan kaos hitam dan juga celana pendek selutut.
'Gilaa, Kuncara kalau pakai baju kaya gini kenapa jadi ganteng banget sih. Aa mau banget deh serumah sama manusia kaya gini setiap hari' batin Renjana melirik Kuncara sambil minum teh hangat yang tadi dibawa Kuncara.
"Heh, lo minum apaan ? Gelas lo dah kosong tuh daritadi, masih aja nempel tuh mulut," bisik Aksara menepuk bahu Renjana.
Kuncara yang melihat itu langsung tertawa terbahak-bahak.
"Ini tehnya masih banyak Jana. Haus banget ya? Sampai gak mau lepas gitu mulut lo WKWKWKKW," ucap Kuncara sambil memegangi perutnya yang sakit akibat terlalu banyak tertawa.
Aksara yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala. Aksara tahu apa yang dilamunkan Renjana. Apalagi kalau bukan Kuncara.
'mati gue, Aksara kurang ajar. Malu banget diketawain Kuncara kaya gini. Aaaa, bunda Renjana mu pulang' batin Renjana tersenyum salah tingkah menahan malu.
.
"Kun gimana perasaan lo sekarang?" tanya Aksara seusai Renjana pamit pulang.
"Masih sama Sa, sedikitpun nggak berkurang buat Renjana," balas Kuncara tersenyum.
Kuncara tersenyum miris. Perasaannya memang tidak seharusnya ada disini. Kenapa juga dia tiba-tiba baper lalu suka pada Renjana. Lagian siapa yang bisa menahan diri berteman dengan Renjana tanpa jatuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMARAM (COMPLETED)
Teen FictionRenjana. Gadis cantik yang pernah bermimpi untuk menjadi seorang princess bersanding dengan seorang pangeran dan tinggal di sebuah istana sama seperti tayangan yang selalu ia tonton. Namun sayang ia sedang tidak hidup di negeri dongeng. Ia dilahirk...