-22-

125 14 0
                                    

"Renjana tuh suka sama lo Kun," ucap Aksara mengagetkan Kuncara.

Aksara melanggar janjinya pada Renjana. Ia akhirnya memilih untuk mengatakan hal itu pada Kuncara. Aksara berharap dengan Renjana yang telah jujur dengan perasaannya itu mendorong Kuncara untuk mengatakan hal yang sama. Kuncara tak perlu khawatir rasanya tidak berbalas, karena gadis yang ia suka punya rasa yang sama. Kuncara mungkin salah satu laki-laki yang punya kepekaan rendah sehingga Aksaralah yang harus menyadarkan sahabatnya itu. Kuncara seharusnya bersyukur, sangat-sangat bersyukur berhasil merebut hati primadona sekolah itu.

Kuncara begitu terkejut mendengar apa yang Aksara katakan. Ia tidak mengerti apa tujuan Aksara berkata seperti itu. Aksara mungkin sedang bercanda saja pikirnya. Kata-katanya sungguh tak dapat diterima oleh akal sehatnya. Sebelah hatinya senang mendengar kabar bahwa mungkin ada kemungkinan perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Namun, akalnya masih tak bisa terima. Apa yang bisa Renjana suka dari dirinya yang jauh dari sempurna itu. Ia hanya membuat Renjana meneteskan air matanya. Ia hanya bisa membuat Renjana cemas dan khawatir setiap waktu. Ia hanya bisa merepotkan hidupnya sepanjang waktu. Apa yang masih bisa Renjana harapkan dari dirinya.

"Tahu darimana lo? Jangan buat asumsi sendiri Sa," tanya Kuncara.

"Renjana sendiri yang cerita sama gue Kun. Saat gue nungguin lo yang malah ngilang waktu itu, dia cerita ke gue kalau dia sayang banget sama lo," ucap Aksara. Dari apa yang dilihat Kuncara, ia tidak menemukan kebohongan dari mata Aksara. Bertahun-tahun Kuncara mengenal Aksara, ia paham betul kapan saat temannya berbohong, kapan saat temannya berkata jujur. Dan saat ini, Kuncara melihat keseriusan dengan apa yang Aksara katakan.

Tapi, apa yang membuat Renjana suka padanya. Renjana salah orang. Renjana tak seharusnya menyukai manusia yang hanya bisa membuatnya susah. Renjana pantas mendapatkan manusia baik dan itu bukan Kuncara, pikirnya. Meskipun ia tak bisa menampik rasa senang yang muncul di hatinya. Perasaan lega tentang rasa yang sama. Tapi apakah rasa yang sama cukup membuatnya pantas memiliki Renjana. Apakah itu mampu membuat Renjana bahagia setiap waktu.

Aksaralah yang lebih pantas untuk Renjana, bukan dirinya. Aksara yang jauh lebih mampu membuat Renjana tertawa setiap waktu, bukan dirinya. Aksara yang lebih baik, lebih pantas bersanding dengan primadona sekolah itu.

Renjana salah menaruh hati. Renjana tak boleh mencintai dirinya.

"Tapi gue biasa aja sama Renjana. Gue nggak punya perasaan lebih," ucap Kuncara dingin.

"Hah? Gila ya lo. Lo harusnya bersyukur Kun bisa disukai sama primadona sekolah. Bukan suka lagi, dia sayang banget sama lo. Lo bisa lihat ketulusan dari matanya kan di setiap lo kesusahan bahkan lo kelihatan sedih aja, dia selalu peduli sama lo. Apa itu nggak mengetuk hati lo ? Lo masih normal nggak sih Kun. Di saat semua laki-laki suka sama dia, lo malah biasa aja padahal dia jelas-jelas suka sama lo. Apa yang lo cari sebenarnya? Apa yang kurang dari Renjana," Aksara sedikit emosi. Ia kecewa dengan respon yang Kuncara keluarkan. Ia menyesal telah membocorkan rahasia Renjana hanya untuk mendengar respon bahwa Kuncara hanya biasa saja.

"Ya emang gue biasa aja Sa sama dia. Gue nggak punya rasa apa-apa. Dia menurut gue ya cuma temen deket nggak lebih dari itu," Kuncara masih tetap dengan jawabannya.

"Dengan seluruh yang lo perbuat dan di perbuat ke lo. Nggak buat hatimu tergerak sedikitpun Kun?" tanya Aksara masih tak mengerti dengan sahabatnya ini.

"Gue baik ke Renjana, Renjana baik ke gue. Ya itu emang yang harus dilakukan sesama teman kan Sa. Gue ngasih sesuatu ke Renjana, itu juga karena gue membalas budi dengan seluruh yang sudah Renjana beri," jawab Kuncara.

"Nggak ada Kun konsep kaya gitu. Baik kalian itu berlebihan, udah melebihi definisi pertemanan," sahut Aksara.

"Tapi nyatanya gue cuma nganggep dia temen Sa. Perasaan nggak bisa dipaksa Sa," Kuncara terus menutupi apa yang sebenarnya hatinya katakan.

Renjana tidak boleh mencintainya. Renjana harus segera menyadari bahwa apa yang telah ia simpan dalam hatinya, itu sebuah kesalahan. Kuncara merasa tak pantas dan tak pernah pantas untuk Renjana.

Setelah ini mungkin ia harus sedikit menjauh dari Renjana. Walaupun entah bagaimana sakit yang hatinya rasakan. Berada di dekat Renjana selalu menciptakan ketenangan dalam hatinya. Ia bisa seenaknya membuat lelucon yang selalu berhasil membuat Renjana tertawa. Ia bisa langsung menghampiri gadi itu saat ingin bercerita. Ia bisa setiap waktu melihat Renjana tersenyum dan bercerita penuh semangat. Tapi dia tidak ingin Renjana terlarut memendam rasa yang salah pada dirinya.

***

Halo semuanya apa kabar? Semoga kalian selalu sehat dan bahagia ya 🥰

Gimana komentar kalian sama part ini? 🙈 Menurut kalian Kuncara apa yang dipikirkan Kuncara bener nggak sih 🥺

Semoga feel-nya dapet ya ✨
Tetep ikuti cerita Renjana sampai akhir perjalanan 💜💛❤️🧡

Selalu tinggalin jejak vote dan comment 🤗

Salam hangat dari author untuk pembaca kesayangan 🌈

TEMARAM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang